Aksi bom di Sri Lanka yang terorganisir dan sangat terkoordinasi telah mengejutkan negara Asia Selatan yang baru pulih dari perang sipil 10 tahun yang lalu. Meskipun tidak jelas apakah sejarah negara itu berperan dalam serangan bom ini, warga Sri Lanka telah mengalami kekerasan sektarian selama puluhan tahun. Kemampuan untuk meluncurkan beberapa serangan sekaligus menunjukkan tingkat kecanggihan, perencanaan, pendanaan, dan jangkauan.
Oleh: Foreign Policy
Lebih dari 200 orang tewas dalam ledakan simultan di gereja-gereja dan hotel-hotel di Sri Lanka yang juga melukai beberapa ratus korban. Serangan terkoordinasi itu berlangsung pada hari Minggu pagi (21/4). Menurut laporan media, total ada delapan ledakan, termasuk di gereja-gereja di Negombo dan Kochchikade di barat negara itu, dan Batticaloa di timur. Tiga hotel mewah di ibu kota Kolombo juga menjadi sasaran.
Masih belum jelas siapa yang melakukan serangan itu. Pemerintah Sri Lanka telah mengumumkan jam malam nasional yang tidak terbatas dan memblokir jaringan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk mencegah penyebaran desas-desus yang mungkin memicu kekerasan antar masyarakat, seperti yang terjadi pada Maret 2018 ketika gerombolan warga Buddha menyerang masjid, bisnis, dan rumah Muslim.
TARGET
Sri Lanka memiliki 22 juta penduduk. Dari jumlah tersebut, sekitar tiga perempat penduduk adalah etnis Sinhala, yang sebagian besar beragama Buddha. Hampir seperlima orang Sri Lanka mengidentifikasikan diri mereka sebagai etnis Tamil―baik dari Sri Lanka atau ekstraksi India―dan sebagian besar dari mereka beragama Hindu. Sekitar 10 persen populasi adalah Muslim, dan 7 persen Kristen—kelompok yang mencakup orang Tamil dan Sinhala.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Foreign Policy
Lebih dari 200 orang tewas dalam ledakan simultan di gereja-gereja dan hotel-hotel di Sri Lanka yang juga melukai beberapa ratus korban. Serangan terkoordinasi itu berlangsung pada hari Minggu pagi (21/4). Menurut laporan media, total ada delapan ledakan, termasuk di gereja-gereja di Negombo dan Kochchikade di barat negara itu, dan Batticaloa di timur. Tiga hotel mewah di ibu kota Kolombo juga menjadi sasaran.
Masih belum jelas siapa yang melakukan serangan itu. Pemerintah Sri Lanka telah mengumumkan jam malam nasional yang tidak terbatas dan memblokir jaringan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk mencegah penyebaran desas-desus yang mungkin memicu kekerasan antar masyarakat, seperti yang terjadi pada Maret 2018 ketika gerombolan warga Buddha menyerang masjid, bisnis, dan rumah Muslim.
TARGET
Sri Lanka memiliki 22 juta penduduk. Dari jumlah tersebut, sekitar tiga perempat penduduk adalah etnis Sinhala, yang sebagian besar beragama Buddha. Hampir seperlima orang Sri Lanka mengidentifikasikan diri mereka sebagai etnis Tamil―baik dari Sri Lanka atau ekstraksi India―dan sebagian besar dari mereka beragama Hindu. Sekitar 10 persen populasi adalah Muslim, dan 7 persen Kristen—kelompok yang mencakup orang Tamil dan Sinhala.
Baca Artikel Selengkapnya di sini