• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Inggris CATATAN: Ketika Brendan Rodgers Kena Batunya

Bola

SBOBET
Journalist
Sabtu malam (8/11), hashtag tekanan terhadap Brendan Rodgers (#RodgersOut) meramaikan salah satu media sosial kita. Pemicunya jelas, Liverpool gagal mereplika performa mereka musim lalu dan kini terdampar di papan tengah Liga Primer Inggris. Puncaknya, kekalahan 2-1 dari Chelsea di Anfield membuat Kopites geram.

Rodgers jadi sasaran amukan para fan The Reds. Mereka ingin Liverpool kembali kepada masa jayanya dan Rodgers tak mampu menjawab ekspektasi itu. Pemecatan Rodgers pun jadi salah satu opsi yang mereka tawarkan; atau mungkin paksakan.

Pertanyaan yang timbul ialah: Apakah memang Rodgers harus angkat kaki dari Anfield?

Tujuh bulan lalu, Brendan Rodgers jadi salah satu manajer yang banyak disanjung di LIga Primer. Pendekatan taktiknya secara mengejutkan membawa Liverpool jadi salah satu pesaing gelar hingga matchday terakhir. Tak hanya itu, gaya permainan yang ia tawarkan membuat The Reds jadi perhatian para pengamat, sepakbola menyerang atraktif nan efektif.



Walau pada akhirnya gagal menggendong piala –terima kasih Steven Gerrard, publik sepakbola dijanjikan prospek cerah oleh klub Merseyside itu. Satu tiket ke Liga Champions juga turut melegakan para Kopites yang haus akan ketegangan kelas Eropa, mengingat mereka sudah absen selama empat tahun. Jelang musim 2014/15, tentu mereka menyambut prospek cerah dengan mata berbinar-binar.

"Musim lalu adalah langkah besar dan sekarang kami harus yakin bisa meraih yang lebih baik. Hanya ada semangat dan keyakinan dalam klub, kami bisa menjadi pesaing gelar lagi,” ungkap janji manis Rodgers di awal musim ini.

Sayang, apa yang diharapkan tidak seturut dengan kenyataan. Penampilan pra-musim Liverpool ternyata tak mampu berlanjut ke kompetisi resmi. The Reds tampil menyedihkan di kompetisi domestik. Liga Champions yang mereka nantikan pun ternyata tak seindah bayangan. Liverpool hanya jadi bulan-bulanan Real Madrid – dan Rodgers menuangkan minyak dalam api ketika menurunkan tim lapis kesekian menghadapi sang juara, senada dengan bendera putih.

Semua mata dan telunjuk sontak mengarah pada Rodgers ketika The Reds kembali tampil buruk di Anfield kemarin. Segala keputusan yang diambil manajer dinilai salah dan hal itu terbukti dalam lima laga tanpa kemenangan.

Well, ‘dosa Rodgers' sendiri sudah dipaparkan oleh media-media Inggris dan tak mungkin dunia menutup mata akan hal itu, kecuali Rodgers, yang hingga kini masih keras kepala dengan skuat pilihannya.

Sejak bursa transfer dimulai, Rodgers gagal menghadirkan sosok berkharisma di lini belakang. Dejan Lovren yang datang dari Southampton dengan banderol 20 juta euro ternyata merupakan bek yang mudah panik – sekaligus membuktikan bahwa komando lini belakang The Saints ada di tangan Jose Fonte. Suasana memburuk karena Daniel Agger dijual dan aktivitas transfer Liverpool musim ini terlampau futuristis – banyak pemain muda tanpa memedulikan kebutuhan masa sekarang pasca kepergian Luis Suarez.

Keras kepala Rodgers makin jelas dalam pemilihan pemainnya. Ia tak pernah mencadangkan Mario Balotelli dalam laga reguler Liga Primer. Padahal, penyerang Italia tersebut masih tampil di bawah standar dan belum mencetak satu golpun di EPL. Sama halnya dengan lini belakang berantakan yang masih dipertahankan.

‘Dosa Rodgers' belum selesai sampai di situ. Tentu semua fan sepakbola takkan lupa apa yang ia lakukan tengah pekan lalu. Seperti telah dijelaskan di atas, Rodgers menyimpan pemain intinya di Santiago Bernabeu. Rodgers dinilai tak punya semangat Liga Champions dan penurunan starting XI yang konyol ini jadi alasan lain untuk mempertanyakan kualitasnya.

Ketika tertinggal dari Chelsea akhir pekan lalu, Rodgers juga melakukan pergantian yang aneh. Ia justru menarik Emre Can, Balotelli dan Philippe Coutinho, memasukkan Joe Allen, Rickie Lambert, dan Fabio Borini sebagai gantinya. Kreator serangan justru dihilangkan dari lapangan. Tak heran kalau fan mencemooh keputusan itu di tengah laga.

"Kami pantas meraih setidaknya satu poin,” ujar Rodgers usai laga, hal yang sama ia katakan dalam laga kontra Madrid. "Kami harus bekerja keras dan berharap pemain cedera kami akan kembali. Tak ada formula ajaib, tapi saya punya pemain brilian di sini. Kami akan siap dan meledak setelah jeda internasional.”

Satu lagi masalah Rodgers – selain kendala dalam tim – adalah keras kepala. Media-media Inggris menganggap sang manajer mengalami delusi. Liverpool jelas kalah total dalam laga Chelsea & Madrid, tapi Rodgers merasa pantas mendapat satu poin. Pembelaan saat menurunkan pemain lapis kedua juga jadi salah satu bukti betapa kerasnya kepala Rodgers.

Secara taktik, ia berulang-ulang memainkan skema yang nyaris sama. Padahal, ia tahu tanpa Suarez – dan maaf, hanya ada Balotelli – ia tak mampu menerapkan formasi berliannya seefektif musim lalu. The Tinkerman yang ada dalam Rodgers musim lalu sepertinya ikut pergi bersama Suarez dan ia terlalu ‘menyalahkan’ cedera, walau sebenarnya hanya Daniel Sturridge dan Mamadou Sakho yang tengah menepi.

Rodgers bukanlah satu-satunya kambing hitam. Pengalaman dan mental tim yang belum matang bukan tanggung jawab manajer sepenuhnya, begitu pula dengan determinasi tim.

Namun Rodgers harus menerima kekalahannya saat ini. Memang, taktik berliannya terbilang efektif musim lalu dan menginspirasi Inggris, West Ham, bahkan rival Manchester United, sayangnya itu sudah berlalu. Keadaan sudah berbeda dan diperlukan adaptasi untuk skema lama.

Keputusan untuk menambah Direktur Sepakbola – yang mengambil alih hal non-teknis – juga sebaiknya dilakukan oleh Rodgers. Ia bersikeras tak ingin melakukannya musim lalu, tapi melakukan lebih banyak delegasi tugas bisa meringankan tekanan yang ada padanya, khususnya dalam negosiasi transfer.

Mungkin jabatan Rodgers – untuk pertama kalinya – mulai dipertanyakan. Namun, ia punya ‘tabungan’ prestasi dan filosofi yang ia tunjukkan musim lalu. Ia membuktikan bahwa Liverpool bisa bersaing di papan atas Liga Primer.

Kembali kepada pernyataan menarik dari Bill Shankly, "Sepakbola adalah permainan sederhana, dipersulit oleh orang-orang bodoh. Pastikan semuanya pada tempatnya, dengan kata lain, dan Anda takkan membuat kesalahan.”

Bukan berarti Rodgers ditakdirkan untuk gagal. Memecat satu orang lalu mengganti dengan yang lain juga takkan menyelesaikan semua masalah. Di saat seperti ini, sang manajer muda tetap perlu membuktikan, dirinya lebih besar dari Liverpool, dan itu dimulai dengan menyelaraskan idealismenya dengan kondisi. Sederhana.

Atau pada akhirnya, justru John W Henry yang akan mengambil keputusan sederhana untuk Liverpool.

liga inggris musim depan, liga inggris live, jadwal bola liga inggris di tv, CATATAN: Ketika Brendan Rodgers Kena Batunya
 
Top