• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

20 Startup Gagal di Asia dan Pelajaran dari Mereka

Ophelia

Game Maniacs
Journalist

2015 merupakan tahun yg menggairahkan bagi beberapa startup di Asia. Pendanaan venture capital mengalir ke beberapa negara seperti China, India, & Korea Selatan dalam jumlah yg lebih besar dari sebelumnya. Asia Tenggara membukukan rekor exit terbesar dengan diakuisisinya iProperty Group sebesar $534 juta (sekitar Rp7,3 triliun).

Namun penggalangan tahap pendanaan yg sangat besar bukan jaminan kesuksesan di masa mendatang. Sudah menjadi risiko umum dalam berbisnis bahwa sebagian perusahaan akan keluar sebagai pemenang, sedangkan perusahaan lain keluar sebagai pecundang.
Baca juga: Inilah 18 Kesalahan yg Dilakukan oleh Startup

Berikut adalah 20 startup dari Asia yg terpaksa gulung tikar tahun ini.
Mereka dikelompokkan berdasarkan asal negaranya, tanpa urutan. Mereka masuk dalam daftar ini karena ada hal yg bisa dipelajari dari kisahnya masing-masing.
China1. Melotic
Melotic merupakan tempat penukar aset digital berbasis bitcoin. Tujuan mereka adalah memfasilitasi penukaran antara mata uang digital alternatif dengan koin dari aplikasi tertentu. Startup ini awalnya bermarkas di Hong Kong.

Startup ini baru saja mendapatkan pendanaan tahap awal sebesar $1,18 juta (sekitar Rp16,2 miliar) pada bulan Oktober 2014, dari beberapa investor, termasuk 500 Startup. Sayangnya, jumlah tersebut belum cukup untuk membangun produk yg sesuai dengan keinginan konsumen. Pada Mei 2015, mereka menyerah & mengatakan Tidak mengalami pertumbuhan cukup untuk menutup biaya pengembangan, perawatan, & dukungan.


2. Exiche
Pada tahun 2015, Cina memastikan bukan hanya satu, tapi tujuh penyedia layanan cuci mobil on-demand yg gulung tikar. Ya, kita tak salah membaca. Dalam ceruk bisnis yg begitu spesifik seperti cuci mobil, ada banyak pemain yg berusaha untuk menjadi pemimpin. Seperti itulah mengguritanya ekosistem startup di negara itu.

Nampaknya, untuk saat ini, salah satu perusahaan yaitu Guagua Xiche keluar sebagai pemenang. Sementara eXiche mungkin adalah perusahaan dengan kegagalan paling besar di antara semuanya. eXiche mendapatkan pendanaan Seri A senilai $20 juta (sekitar Rp274 miliar) pada bulan Maret & menghentikan layanan mereka pada bulan Oktober. Halaman utama web mereka mengklaim kalau mereka sedang melakukan restrukturisasi, bukan mati.

Dalam ketatnya kompetisi ini, nampaknya banyak layanan cuci mobil yg menghambur-hamburkan uang dengan menawarkan promosi murah. Satu hal yg perlu diingat adalah cuci mobil sendiri harganya memang murah. Model bisnis seperti itu biasanya tidak berumur panjang.
India3. DoneByNone (Netcraft Retail Solutions)
Walaupun tahun 2015 termasuk paling menguntungkan bagi para pelaku e-commerce di India, beberapa startup tetap tak mampu bertahan. Salah satunya adalah Gurgaon, situs penyedia busana wanita milik DoneByNone.
Mereka dilaporkan mengalami masalah dengan kepuasan pelanggan di penghujung tahun 2014, setelah kejadian itu, salah satu pendiri mereka keluar. Pada awal 2015, web Gurgaon hilang dari peredaran.
4. Lumos
Lumos, startup dengan spesialisasi smarthome, didirikan oleh para pebisnis pemula yg baru saja menyelesaikan bangku kuliah. Membangunstartup di bidang perangkat keras ternyata lebih sulit dari yg mereka kira.

Kami menganggap enteng membuat produk berupa perangkat keras yg siap dipasarkan. Kami salah memperhitungkan permintaan & kegunaan produk kami, tulis salah satu pendiri Lumos dalam uraian panjang di sebuah blog.

Mereka sudah berbaik hati mendokumentasikan proses pengambilan keputusan mereka beserta akibatnya dengat sangat rinci. Tulisan tersebut sangat bermanfaat bagi mereka yg berniat membuat produk perangkat keras.


5. TalentPad
Terlepas dari mendapatkan seed funding pada Oktober 2014 & pernah mengakuisisi sesama platform pencari kerja, TalentPad selesai kurang dari setahun kemudian.

Situs ini merupakan layanan rekrutmen online yg unik. Para perusahaan berkompetisi untuk mencari calon pekerja terbaik.

Kami gagal memperhitungkan bisnis scalable untuk pasar yg cukup besar, ujar tim TalentPad dalam sebuah catatan buat para penggunanya.
6. Dazo
Bisnis layanan pesan antar makanan di India mendapat tamparan keras tahun ini. Beberapa perusahaan berhasil mendapatkan investasi & tumbuh semakin besar, sedangkan yg lainnya gagal bertahan.

Di antara mereka yg gagal bertahan adalah Dazo. Menurut laporan, Dazo merupakan layanan pesan antar makanan berbasis aplikasi pertama di India. Mereka telah menarik seed funding dari investor terkemuka seperti eksekutif Google & Amazon.

Inc42, dalam artikel yg menganalisa tumbangnya startup-startup pesan antar makanan di India, menulis:

Pesatnya pertumbuhan (startup pesan antar makanan) juga menunjukkan bahwa perusahaan yg mendapat pendanaan cenderung menghamburkan uang untuk mendapatkan pelanggan tanpa menciptakan diferensiasi produk dari kompetitor sejenis.


7. Bagskart, Jewelskart, & Watchkart (Valyoo Tech)
Valyo Tech menjalankan beberapa situs e-commerce barang-barang mewah, situs untuk tas, situs untuk perhiasan, situs untuk jam tangan, serta situs untuk kacamata & lensa kontak. Menurut laporan pada awal 2014, mereka mempertimbangkan untuk untuk menjual semua situs kecuali Lenskart, situs khusus kaca mata & lensa kontak, untuk fokus terhadap situs yg memberi pemasukan paling banyak.

Butuh waktu hingga awal tahun 2015 untuk merealisasikannya. Valyoo Tech berhasil memperoleh pendanaan untuk LensKart, namun mematikan tiga situs lainnya yg nampaknya tak mampu menggaet konsumen.
Indonesia8. Kleora
Menurut pendiri Kleora, marketplace ini belum mati. Namun brand tersebut beserta webnya telah berhenti beroperasi. Alasannya, mereka merasa branding produk wanita mereka jadi terlalu terbatas. Juga, backend & fitur platformnya juga perlu diperbaiki secara menyeluruh.

Mereka membuat perubahan drastis dan, dengan tim yg sama meluncurkan, produk baru bernama Prelo, marketplace yg fokus pada barang-barang bermerek bekas.
9. Beauty Treats
Beauty Treats mulai dengan model bisnis berlangganan kotak cantik, / kotak berisi peralatan kosmetik, secara bulananmirip seperti Lolabox yg gagal pada tahun 2014.Pada tahun 2013, Beauty Treats melakukan pivot, agar tidak bernasib seperti Lolabox. Namun hal itu ternyata tidak berhasil.

Pada awal tahun ini, Daily Social melaporkan bahwa situs mereka telah berhenti beroperasi. Saat ini, salah satu pendirinya, Romeo Reijman, mencoba membangun startup pegadaian daring bernama Pinjam.
10. Abraresto/ Abratable
Abratable & Abraresto adalah situs pemesanan & ulasan restoran yg beroperasi di Singapura serta Indonesia. Startup ini gagal karena mereka membuat beberapa keputusan yg berisiko, termasuk menerima investasi dalam bentuk utang, bukan venturecapital. Mereka gagal menggalang pendanaan lanjutan di waktu yg tepat sehingga tak bisa bertahan.
11. Alikolo
Situs e-commerce Alikolo diciptakan oleh Danny Taniwan, seorang pebisnis pemula asal Medan. Ia menganggap kurangnya pengalaman sebagai sumber kegagalannya. Ia juga melakukan kesalahan fatal dengan menyerahkan mayoritas saham pada angelinvestor, yg bahkan tak lebih berpengalaman dari dirinya.

Sejak saat itu Danny telah beralih untuk menciptakan platforme-commerce terbaru yg saat ini belum diluncurkan.


12. Valadoo
Valadoo merupakan situs penyedia paket wisata untuk destinasi di Indonesia. Mereka menutup layanannya pada Mei 2015. Pendirinya mengatakan, Valadoo membuat kesalahan besar dengan terlalu fokus pada pertumbuhan pengguna, & mengabaikan perlunya membangun model bisnis jangka panjang untuk produknya.

Setelah itu, merger dengan perusahaan lain malah berbuah masalah yg secara teknis lebih pelik dari yg mereka kira. Pada akhirnya merger tersebut berujung kebangkrutan bagi Valadoo. Mereka kehabisan dana & tak mampu untuk menggalang tahap pendanaan baru selama fase transformasinya.
Baca juga: Jaka Wiradisuria Menuturkan Cerita di Balik Tutupnya Valadoo
13. Paraplou
Pada bulan Oktober, salah satu pemain e-commerce Indonesia yg lebih dulu didirikan, Paraplou, nampaknya harus ditutup. Perusahaan ini menampilkan ucapan perpisahan di halaman utama web mereka dengan menyebut pasar yg belum terbentuk, kondisi keuangan tak menentu, & sulitnya mendapatkan pendanaan sebagai alasan utama mereka gulung tikar.

Situs yg termasuk ke dalam anak perusahaan Paraplou Group ini masih bisa diakses, namun saat ini situs utamanya dihentikan sementara. Paraplou dipimpin oleh dua mantan CEO Rocket Internet yg pernah bekerja di Lazada Indonesia.
14. Kirim
Belum lama ini, kami menyadari Kirim diam-diam berhenti beroperasi. Layanan jasa antar barang ini mengklaim telah beroperasi selama tujuh tahun. Mereka tak menyebutkan alasan di balik keputusan menutup layanan.

Kemungkinan, ekspansi bisnis transportasi dengan pendanaan yg lebih mantapsemacam GO-JEK & GrabBikeke layanan yg sama telah membuat pemain baru seperti Kirim mustahil untuk bertahan.
Israel15. Everything.me
Everything.me merupakan salah satu kegagalan yg dikenal luas di benua Asia tahun ini. Mereka membuat aplikasi yg dapat menambahkan contextualfeaturesuntuk smartphone Android.

Meski termasuk salah satu startup dengan pendanaan tertinggi, yaitu sebesar $35 juta (sekitar Rp480 miliar), & menyatakan aplikasinya telah diunduh hingga 15 juta kali startup ini memutuskan berhenti akhir Oktober. Mereka mengatakan tak mampu untuk menemukan model bisnis yg cocok untuk aplikasi gratis mereka.


Singapura16. KotaGames
Di Singapura, KotaGames, situs game berbasis web, menutup layanannya pada bulan Maret. Mereka mulai beroperasi sekitar tahun 2008. Kemungkinan kesalahan mereka adalah menggantungkan pendapatan pada featurephone. TMG, induk perusahaan KotaGames, nampaknya gagal menyesuaikan model bisnisnya dengan pesatnya pertumbuhan gaming di smartphone.
Baca juga: Agar Lebih Serius Dukung Startup, Pemerintah Indonesia Perlu Memperhatikan Hal Berikut
17. Lamido
Lamido merupakan bagian dari kelompok perusahaan Rocket Internet yg menjangkau wilayah Asia Tenggara. Sejatinya, perusahaan yg bermarkas di Singapura ini merupakan marketplace e-commerce.

Namun mereka tak begitu berhasil & harus berhadapan dengan kompetitor lokal yg lebih kuat. Terlebih, Lazada, yg juga bagian dari Rocket Internet, telah mengadopsi beberapa fitur marketplace.

Menurut CEO Lazada Group, Maximilian Bittner, Lamido bukannya bubar, namun merger dengan Lazada.

Dengan pesatnya pertumbuhan marketplace Lazada & Lamido, kami merasa ada kesamaan yg semakin meningkat antara basis pembeli & penjual di antara kedua platform itu. Mengingat banyaknya kesamaan antara merek Lazada & Lamido, jadi merupakan langkah yg lazim jika kami menggabungkan layanan keduanya, ujarnya.
18. Superdeals
Awal tahun ini, operator telekomunikasi Singapura, SingTel menutup situs yg menawarkan promosi harian milik mereka, Superdeals. Mungkin hal ini tak mengejutkan, karena model bisnis seperti itu mengalami kerugian yg sangat banyak di seluruh dunia. Beberapa tahun yg lalu, Groupon berada di garis depan pesatnya pertumbuhan startup serupa, namun akhirnya tidak mampu menarik jumlah pengguna sesuai target.


19. Molome
Penduduk Asia terobsesi berfoto selfie & menampikannya secara online. Molome ingin menjadi aplikasi yg membuat sebuah foto jadi lebih lucu dengan menambahkan semacam stiker & teks pada foto aslinya.
Pendirinya bergabung dengan program akselarator JFDI pada tahun 2014 & pada saat yg sama mengklaim telah memiliki 40 ribu pengguna harian yg mengunggah lebih dari 15 ribu foto setiap harinya.

Namun semua itu belum cukup untuk bersaing dengan aplikasi berbagi foto seperti Instagram & Snapchat. Pada pertengahan November, pendirinya memutuskan untuk membubarkan layanan Molome. Pesan perpisahan di situsnya tertulis:

Dengan berat hati kami menginformasikan bahwa Molo memutuskan untuk hibernasi mulai musim dingin ini. Membuat aplikasi berbagi foto tidak murah, & tanpa pendanaan kami tak mampu meneruskan perjalanan kami.
Vietnam20.Beyeu
Di Vietnam, bubarnya Beyeu, situs e-commerce untuk perlengkapan bayi, menimbulkan kesan pesimis. Perusahaan itu didukung oleh Project Lana, perusahaan internet terkemuka di Vietnam yg menjalankan komunitas daring untuk wanita.

Kemungkinan, hal yg membuat Beyeu gulung tikar adalah kompetisi yg ketat / kurangnya pengalaman sang pendiri dengan e-commerce.

Apapun alasannya, tentu ini adalah keputusan yg pahit bagi tim Beyeu. Mereka dilaporkan meninggalkan pesan di situsnya tepat setelah menutup layanannya:

Membangun e-commerce membutuhkan uang yg tak sedikit. Banyak perusahaan yg nantinya akan berhenti membakar uang. Untuk kalian yg masih bertahan, semoga beruntung.

Namun catatan itu kini sudah tak ada. Halaman utama mereka kini kosong.



(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia & diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah & Pradipta Nugrahanto. Sumber gambar glasseyes view, Bryan Mills, frankieleon, Andrew Mason, BY-YOUR-, Doug Geisler, Sean MacEntee.)

Dikutip dari sini
 
Top