Aksi terorisme terhadap dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, membuat negara itu terguncang. Perdana Menteri Jacinda Ardern tampil sebagai sosok yang bisa menunjukkan empati dan keteguhan, persis seperti yang dibutuhkan negara itu saat ini, terutama komunitas Muslim-nya yang menjadi korban. Setelah penembakan di Selandia Baru itu, Ardern berjanji akan melakukan aksi nyata, seperti mengubah undang-undang senjata api.
Oleh: Steve McMorran dan Nick Perry (Associated Press)
Attribut yang membantu Jacinda Ardern naik menjadi pemimpin Selandia Baru pada usia 37 tahun termasuk pandangannya yang optimis dan juga kepribadiannya yang ceria. Dan dia menjadi inspirasi bagi wanita bekerja di seluruh dunia tahun lalu, ketika dia melahirkan putrinya, Neve.
Namun perdana menteri Selandia Baru ini kini menunjukkan kualitas lain di hadapan negara yang gelisah setelah seorang pria bersenjata membantai 50 orang di dua masjid di Christchurch. Dia menunjukkan keteguhan untuk mengubah undang-undang senjata api dan empati mendalam terhadap keluarga korban dan komunitas Muslim.
Pada hari Jumat sore di depan sebuah meja sederhana yang dibentangkan di ruang konferensi sebuah hotel di New Plymouth, kota yang terletak di Pulau Utara Selandia Baru, Ardern mengatakan kepada negara itu tentang penembakan tadi. Detil masih belum jelas, tapi gerak-geriknya yang terlihat terguncang, getaran di suaranya, menegaskan bahwa situasinya muram.
Penembakan massal adalah sesuatu yang hampir tak terdengar di Selandia Baru. Orang-orang membutuhkan peyakinan dan informasi.
Saat selanjutnya ia berbicara dari Parlemen di Wellington dia lebih tenang, lebih kukuh. Dia memberikan detil dari jumlah korban jiwa yang besar dan tentang penahanan pelaku, seorang pria Australia yang telah memilih Selandia Baru sebagai lokasi kejahatannya.
“Anda mungkin telah memilih kami,” ujarnya. “Kami sepenuhnya menolak dan mengutuk Anda.”
Ketika Presiden Donald Trump menghubungi Ardern untuk menyampaikan simpati dan menanyakan bantuan apa yang AS bisa berikan, Ardern mengatakan dia akan menerika simpati dan cinta kasih terhadap komunitas Muslim. Itu adalah semacam sindiran, terhadap persepsi tentang bagaimana Trump bersikap anti-Islam.
Pada hari Jumat, Ardern terbang ke Christchurch. Dia mengenakan hijab sederhana dan menemui keluarga orang-orang yang terbunuh dan terluka.
Di pusat pengungsi, dia mengatakan kepada para pemimpin Muslim bahwa negara bersatu dalam duka.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Steve McMorran dan Nick Perry (Associated Press)
Attribut yang membantu Jacinda Ardern naik menjadi pemimpin Selandia Baru pada usia 37 tahun termasuk pandangannya yang optimis dan juga kepribadiannya yang ceria. Dan dia menjadi inspirasi bagi wanita bekerja di seluruh dunia tahun lalu, ketika dia melahirkan putrinya, Neve.
Namun perdana menteri Selandia Baru ini kini menunjukkan kualitas lain di hadapan negara yang gelisah setelah seorang pria bersenjata membantai 50 orang di dua masjid di Christchurch. Dia menunjukkan keteguhan untuk mengubah undang-undang senjata api dan empati mendalam terhadap keluarga korban dan komunitas Muslim.
Pada hari Jumat sore di depan sebuah meja sederhana yang dibentangkan di ruang konferensi sebuah hotel di New Plymouth, kota yang terletak di Pulau Utara Selandia Baru, Ardern mengatakan kepada negara itu tentang penembakan tadi. Detil masih belum jelas, tapi gerak-geriknya yang terlihat terguncang, getaran di suaranya, menegaskan bahwa situasinya muram.
Penembakan massal adalah sesuatu yang hampir tak terdengar di Selandia Baru. Orang-orang membutuhkan peyakinan dan informasi.
Saat selanjutnya ia berbicara dari Parlemen di Wellington dia lebih tenang, lebih kukuh. Dia memberikan detil dari jumlah korban jiwa yang besar dan tentang penahanan pelaku, seorang pria Australia yang telah memilih Selandia Baru sebagai lokasi kejahatannya.
“Anda mungkin telah memilih kami,” ujarnya. “Kami sepenuhnya menolak dan mengutuk Anda.”
Ketika Presiden Donald Trump menghubungi Ardern untuk menyampaikan simpati dan menanyakan bantuan apa yang AS bisa berikan, Ardern mengatakan dia akan menerika simpati dan cinta kasih terhadap komunitas Muslim. Itu adalah semacam sindiran, terhadap persepsi tentang bagaimana Trump bersikap anti-Islam.
Pada hari Jumat, Ardern terbang ke Christchurch. Dia mengenakan hijab sederhana dan menemui keluarga orang-orang yang terbunuh dan terluka.
Di pusat pengungsi, dia mengatakan kepada para pemimpin Muslim bahwa negara bersatu dalam duka.
Baca Artikel Selengkapnya di sini