Seperti yg dikutip dari liputan6.com, Seorang perempuan 35 tahun asal Australia mendapat predikat ‘fashion victim’ gara-gara betisnya menggelembung & bengkak gara-gara jin ketat. Ia mengalami kondisi yg disebut compartment syndrome / dalam Bahasa Indonesia disebut sindroma kompartemen.
Dan, itu bukan kali pertamanya seseorang menjadi korban tren gaya yg mengandung bahaya. “Bahkan, sejak Zaman Batu,” kata Summer Streves, penulis Fashionably Fatal.
“Ketika fashion mencapai titik ekstrem, saya menyebutnya sebagai kesombongan yg gila,” tambah dia.
Berikut 5 tren gaya paling mematikan dalam sejarah:
1. Crinoline
Namun, pemakaian crinoline bisa berakibat fatal. Sejumlah perempuan tewas akibat kebakaran pada roknya.
Pada Juli 1861, penyair Henry Wadsworth Longfellow cepat-cepat menolong istrinya yg terancam bahaya akibat kebakaran pada roknya.
“Saat duduk di meja perpustakaan, membuat semacam segel untuk mainan kedua putranya yg masih kecil, sebatang korek api / selembar kertas yg terbakar mengenai roknya. Sesaat kemudian, tubuhnya berselimut api,” demikian dikabarkan Boston Daily Advertiser.
Sehari kemudian, korban meninggal dunia.
Tak hanya itu, 2 saudari penulis & penyair Oscar Wilde juga tewas terbakar saat mereka tak sadar berada terlalu dekat dengan api unggun dalam sebuah pesta.
Pada 1858, New York Times dalam artikelnya menyatakan bahwa rata-rata ada 3 kematian per minggu akibat crinoline yg terbakar. Para perempuan yg ingin terlihat anggun harus ekstra berhati-hati, saat bergerak juga dalam perilakunya. Jika gagal, nyawa bisa jadi taruhannya.
Musibah juga terjadi pada 1863 di Santiago, Chile. Antara 2.000-3.000 orang tewas dalam insiden kebakaran di sebuah gereja.
Awalnya lampu gas membakar gorden yg ada di dinding. Kebakaran tak terhindarkan. Namun, rok para perempuan memblokir jalan keluar, dalam kondisi yg serba panik, membuat orang-orang tak bisa melarikan diri.
2. Kerah tegak & kaku (stiff collars)
Saking kakunya, kerah itu terbukti bisa mematikan. “Kerah itu mendapat julukan ‘father killer’ — pembunuh para ayah, / ‘Vatermorder’ dalam Bahasa Jerman,” kata Streves.
“Benda itu bisa memotong suplai darah ke arteri karotis (pembuluh darah yg menyuplai darah ke area leher & kepala),” tambah dia.
Para pria pada Zaman Edwardian memakainya sebagai aksesoris, untuk pergi ke klub para gentleman, menenggak beberapa gelas minuman keras sampai teler, & tertidur di kursi berlengan, dengan kepala miring ke depan. Posisi yg membuat leher mereka otomatis tercekik.
Salah satu obituari yg ditulis pada 1888 di New York Times berjudul ‘Choked by his collar’ — tercekik kerah sendiri.
Begini isi berita duka itu: seorang pria bernama John Cruetzi ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di taman. “Petugas koroner berpendapat, korban dalam kondisi mabuk, duduk di bangku, lalu tertidur. Kepalanya miring, di dekat dada, & kerah kakunya mencekik tenggorokan, memotong aliran darah, membawanya menuju kematian.
3. Korset
Meski membuat pemakainya tampak indah, korset mengandung bahaya bagi kesehatan.
“Korset menyebabkan gangguan pencernaan, sembelit, pemakainya sering pingsan karena kesulitan bernafas, & bahkan pendarahan,” kata Streves.
Korset juga menghambat pernafasan sehingga menimbulkan kondisi yg dikenal sebagai ‘heaving bosom’ pada era Victorian — yg merupakan indikasi adanya tekanan pada paru-paru.
Sementara, organ internal lain terpaksa bergeser dari posisi alami mereka untuk mengakomodasi bentuk & tekanan korset.
“Pada 1874, sebuah daftar memuat 97 penyakit akibat pemakaian korset termasuk memicu potensi tinggi histeria & melankolis,” kata Streves.
Ia menambahkan, pada 1860-an & awal 1890-an, jurnal kedokteran The Lancet menerbitkan setidaknya 1 artikel setiap tahun tentang bahaya korset pada kesehatan. Tak hanya berupa kesulitan bernafas & kerusakan organ.
“Pada 1903, seorang ibu 6 anak berusia 42 tahun, Mary Halliday tewas setelah mengalami kejang,” urai Streves.
New York Times melaporkan, selama otopsi diketahui 2 lembar baja korset ditemukan menyembul keluar & menusuk bagian jantungnya. Panjangnya mencapai 8, 75 inchi / 22 cm. Saat ujung-ujungnya saling bergesekan mengikuti gerakan tubuh, efeknya mirip dengan pisau cukur.
4. Mad Hatter
Ungkapan ‘mad as a hatter’ telah digunakan 30 tahun sebelum Lewis Carroll mempopulerkannya dalam Alices Adventures in Wonderland.
Keracunan merkuri adalah risiko kerja bagi para pembuat topi pada Abad ke-18 & ke-19. Bahan kimia tersebut digunakan dalam produksi kulit. Paparan dalam jangka panjang bisa mengarah pada penyakit ‘mad hatter’.
Gejalanya termasuk gemetaran (tremor) & rasa malu patologis, juga mudah tersinggung.
Ketika diserap tubuh, merkuri dapat ditemukan di darah, air seni, empedu, keringat, air liur, & pada beberapa permukaan usus.
Merkuri hingga kini juga bisa ditemukan dalam sejumlah produk pemutih, yg menjanjikan kulit putih dalam waktu yg singkat.
5. Kaki Lotus
Setelah itu, kebiasaan membebat kaki (footbinding) diberlakukan di China. Orangtua menggunakan kain panjang untuk membebat kaki mungil putri kecilnya– sejak usia 2 tahun — kecuali jempol, sehingga telapak kakinya menekuk & menempel dengan telapak kaki.
Jutaan perempuan China diikat kakinya sehingga menjadi “bunga teratai emas 3 inci” / ‘San Cun Jin Lian’. Memiliki kaki yg kecil dianggap simbol kecantikan, juga status. Kadang itu jadi satu-satunya modal bagi seorang perempuan untuk menikah dengan pria kaya.
Footbinding bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan kaki sehingga tidak akan tumbuh lebih dari 3-4 inci.
Sebuah kaki dengan ukuran sempurna tiga inci disebut ‘lotus emas’ sementara empat inci dianggap perak. Makin kecil kaki, makin dianggap cantik, & jadi simbol kebanggaan suami & keluarga.
Praktik menyiksa ini kali pertama dilarang pada 1912, namun sejumlah keluarga mengikat kaki anak-anaknya secara rahasia.
Menurut Streves, praktik membentuk kaki tak hanya dilakukan di China. Beberapa abad lalu, sejumlah perempuan mengamputasi jari kakinya, agar pas di sepatu yg dianggap modis.
Ia menambahkan, praktik di masa lalu memang terdengar barbar, namun faktanya para kaum hawa saat ini mati-matian menahan sakit demi tampil ‘indah’.
Bahkan ada yg sampai melakukan bedah untuk memperpendek jari kaki, bahkan amputasi deriji kaki yg sehat, agar pas masuk ke stiletto.
“Masih banyak korban fashion di abad ke-21. Meskipun korset superketat / crinoline tak ada lagi, saat ini ada orang yg membuang tulang rusuk agar memiliki pinggang yg lebih kecil.”
Baca juga tentang tren modifikasi tubuh dari seluruh dunia disini
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena konten 5 Tren Fashion yang Membunuh Manusia diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Forum N3 Nyit-nyit.net membahas Video games, indie games, standalone games, plugins, free games, game extensions, expansion packs, game episode, game cheat, cara curang, cheat engine, game mods, modifications, mods, development, total conversions, modification, enhancement, games, plugins, addons, extensions, episode, expansion packs. We talks about latest Game Cheats, Cracks, Keygens and Hacks. Hacks & Cheats and trainers for many other multiplayer games. Free download games, hacks, cheats tools, projects, graphics. We create Hacks for Games,Cheats Tools,Trainer Tools. Hack,Cheats,Hack iOS Games,Hack Android Games,Cheats facebook games, Online games hack. 5 Tren Fashion yang Membunuh Manusia.