• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

27 Kisah Founder Startup Indonesia 2015

Ophelia

Game Maniacs
Journalist

Salah satu bagian menarik ketika membahas startup adalah perbincangan dengan Founder-nya. Di tahun 2015 ini, ada cukup banyak Founder dari berbagai ranah startup yg mau berbagi kisah inspiratifnya kepada Tech in Asia. Hampir semua wawancara dilakukan dalam sesi santai & personal. Tanpa perlu berlama-lama lagi, inilah kutipan-kutipan tersebut. Semoga menginspirasi, ya!
1. Grahadea Kusuf & Arie Ardiansyah (Kuassa): Dari logo mirip NAZI, sampai banjir order

Bekerja dengan passion, mungkin sudah berkali-kali dilontarkan oleh banyak entrepreneur. Pun demikian dengan Grahadea Kusuf & Arie Ardiansyah. Dua figur di belakang pembuat software audio production Kuassa.

Musik bukan lagi sekadar hobi, namun telah mengalir dalam darah membuat mereka memutuskan menekuni bisnis ini & uniknya. Tak heran jika pasar mereka di luar negeri jauh berkembang lebih pesat ketimbang di Indonesia.

‘SS’ pada logo Kuassa tadinya dirancang berwarna merah & mirip dengan lambang NAZI yg sensifif di sebagian pasar. Tanggapan sinis bermunculan dari Eropa, utamanya Jerman. Setelah kami mengubahnya menjadi silver, masalah baru mereda.

Momen lain yg juga selalu membekas di ingatan kedua Founder ini adalah ketika mereka pertama kali mendapat keuntungan dalam jumlah besar di awal perintisannya.

Pertama kali kami dapat sales yg signifikan hanya dalam tempo sehari, sempat kaget & takut sendiri dikala order mengalir deras sewaktu refresh-refresh browser.
2.Arip Tirta (Urbanindo): Disangka akan membuat warnet

Tinggal di Amerika Serikat selama belasan tahun, kemudian sukses merampungkan kuliah di universitas bergengsi, ternyata tidak lantas membuat Arip Tirta lupa dengan kampung halamannya. Arip yg sempat bermimpi kerja di Wallstreet, berkesempatan magang di VC & sukses membuka matanya di ranah entrepreneur.

Booming startup di Indonesia memang baru terjadi dalam dua sampai tiga tahun ke belakang. Tak pelak, keputusan Arip yg sudah belasan tahun tinggal di Amerika memutuskan kembali ke Indonesia mengundang sejumlah pertanyaan, utamanya dari teman & keluarga terdekat.

Ketika saya menjawab akan mendirikan internet company, mereka mengira saya akan berbisnis warung internet.
3. Ryan Gondokusumo (Sribu.com, Sribulancer & Halo Diana): Dari takut terbang, lalu menjadi serial entrepreneur

Bila kamu pernah mendengar, Sribu, sebuah situs penghubung antara klien yg ingin membutuhkan desain dengan komunitas desainer; SribuLancer, platform online yg menghubungkan klien dengan freelancer; serta Halo Diana, asisten virtual pribadi, sekarang saatnya mengenal Founder-nya, Ryan Gondokusumo.

Jauh sebelum menceburkan diri ke ranah entrepreneur, Ryan bercita-cita menjadi pilot. Namun apa daya, ia ternyata takut terbang & mau tidak mau harus mengubur mimpinya.

Startup terbaru Ryan adalah HaloDiana. Di tengah berkembangnya teknologi komunikasi, ia memutuskan untuk membuat platform berbasis SMS.

Saat ini semua orang punya smartphone & akses internet. Di saat yg bersamaan, semua orang juga punya SMS. Jadi SMS merupakan jalan yg mudah (cheaper way) untuk mengembangkan sebuah teknologi baru.
4.Taufhswara Diasriandanu (Jelasin.com): Jarang kuliah & modal PC pinjaman

Bila kamu kerap ragu menceburkan diri ke dunia entrepreneur & bingung masalah modal, pengalaman Ufan dalam mendirikan startup mungkin bisa dijadikan inspirasi. Selepas harus meninggalkan perusahaan sebelumnya yg bangkrut, ia memutuskan untuk kembali ke passion-nya di ranah animasi.

PC yg ada di rumah tidak bisa digunakan untuk membuat animasi, untungnya ada teman yg memberi pinjaman PC. Saya mulai mengerjakan proyek freelance yg menjadi cikal bakal Jelasin.com.

Ufan juga termasuk orang yg menemukan passion dengan cara yg unik. Mungkin kamu juga bisa meniru caranya saat kuliah sembari bekerja.

Yang pasti sejak dulu sudah tertarik pada IT & animasi. Saat bekerja di software house sana saya mengerjakan beragam proyek animasi di sela kuliah. Malahan kuliahnya yg jarang,

Potensinya sudah saya lihat sejak 2010 sebenarnya. Terlebih saya sewaktu di Australia sudah sempat terjun ke ranah ini. Namun satu yg saya yakini adalah Indonesia berbeda dari negara lain untuk urusan ini, sehingga kita tidak bisa serta merta mencomot sesuatu dari luar & mengembangkannya di sini.
5. Razi Thalib (Setipe.com): Merantau, galau, & S2 yg dibayar

Kalau kamu pernah merasa galau semasa kuliah / bahkan ketika bekerja, kamu tidak perlu berkecil hati. Razi yg merupakan Founder Setipe.com juga pernah merasakan hal yg sama.

Saya cuma tahunya dulu kuliah ya kuliah saja. Dari yg awalnya kuliah sains, lalu pindah ke bisnis, sampai akhirnya IT. Itu semua saya lakukan di kampus yg berbeda.

Dari kegalauan masa kuliah, Razi yg sempat bekerja di berbagai ranah bisnis semat mendapat tawaran S2 yg dibayar, saat Nadiem Makarim mengajaknya untuk mengembangkan Zalora.

Potensinya sudah saya lihat sejak 2010 sebenarnya. Terlebih saya sewaktu di Australia sudah sempat terjun ke ranah ini. Namun satu yg saya yakini adalah Indonesia berbeda dari negara lain untuk urusan ini, sehingga kita tidak bisa serta merta mencomot sesuatu dari luar & mengembangkannya di sini.
6. Ajie Santika (Tinker Games): Racun berbuah candu

Sebagai anak-anak yg lahir di penghujung tahun 80-an, video game adalah hiburan yg lumrah. Sejak duduk di bangku sekolah Ajie pun sudah menggemari hiburan digital ini. Tak heran kenikmatan itu membuat Founder Tinker Games ini sempat kecanduan.

Game online yg pada masa itu makin menjamur membuat saya makin kecanduan.

Setelah melewati masa kecanduan itu, pria lulusan School of Business and Management Institut Teknologi Bandung ini berhasil menemukan jalan untuk memasuki ranah yg lebih serius: entrepreneur.

Saya kemudian melakukan riset mengenai industri game dunia & menemukan fakta bahwa industri ini memiliki peluang bisnis yg sangat besar, bahkan merupakan salah satu industri hiburan terbesar di dunia. Menyadari peluang tersebut serta melihat potensi teman-teman & lingkungan sekitar, akhirnya tercetus untuk membangun bisnis di ranah game.
7.Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy (eFishery): Mayat dalam kontrakan

Ternak ikan sukses memberi inspirasi bagi pria yg akrab disapa Gibran ini untuk mengembangkan eFishery. Namun siapa sangka ia juga sempat disebut-sebut menyimpan mayat.

Saya sempat ngontrak rumah di dekat kampus untuk tempat produksi cacingnya. Nah, karena cacing ini makannya sampah organik sisa-sisa restoran / pasar tradisional, dulu sempet ada kasus. Jadi di satu hari, waktu saya di kelas, saya sempat dihubungi pemilik kontrakan dengan nada marah-marah, diminta datang ke kontrakan itu. Pas saya di depan kontrakan, ternyata warga sekitar udah kumpul di depan, & tampangnya udah kaya mau mukulin orang. Saya kaget kan, kenapa mereka marah-marah. Eh, itu gara-gara saya dituduh nyimpen mayat di kontrakan, soalnya bau busuk kecium dari jauh. Pas ditelusuri lebih lanjut, ternyata sampah buat makanan cacing saya pada busuk dimakan belatung, karena karyawan saya udah dua minggu kabur. Besoknya, saya diusir dari kontrakan itu.
8.Khairiyyah Sari (Bebelian): Hobi belanja tapi….

Wanita & belanja memang dua hal yg seolah tidak terpisahkan. Sebagai seorang yg pernah bergelut di bidang fashion Sari kerap berbelanja di berbagai situsbelanja internasional seperti Ebay.

Di sana saya menemukan ada beberapa selebriti Hollywood yg melelang barang-barang pribadinya. Tak jarang juga saya berhasil mendapatkan beberapa item tersebut.

Dari sekadar berbelanja, Sari memutuskan untuk mendirikane-commerce sendiri. Namun ternyata ada satu pengalaman paling tidak terlupakan saat mendirikan Bebelian.

Ketika ide ini sudah matang & saya sharing ke teman-teman terdekat, mereka sepertinya tidak yakin saya akan berjalan. Saya ini sebenarnya sangat gaptek. Makanya kadang tidak menyangka kalau akhirnya masuk ke ranah bisnis berbasis teknologi.
9. Grace Natalia (Asmaraku): Awal yg mengagetkan

Ide untuk menjadi entrepreneur bisa jadi menuai pro & kontra. Namun penentangan yg dihadapi Grace Natalia saat akan mendirikan Asmaraku ini rasanya terbilang unik.

Kalau ditanya pengalaman paling berkesan, itu adalah momen ketika saya mengutarakan akan memulai Asmaraku. Tentu saja banyak orang yg kaget, mulai dari keluarga sampai teman.

Rasanya wajar bila orang berpikir demikian, maklum saja apa yg ditawarkan Asmaraku tidak seperti toko online kebanyakan. Dari mulai pakaian dalam sampai lubricant bisa kamu temukan di sana.

Beruntung Grace memiliki kultur keluarga yg terbuka sehingga startup-nya terus berkembang sampai sekarang.

Ini yg membuat startup saya berkembang cukup cepat. Di sisi lain saya juga berhasil mewujudkan sesuatu yg berawal dari passion
10. Rian Yulianto (Gulajava Ministudio): Dikira jualan gula merah

Pernahkah kamu kesulitan dalam menentukan nama? Terlebih nama untuk sebuah produk / startup. Pun demikian halnya dengan Rian, inspirasi namanya didapat dari saat menyantap hidangan tradisional.

Tadinya sudah mencari nama hewan, tumbuhan, sampai nama-nama yg berbau futuristis masuk dalam daftar, tapi belum ada yg sreg.

Rian mudik ke Cilacap & sarapan di pasar tradisional menyantap kue lupis & kue cenil. Kedua kue ini disiram dengan gula merah yg menghadirkan sensasi rasa manis & gurih & memutuskan memakai gula jawa sebagai nama studionya.

Sambil mencoba meluruskan kalau kami bukan penjual gula merah tapi tim developer, kami segera merampungkan desain yg awalnya memakai gambar gula merah menjadi seperti yg sekarang bisa dilihat kalian semua.
11. Hannifa Ambadar (Female Daily): Semua karena ayah

Sosok insirasi dari seorang Founder startup tidak melelu orang-orang terkenal, bisa saja orang terdekat seperti keluarga. Ayah adalah sosok yg sangat mengubah pandangan hidup perempuan yg akrab disapa Hani ini.

Ayah saya adalah seorang entrepreneur & mempunyai law firm sendiri. Jadi dari kecil selalu melihat dia menjadi bos itu kayanya enak. Setelah punya anak saya makin melihat adanya potensi bisnis yg lebih besar kalau kita menjadi entrepreneur.
12. Anand Mulani (Crazy Hackerz): Tamagotchi ke startup IoT

Siapa bilang mainan tidak bisa menjadi trigger untuk membuat sesuatu. Anand yg waktu kecil terkenal sebagai penyedia jasa bongkar tak terima pasang ini mungkin ceritanya tidak akan seperti sekarang.

Dari membongkar mainan, Anand mulai merinits bisnis reparasi Tamagotchi, mainan yg sempat populer di era 90-an.

Banyak Tamagotchi teman saya yg rusak waktu itu. Saya belajar untuk membenarkannya secara otodidak.

Hal lain yg juga menarik dari Anand adalah bagimana ia menghadapi hal-hal yg tidak sesuai harapan.

Setiap terjadi hal yg tidak mengenakkan, saya selalu berusaha untuk mengikhlaskan keadaan. Sering kali kejadian kita tidak mengerti jalan hidup yg harus dilalui tetapi merupakan langkah yg perlu kita lalui untuk mencapai hasil yg kita inginkan. Ambil nafas panjang & fokus mencari celah / titik terang dari rintangan tersebut.
13. Ken Ratri Iswari (GeekHunter): Terjebak cinta segitiga

Konon, untuk bisa mewujudkan mimpi, kamu harus menulis / memajang gambarnya. Boleh percaya / tidak Ken menuliskan mimpinya di buku harian ingin menjadi entrepreneur saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Ken termasuk salah satu founder startup yg pernah mendirikan berbagai startup & jatuh bangun. Namun salah satu kegagalan paling unik menurutnya adalah ketika terjadi drama di tengah berjalannya startup.

.Jadi saya pernah membuat startup bersama tiga orang teman saya. Namun di tengah jalan terjadi konflik & drama percintaan.

Tepatnya cinta segitiga antar Founder sehingga akhirnya startup-nya bubar jalan
14. Robin Boe & Joni Kusno (Otten Coffee): Tetap setia di kampung halaman

Sama-sama suka bertemu dengan orang baru & tentunya suka minum kopi membuat dua sahabat ini memutuskan untuk membuat tidak meninggalkan kampung halaman mereka dengan sejumlah alasan.

Base kami tetap akan di Medan, karena bagaimanapun rasanya lebih enak untuk berada di tanah sendiri

Apa yg mereka lakukan menyelipkan makna tersirat bila menggapai sukses tidak bergantung pada daerah di mana kita berada.
15. Yudhi Domex Mandey & Gema Megantara (Wavoo): Harus rela kehilangan keluarga

Di mata duo mak comblang ini, tim sudah dianggap sebagai keluarga, namun ada momen saat mereka harus rela kehilangan keluarga.

Di dunia startup itu ada istilah hire fast, fire faster. Memecat staf adalah hal yg paling tidak mengenakkan & juga ketika kehilangan staf yg mengundurkan diri
16. Denny Santoso (Serial Entrepreneur): Mengurangi exposure & uang yg biasa saja

Namanya sudah dikenal sebagai pendiri banyak startup. Namun di bulan Desember 2014 Denny mendirikan Supplier.id. Kali ini ia memutuskan untuk tidak lagi eksis di berbagai media, / mengikuti kompetisi.

Saya sengaja melakukan itu. Exposure itu memang kelihatannya bagus. Tapi ibarat mobil yg berjalan kencang karena didorong, maka akan berhenti ketika dorongannya habis. Lain dengan yg berjalan sendiri.

Beberapa orang menilai bila untuk bisa sukses, kamu harus pindah ke kota besar / bahkan masuk ke ibukota. Namun Denny yg juga banyak menjalankan bisnis offline ini berpendapat lain.

Value tertinggi dalam hidup saya adalah keluarga. Kalau harus pindah maka saya harus mengorbankan keluarga. Saya lebih memilih money-nya biasa saja tapi bisa dekat dengan keluarga.
17. Rachmad Imron (Digital Happiness): Sepotong cerita dari balik kamar kos

Untuk para maniak game bergenre horor, mungkin kamu sudah mencoba Dread Out buatan studio game yg diinisiasi Rachmad. Serupa dengan beberapa tokoh teknologi yg mengawali bisnisnya dari garasi / ruang sempit lainnya. Kantor pertamanya juga sangat membekas di ingatannya.

Saya selalu bingung ketika ada klien. Kalau dulu ada yg mau datang ke kantor harus bagaimana. Maklum saya melakukannya dari bilik sempit di kamar kos.
18. Herry Budiman & William Susilo (Gorry Gourmet): Percaya dengan visi sendiri

Kutipan dari dua Founder startup yg bergerak di ranah catering online penyedia makanan sehat ini rasanya cocok untuk kamu yg masih ragu memilih bekerja di perusahaan orang / menjadi entrepreneur.

Setinggi apa pun posisinya, tetap saja yg dikerjakan adalah visi orang. Jelas belum tentu sesuai dengan ukuran ideal menurut kita. Lain halnya dengan startup, mau itu sekecil apapun kita bekerja untuk tujuan & nilai yg kita percaya.
19. Arif Fajar Saputra (Amplified): Ingin membakar ijazah

Meski banyak entrepreneur yg harus meninggalkan bangku kuliah & fokus mengurus bisnis, tidak sedikit juga yg memilih merampungkan kuliahnya dengan sejumlah pertimbangan. Meski begitu, Arif mengaku sempat ingin membakar ijazahnya.

Belajar nya banyak banget, karena ilmu yg ada di bangku kuliah itu ternyata hanya terpakai 10-15 persen saja untuk fondasi cara berfikir aja kebanyakan. Pas di lapangan ternyata banyak banget yg harus dipelajari di jalanan jadi street learner deh! Terus banyak banget ketemu orang-orang gila baru yg mau diajak bikin produk gila bareng orang gila.
20. Irzan Raditya (YesBoss): Bekerja bak tukang roti

Meskipun mantan anak band & kini mengembangkan asisten pribadi virtual, Irzan mengaku cara kerja terbaik adalah seperti tukang roti.

Saya suka kerja kayak tukang roti. Pagi bikin, siang jualan, malam berhitung. Bedanya kalau tukang beneran yg dihitung pendapatan, saya data.
21. Enda Nasution (Sebangsa): Langsung nyebur saja!

Apakah kamu sempat ragu-ragu untuk berpaling dari bekerja dengan orang & menjadi entrepreneur lantaran sejumlah alasan? Berbekal pengetahuan & pengalaman di bidang digital marketing akhirnya ia memutuskan untuk menceburkan diri ke ranah ini melalui bisnisnya sendiri.

Saya tidak berpikir panjang soal stabilitas & job security saat menceburkan diri ke dunia ini. Padahal saya sudah punya keluarga & tanggungan.
22. Ishak Tanoto (5Beat): Bersiap untuk kehilangan

Tidak jarang kamu memulai bisnis dari pertemanan. Tidak ada yg salah memang, namun menurut Ishak, terkadang kita harus berani membuat keputusan yg perih sekalipun.

Teman baik sekalipun bukan berarti visi & misinya akan sama dengan kamu. Kemungkinan terburuknya adalah kamu akan kehilangan teman.
23. Andreas Sanjaya (Badr Interactive): Berikan manfaat untuk orang banyakAndreas Senjaya (CEO Badr Interactive)

Prinsip dari startup adalah memberikan solusi dari masalah yg terjadi di sekitar kita. Tak mengherankan bila Jay sebagai founder startup merasa pentingnya memikirkan lingkungan ketimbang dirinya sendiri.

Sejak duduk di bangku kuliah, itu menjadi visi hidup saya. Dan, untuk bisa memberikan manfaat yg besar bagi orang lain, kita harus memiliki kapasitas & kredibilitas yg besar pula.
24. Andy Fajar Handika (Makan Diantar): Lebih baik terlambat sadar ketimbang tidak

Bertahun-tahun menekuni suatu hal ternyata belum tentu menjadi passionkamu. Sama halnya dengan Andy yg lama bergelut di ranah pemrograman ternyata keliru.

Ketika menyadari bahwa lebih suka makan daripada coding, saya memutuskan beralih ke ranah kuliner
25. Alvin Rizky Ismail (Digilive): Pastikan sudah pas!

Saat kamu berencana meluncurkan produk, salah satu kunci dari Alvin adalah memastikan semuanya sudah pas.

Utamakan passion & elemen fun. Selain itu juga pastinya totalitas, cari partner yg tepat & launch di momen yg pas.
26. Soegianto Widjaya (Cookpad): Biarkan cinta hilang

Sedih saat kehilangan akan hal yg dicintai memang wajar. Soegianto juga pernah mengalaminya. Cinta akan coding harus kandas karena gagal masuk jurusan IPA saat duduk di bangku SMA. Namun siapa sangka ia menemukan cinta yg lain.

Saya suka makan, & kakak saya suka masak. Kalau orang sudah suka, maka kreatitvitas akan terdorong dengan sendirinya. Kalau sudah begini, maka akan muncul perasaan lebih bahagia.
27. Andi Taru (Educa Studio): Modal Rp0, jangan takut

Bisnis dengan modal Rp0? Mungkin akan sulit dipercaya. Tapi Andi Taru sukses membuktikan bila apa pun bisa dilakukan dengan niat yg benar-benar kuat. Ia juga mengaku pantang mengenal rasa takut.

Waktu mendirikan Educa itu bukan hanya sekadar Rp0, tapi juga pengalaman belum ada. Saya mengawali semua ini dari rumah, setiap hari kerja 16 jam, sampai tetangga bilang pengangguran. Tapi saya tidak pernah merasa takut.

Itulah kutipan-kutipan paling menarik dari kisah founder startup yg sempat kami ajak berbincang secara personal di tahun 2015. Apakah kamu memiliki kutipan dari founder lain yg berhasil menginspirasi kamu? Sampaikan di kolom komentar ya!

(Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

Dikutip dari sini
 
Top