Lama tidak muncul dalam pentas sepakbola nasional terutama di tim Indonesia Super League, Djoko Susilo ternyata aktif membina pemain muda di wilayah Papua. Saat ini, mantan pelatih Persiwa Wamena itu membesut tim Pra PON Papua.
Dia pun memberikan penilaiannya tentang Arema Cronus. Menyusul, timnya baru saja beruji coba melawan tim Singo Edan, Selasa (15/9) kemarin. Djoko menuturkan, Arema telah kehilangan karakternya selama babak penyisihan Piala Presiden. Sebagai Aremania, dia juga mengikuti perkembangan Arema di pentas yang diadakan oleh Mahaka Sports and Entertainment ini.
"Dulu pertahanan serapat apapun bisa dibongkar di Kanjuruhan. Kehilangan karakter itu membuat mereka kesulitan melawan Persela dan PSGC. Saya sangat sayangkan ini, karena di antara tim lain, Arema terus menggelar latihan dan tidak dibubarkan," ujar, Djoko kepada Goal Indonesia.
Dia pun menilai, kepergian almarhum Suharno berpengaruh besar terhadap motivasi para pemain Arema. "Saya kenal dekat dengan Suharno karena dia juga pernah membesut Persipura dan Persiwa. Mungkin harus segera dicarikan sosok pembangkit motivasi, karena tidak ada perubahan di susunan pemain atau asisten pelatih," tuturnya.
Di sisi lain, Djoko yang sebelumnya malang melintang di sejumlah klub Indonesia Super League (ISL), punya alasan tersendiri untuk tetap setia di bumi Cendrawasih. Dirinya menceritakan banyak sekali pemain asal Papua yang punya skill mentah. Mereka memerlukan guru atau pelatih yang punya lisensi bagus terutama level AFC.
"Kalau di ISL kan pemain sudah banyak yang jadi, dan pelatih tinggal memilih yang sesuai dengan skemanya. Maka untuk tim PON ini kami mencari hingga pelosok, mengolahnya dari barang mentah menjadi pemain yang berkualitas. Sebagai contoh, banyak pemain kami yang kemudian direkrut untuk masuk tim Persipura U-21. Ini menjadi kebanggaan saya sebagai pembina anak muda," ujar Djoko.
Di samping itu, Djoko mengungkapkan dirinya merasa nyaman melatih para pemain usia dini. Itu karena tidak banyak intrik dan semua berjalan alami. "Jadi saya bisa nyaman melatih, setidaknya hingga PON 2016 usai," tuturnya.
Sayang, ketekunannya membina anak-anak usia dini harus mengalami musibah dengan dibekukannya PSSI oleh FIFA. Dirinya menyebut, hal ini sebagai tragedi generasi muda yang punya jatah di pentas Asia.
"Inilah kadang yang membuat saya miris. Contoh saya punya anak buah usia 14 hingga 17 tahun, tetapi mereka tidak bisa mengikuti kejuaraan Asia padahal sudah dibina sedemikian rupa. Sementara untuk tahun depan, usia mereka sudah lewat. Mereka banyak yang menanyakan kepada saya kapan konflik ini berakhir," terang Djoko.
"Sudahlah kalau mau cari mafia segera tangkap dan diadili sesuai hukum. Tidak perlu dibiarkan pembekuan federasi ini berlanjut-lanjut, karena ini membuat banyak anak muda di Indonesia terhalang cita-citanya," keluhnya.
Terkait dengan persiapan timnya di Pra PON, mantan pelatih Semen Padang itu menyatakan persiapannya sudah memasuki tahap akhir, sebelum bertarung, 4 Oktober nanti. Selama di pulau Jawa, Djoko mengaku banyak memetik manfaat.
"Kalau di Papua sana sangat sedikit tim yang bisa diajak uji tanding, biasanya ya tim Persipura U-21. Sementara di Jawa ini banyak sekali pilihan, kami dari Jawa Tengah dan berakhir dengan uji coba melawan Arema. Dulu kalau di Papua kami menang dengan skor besar diatas tiga, tidak ada manfaat dari uji coba itu," urai pria asal Dampit, Kabupaten Malang ini.
"Kemudian ketika kami di sini, kami mendapatkan kesulitan yang kami inginkan untuk mengembangkan permainan, termasuk dari Arema U-21 atau Arema senior. Semoga beberapa laga yang kami lakukan mempunyai hasil yang maksimal nanti di saat penyisihan menuju ke PON Jawa Barat," pungkasnya.(gk-48)
liga indonesia isl, live score, wikipedia, pes 2013, divisi 1, 2014, super, Arema Cronus Dinilai Sudah Kehilangan Karakter
Dia pun memberikan penilaiannya tentang Arema Cronus. Menyusul, timnya baru saja beruji coba melawan tim Singo Edan, Selasa (15/9) kemarin. Djoko menuturkan, Arema telah kehilangan karakternya selama babak penyisihan Piala Presiden. Sebagai Aremania, dia juga mengikuti perkembangan Arema di pentas yang diadakan oleh Mahaka Sports and Entertainment ini.
"Dulu pertahanan serapat apapun bisa dibongkar di Kanjuruhan. Kehilangan karakter itu membuat mereka kesulitan melawan Persela dan PSGC. Saya sangat sayangkan ini, karena di antara tim lain, Arema terus menggelar latihan dan tidak dibubarkan," ujar, Djoko kepada Goal Indonesia.
Dia pun menilai, kepergian almarhum Suharno berpengaruh besar terhadap motivasi para pemain Arema. "Saya kenal dekat dengan Suharno karena dia juga pernah membesut Persipura dan Persiwa. Mungkin harus segera dicarikan sosok pembangkit motivasi, karena tidak ada perubahan di susunan pemain atau asisten pelatih," tuturnya.
Di sisi lain, Djoko yang sebelumnya malang melintang di sejumlah klub Indonesia Super League (ISL), punya alasan tersendiri untuk tetap setia di bumi Cendrawasih. Dirinya menceritakan banyak sekali pemain asal Papua yang punya skill mentah. Mereka memerlukan guru atau pelatih yang punya lisensi bagus terutama level AFC.
"Kalau di ISL kan pemain sudah banyak yang jadi, dan pelatih tinggal memilih yang sesuai dengan skemanya. Maka untuk tim PON ini kami mencari hingga pelosok, mengolahnya dari barang mentah menjadi pemain yang berkualitas. Sebagai contoh, banyak pemain kami yang kemudian direkrut untuk masuk tim Persipura U-21. Ini menjadi kebanggaan saya sebagai pembina anak muda," ujar Djoko.
Di samping itu, Djoko mengungkapkan dirinya merasa nyaman melatih para pemain usia dini. Itu karena tidak banyak intrik dan semua berjalan alami. "Jadi saya bisa nyaman melatih, setidaknya hingga PON 2016 usai," tuturnya.
Sayang, ketekunannya membina anak-anak usia dini harus mengalami musibah dengan dibekukannya PSSI oleh FIFA. Dirinya menyebut, hal ini sebagai tragedi generasi muda yang punya jatah di pentas Asia.
"Inilah kadang yang membuat saya miris. Contoh saya punya anak buah usia 14 hingga 17 tahun, tetapi mereka tidak bisa mengikuti kejuaraan Asia padahal sudah dibina sedemikian rupa. Sementara untuk tahun depan, usia mereka sudah lewat. Mereka banyak yang menanyakan kepada saya kapan konflik ini berakhir," terang Djoko.
"Sudahlah kalau mau cari mafia segera tangkap dan diadili sesuai hukum. Tidak perlu dibiarkan pembekuan federasi ini berlanjut-lanjut, karena ini membuat banyak anak muda di Indonesia terhalang cita-citanya," keluhnya.
Terkait dengan persiapan timnya di Pra PON, mantan pelatih Semen Padang itu menyatakan persiapannya sudah memasuki tahap akhir, sebelum bertarung, 4 Oktober nanti. Selama di pulau Jawa, Djoko mengaku banyak memetik manfaat.
"Kalau di Papua sana sangat sedikit tim yang bisa diajak uji tanding, biasanya ya tim Persipura U-21. Sementara di Jawa ini banyak sekali pilihan, kami dari Jawa Tengah dan berakhir dengan uji coba melawan Arema. Dulu kalau di Papua kami menang dengan skor besar diatas tiga, tidak ada manfaat dari uji coba itu," urai pria asal Dampit, Kabupaten Malang ini.
"Kemudian ketika kami di sini, kami mendapatkan kesulitan yang kami inginkan untuk mengembangkan permainan, termasuk dari Arema U-21 atau Arema senior. Semoga beberapa laga yang kami lakukan mempunyai hasil yang maksimal nanti di saat penyisihan menuju ke PON Jawa Barat," pungkasnya.(gk-48)
liga indonesia isl, live score, wikipedia, pes 2013, divisi 1, 2014, super, Arema Cronus Dinilai Sudah Kehilangan Karakter