• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Candi-Candi yang Ditenggelamkan dan Diungkap oleh Sunami

ON3

Mahasiswa
Journalist

“Seven Pagodas” or Tujuh Pagoda telah menjadi julukan untuk kota di selatan India, Mahabalipuram, yg juga disebut Mamallapuram, sejak penjelajah Eropa pertama menginjakkan kaki di kota ini. Seperti yg dikutip dari Alam Mengembang Jadi Guru, ungkapan “Tujuh Pagoda” mengacu pada mitos yg telah lama beredar di India sebelumnya, baru ke Eropa, & bagian lain dari dunia selama lebih dari sebelas abad.

Sebuah candi yg bernama Candi Pantai (Shore Temple) di Mahabalipuram, yg dibangun pada abad ke-8 di bawah pemerintahan Narasimhavarman II, berdiri di pantai Teluk Benggala. Legenda mengatakan bahwa enam candi lain pernah berdiri bersamanya.



MITOS
Sebuah legenda Hindu kuno ada yg menceritakan asal-usul pagoda. Pangeran Hiranyakasipu menolak untuk menyembah dewa Wisnu. Putra sang pangeran, Prahlada, yg mencintai Wisnu mengkritik kurangnya iman ayahnya. Hiranyakasipu membuang Prahlada tapi kemudian memanggilnya pulang kembali ke rumah. Ayah & anak kembali mulai berdebat tentang Wisnu. Ketika Prahlada menyatakan bahwa Wisnu hadir di mana-mana, termasuk di dinding rumah mereka, ayahnya menen&g sebuah pilar. Wisnu pun muncul dari pilar dalam bentuk seorang pria dengan kepala singa, & membunuh Hiranyakasipu. Prahlada akhirnya menjadi raja, & memiliki seorang putra bernama Bali. Bali mendirikan Mahabalipuram di situs ini.



Bukti kuno yg tidak jelas

Rathas Nakula & Sadewa, th 1914, bagian dari komplek 7 Pagoda



Asal candi telah dikaburkan oleh waktu, & kurangnya catatan sejarah tertulis. D. R. Fyson, orang inggris yg menetap di Madras (sekarang Chennai), menulis sebuah buku singkat tentang kota ini berjudul ‘Mahabalipuram or Seven Pagodas’, yg dimaksudkan sebagai souvenir panduan untuk wisatawan Eropa. Di dalamnya, ia menyatakan bahwa Raja dinasti Pallava, Narasimharavarman I lah yg mulai membangun & sekaligus memperbesar Mahabalipuram, sekitar 630 M. Saat itu belum ada bukti arkeologi yg menunjukkan apakah kota yg dibangun oleh Narasimharavarman I ini adalah yg pertama yg dihuni di lokasi ini.

Sekitar 30 tahun sebelum berdirinya kota Narasimharavarman I, Raja dari dinasti yg sama, Mahendravarman memulai serangkaian pembangunan “kuil gua” yg diukir dilereng bukit berbatu. Bertentangan dengan namanya, kebanyakan kuil gua ini bukan gua alami. Mahendravarman I & Narasimharavarman I juga memerintahkan pembangunan kuil/candi yg berdiri bebas, yg disebut Rathas dalam bahasa daerah, Tamil. Sembilan Rathas saat itu berdiri di lokasi itu. Pembangunan kedua jenis candi di Mahabalipuram tampaknya berakhir sekitar 640 M. Fyson menyatakan bahwa bukti arkeologis mendukung klaim bahwa sebuah biara (vihara) ada di Mahabalipuram kuno. Ide biara diadopsi dari praktek penduduk Buddhis masa lalu di kawasan itu. Fyson menunjukkan bahwa tempat para biarawan mungkin telah dibagi antara sejumlah Rathas kota. Pengaruh Buddha juga tampak dalam bentuk pagoda tradisional dari Candi/Kuil Shore & arsitektur lainnya yg masih tersisa.

Fyson mengkhususkan halaman terakhir dari buku tipisnya, untuk mitos yg sebenarnya dari tujuh pagoda. Dia menceritakan mitos lokal mengenai pagoda, bahwa Dewa Indra menjadi cemburu dengan kota duniawi yg megah ini & kemudian menenggelamkannya selama badai besar, & hanya menyisakan Shore Temple di atas air. Dia juga menceritakan pernyataan dari orang-orang Tamil setempat bahwa setidaknya beberapa dari candi lainnya dapat dilihat “berkilauan di bawah gelombang” dari perahu nelayan. Apakah enam pagoda yg hilang itu benar-benar ada or tidak, tampaknya tidak menjadi perhatian utama Fyson. Namun, enam candi yg hilang terus memikat penduduk setempat, para arkeolog, & para pecinta mitos.



Penjelajah (penjajah) Eropa
Sejarawan India N. S. Ramaswami menyebut Marco Polo sebagai salah satu orang Eropa yg pertama mengunjungi Mahabalipuram. Marco Polo meninggalkan beberapa rincian kunjungannya tetapi tidak menandainya pada Peta Catalan nya tahun 1275.

Banyak orang Eropa yg berkunjung kemudian, menceritakan kisah Tujuh Pagoda. Yang pertama menuliskannya adalah John Goldingham, seorang astronom Inggris yg tinggal di Madras di akhir abad 18 & awal abad 19. Dia menulis akun kunjungannya & legenda pada tahun 1798, yg kemudian dikumpulkan oleh Mark William Carr dalam bukunya yg diterbitkan tahun 1869 berjudul “Makalah Deskriptif & Sejarah yg Berkaitan dengan Tujuh Pagoda di Coromandel Coast”. Dalam bukunya Goldingham menjelaskan semua seni, patung, & prasasti yg ditemukan di seluruh situs arkeologi di Mahabalipuram. Dia menyalin banyak prasasti dengan tangan & memasukkannya dalam esainya.





Pada tahun 1914, penulis inggris, J.W. Coombes mempercayai legenda pagoda setempat. Menurut dia, pagoda pernah berdiri di tepi pantai, & kubah tembaga mereka merefleksikan sinar matahari & menjadi tengara bahari. Dia menyatakan bahwa saat itu tidak diketahui dengan pasti, berapa banyak pagoda pernah ada. Ia percaya bahwa jumlahnya mungkin hampir tujuh.

Uniknya, sejarawan india, N.S. Ramaswami menuduh bahwa mitos tujuh pagoda yg dipercaya oleh orang eropa itu adalah dampak/akibat salah tafsir orang eropa terhadapi Syair seorang penyair eropa, Robert Southey, yg berjudul “The Curse of Kehama”, diterbitkan pada tahun 1810. Dalam puisinya, Southey jelas menyatakan bahwa lebih dari satu Pagoda terlihat. Tapi menurut Ramaswami, itu merujuk pada kota lain, bukan Mahabalipuram. Southey menceritakan kisah-kisah romantis dari banyak budaya di seluruh dunia, termasuk India, Roma, Portugal, Paraguay, & suku-suku asli Amerika, yg semuanya didasarkan pada akun perjalanan orang lain, & imajinasinya sendiri. Menurut Ramaswami “Kutukan Kehama” jelas mempengaruhi pemikiran orang eropa.

Ramaswami juga mengatakan bahwa penjelajah Eropa tidak sepenuhnya negatif. Dia mencatat bahwa, sebelum orang Eropa mulai mengunjungi India Selatan, banyak monumen kecil di Mahabalipuram yg sebagian or seluruhnya ditutupi oleh pasir. Para penjajah & keluarga mereka memainkan peran penting dalam mengungkap situs arkeologi di waktu luang mereka. Setelah para Arkeolog Inggris saat itu menyadari tingkat & keindahan situs, menjelang akhir abad ke-18, mereka menunjuk antiquarians berpengalaman seperti Colin Mackenzie untuk memimpin penggalian.


Shore temple sekitar tahun 1914



Sebelum akhir 2004, semua bukti tentang keberadaan Tujuh Pagoda sebagian besar adalah anekdot. Keberadaan Shore Temple, candi yg lebih kecil & Rathas hanya membuktikan bahwa daerah tersebut memiliki makna keagamaan yg kuat, tetapi ada sebuah bukti baru yaitu sebuah lukisan dari era Pallava yg menggambarkan sebuah komplek candi. Ramaswami bahkan menulis secara eksplisit dibukunya tahun 1993 yg berjudul “Candi-Candi di India Selatan”, bahwa “Tidak ada kota yg tenggelam di Mamallapuram. Julukan yg diberikan oleh orang Eropa , ‘The Seven Pagodas’ adalah irasional & tidak dapat dipertanggungjawabkan”.

Namun kemudian pada tahun 2002 para ilmuwan memutuskan untuk menjelajahi daerah lepas pantai Mahabalipuram, dimana banyak nelayan Tamil modern yg mengaku telah melihat sekilas reruntuhan di dasar laut. Proyek ini merupakan upaya bersama antara National Institute of Oceanography (NIO, India) & Scientific Exploration Society, (Vora, Inggris). Kedua tim menemukan sisa-sisa dinding di kedalaman 5 sampai 8 meter, & 500 sampai 700 meter dari pantai. Tata letak dinding tersebut mengisaratkan bahwa mereka adalah dinding beberapa kuil. Para Arkeolog juga mengatakan bahwa dinding tersebut bertanggal kembali ke era Pallava, kira-kira saat Mahendravarman I & Narasimharavarman I memerintah wilayah tersebut. Para ilmuwan juga menambahkan bahwa situs bawah air mungkin mengandung struktur tambahan & artefak , & layak untuk dieksplorasi lebih lanjut di masa depan.



Sesaat sebelum tsunami
Sesaat sebelum tsunami 26 desember 2004 melanda Samudera Hindia, termasuk Teluk Benggala, air laut di lepas pantai Mahabalipuram surut sekitar 500 meter. Banyak turis & warga setempat yg menyaksikan peristiwa surutnya air laut ini melihat, barisan batu-batu besar yg panjang muncul dari air. Setelah sunami datang, batu-batu ini tertutup kembali oleh air. Namun, sedimen yg berabad abad telah menutupinya kini telah pergi. Tsunami juga membuat beberapa perubahan garis pantai, yg menyebabkan beberapa patung & struktur kecil yg sebelumnya terendam air, ditemukan di pantai.


Candi yg terendam di Mahabalipuram



Setelah tsunami
Kesaksian para saksi yg melihat semacam bangunan sesaat sebelum sunami, kembali mendorong ketertarikan kalangan ilmiah terhadap situs ini. Mungkin temuan arkeologi paling terkenal setelah tsunami adalah patung batu singa besar, yg muncul di pantai karena perubahan garis pantai Mahabalipuram yg disebabkan oleh sunami. Patung singa ini ternyata berasal dari abad ke -7. Penduduk setempat & wisatawan telah berbondong-bondong untuk melihat patung ini tak lama setelah tsunami.


Patung Singa



Pada April 2005, Survei Arkeologi India (ASI) & Angkatan Laut India mulai mencari di perairan lepas pantai Mahabalipuram dengan perahu, menggunakan teknologi sonar (Das). Mereka menemukan bahwa deretan batu-batu besar yg telah dilihat orang sesaat sebelum tsunami adalah bagian dari dinding setinggi 6 kaki & panjangnya 70 meter. ASI & Angkatan Laut juga menemukan sisa-sisa dua candi terendam lain & satu kuil gua dalam jarak 500 meter dari pantai. Meskipun temuan ini tidak/belum begitu sesuai dengan mitos tujuh pagoda, setidaknya mereka menunjukkan bahwa sebuah kompleks besar kuil berada di Mahabalipuram. Ini membuat mitos yg selama ini beredar menjadi lebih dekat dengan realitas – & ada kemungkinan lebih banyak penemuan yg menunggu untuk ditemukan.





Arkeolog ASI, Alok Tripathi mengatakan kepada The Times of India pada wawancara Februari 2005, bahwa eksplorasi sonar telah memetakan dinding dalam & luar dari dua candi yg terendam. Dia menjelaskan bahwa timnya belum bisa menunjukkan fungsi bangunan ini. A.K. Sharma dari Angkatan Laut India juga mengatakan kepada The Times of India bahwa tata letak struktur yg terendam ini terkait dengan Shore Temple & struktur yg tidak terendam lainnya, & juga cocok dengan lukisan era Pallava tentang komplek Tujuh Pagoda.


Ekskavasi situs di pantai Mahabalipuram, India.




Para peneliti menyelidiki sebuah artefak kuno yg diungkap oleh tsunami di pantai Mahabalipuram, 45 km sebelah selatan Madras, India, 17 Feb 2005



Arkeolog T. Satyamurthy dari ASI juga menyebutkan pentingnya temuan sebuah prasasti yg muncul di pantai setelah tsunami. Prasasti tersebut menyatakan bahwa Raja Krishna III telah membayar para penjaga api abadi di sebuah kuil tertentu. Para arkeolog mulai menggali di sekitar prasati tersebut ditemukan, & dengan cepat menemukan struktur candi Pallava lain. Mereka juga menemukan banyak koin & item yg digunakan dalam upacara keagamaan Hindu kuno. Saat penggalian candi era Pallava ini, para arkeolog juga menemukan fondasi era Tamil Sangam, berusia sekitar 2000 tahun. Kebanyakan arkeolog yg bekerja di situs percaya bahwa tsunami pernah melanda daerah ini kira-kira antara periode Tamil Sangam & Pallava, menghancurkan kuil tua.

ASI secara tidak sengaja juga menemukan struktur yg jauh lebih tua di situs. Sebuah struktur bata kecil, yg sebelumnya tertutup oleh pasir, muncul di pantai setelah tsunami. Para arkeolog meneliti struktur itu, & diketahui struktur itu berasal dari periode Tamil Sangam. Meskipun struktur ini tidak cocok dengan legenda tradisional, namun ini menambahkan intrik & kemungkinan sejarah yg belum tereksplorasi di situs.

Pendapat di kalangan arkeolog saat ini adalah bahwa tsunami lain pernah menghancurkan kuil Pallava di abad ke-13. Ilmuwan ASI, G. Thirumoorthy mengatakan kepada BBC bahwa bukti fisik dari tsunami abad ke-13 dapat ditemukan di hampir sepanjang East Coast India.


Subrahmanya temple, salah satu candi yg terungkap oleh sunami 2004. Dipercaya sebagai salah satu dari 7 Pagoda





N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena konten Candi-Candi yang Ditenggelamkan dan Diungkap oleh Sunami diatas dikutip dari Internet secara gamblang.

Sumber
 
Top