Pertandingan Liga Primer Inggris pekan ke-34 menimbulkan kontroversi luar biasa setelah striker andalan Leicester City, Jamie Vardy, mendapatkan kartu merah yang masih banyak diperdebatkan.
Seperti yang diketahui, wasit Jon Moss mengganjar Vardy kartu kuning kedua karena ia dinilai melakukan diving saat berduel dengan pemain West Ham di kotak terlarang. Leicester hanya mampu bermain imbang 2-2 pada laga tersebut, dan timbul kekhawatiran The Foxes akan mengalami penurunan performa di sisa laga.
Tidak mengejutkan kecemasan mencuat karena rival juara Leicester, Tottenham Hotspur, menjalani performa yang sangat impresif dengan mengalahkan Manchester United (3-0) dan Stoke City (4-0).
Namun, di pertandingan menghadapi Swansea City, Claudio Ranieri membuktikan bahwa kegemilangan Leicester bukan hanya faktor dari beberapa pemain saja, tetapi merupakan kontribusi seluruh tim. Alih-alih mengadaptasi taktik dan formasi karena hilangnya Vardy, pelatih asal Italia tersebut tetap mempertahankan pakem dan dengan sederhana menempatkan Leonardo Ulloa di posisi Vardy.
The Foxes mampu mempertahankan konsistensi permainan dan bahkan bermain lebih luar biasa lagi seolah menegaskan bahwa mereka adalah tim juara.
Riyad Mahrez mampu memanfaatkan kesalahan lawan untuk membuat timnya unggul saat laga baru berjalan sepuluh menit, sebelum Ulloa menggandakan keunggulan pada menit ke-30 melalui tandukan akuratnya. Keunggulan dua gol pada babak pertama di kandang itu merupakan yang pertama kali dicapai oleh The Foxes pada EPL 2015/16 ini.
Gol yang dicetak Ulloa merupakan hasil umpan dari Danny Drinkwater dan itu merupakan assist pertama Drinkwater - dari total enam assist - yang ia ciptakan kepada pemain selain Vardy.
Pada babak kedua, Ulloa kembali membuat publik Leicester untuk sesaat melupakan sosok Vardy melalui gol keduanya pada menit ke-60. Dan Marc Albrighton menggenapkan kemenangan tim menjadi empat gol tanpa balas saat pertandingan menyisakan lima menit.
Satu faktor lain yang tidak bisa diabaikan dalam kecermelangan Leicester tanpa hadirnya Vardy adalah sosok Mahrez. Pemain berusia 25 tahun itu mencatatkan namanya di papan skor saat melawan Swansea yang membuatnya setara dengan Vardy dalam total kontribusi 28 gol (Vardy: 22 gol dan 6 assist, Mahrez: 17 gol dan 11 assist).
Performa konsisten pemain Aljazair tersebut kemudian langsung diganjar dengan dinobatkan sebagai pemain terbaik PFA tahun ini, mengalahkan bintang lain seperti Harry Kane, Dimitri Payet, Mesut Ozil dan juga dua rekannya, Vardy dan N'Golo Kante.
Tetapi, usai menerima penghargaan, Mahrez tetap menggaris bawahi bahwa Leicester adalah sebuah kesatuan bukan individu yang menonjol.
"Semua kredit adalah untuk rekan setim saya, dan juga buat pelatih dan staf. Tanpa mereka, saya tak akan bisa mendapatkan penghargaan ini dan saya tak akan bisa mencetak gol," kata Mahrez, Senin (25/4).
"Di dalam tim ada semangat tim, dan saya ingin mendedikasikan penghargaan ini kepada mereka. Saya sangat berterima kasih mendapatkan penghargaan ini, merupakan kehormatan tersendiri."
Bagi pengguna news app Goal dapat menyimak cuplikan pertandingan Liga Primer Inggris, Serie A Italia, dan Ligue 1 Prancis di sini.
liga inggris musim depan, liga inggris live, jadwal bola liga inggris di tv, CATATAN: Tanpa Jamie Vardy, Leicester City Tetap Tim Juara
Seperti yang diketahui, wasit Jon Moss mengganjar Vardy kartu kuning kedua karena ia dinilai melakukan diving saat berduel dengan pemain West Ham di kotak terlarang. Leicester hanya mampu bermain imbang 2-2 pada laga tersebut, dan timbul kekhawatiran The Foxes akan mengalami penurunan performa di sisa laga.
Tidak mengejutkan kecemasan mencuat karena rival juara Leicester, Tottenham Hotspur, menjalani performa yang sangat impresif dengan mengalahkan Manchester United (3-0) dan Stoke City (4-0).
SIMAK JUGA
Eusebio Di Francesco: Sassuolo Ingin Tiru Leicester City
Gareth Bale Panen Pujian Dari Zinedine Zidane
Thierry Henry: Real Madrid Bukan Hanya Cristiano Ronaldo
Eusebio Di Francesco: Sassuolo Ingin Tiru Leicester City
Gareth Bale Panen Pujian Dari Zinedine Zidane
Thierry Henry: Real Madrid Bukan Hanya Cristiano Ronaldo
Namun, di pertandingan menghadapi Swansea City, Claudio Ranieri membuktikan bahwa kegemilangan Leicester bukan hanya faktor dari beberapa pemain saja, tetapi merupakan kontribusi seluruh tim. Alih-alih mengadaptasi taktik dan formasi karena hilangnya Vardy, pelatih asal Italia tersebut tetap mempertahankan pakem dan dengan sederhana menempatkan Leonardo Ulloa di posisi Vardy.
The Foxes mampu mempertahankan konsistensi permainan dan bahkan bermain lebih luar biasa lagi seolah menegaskan bahwa mereka adalah tim juara.
Riyad Mahrez mampu memanfaatkan kesalahan lawan untuk membuat timnya unggul saat laga baru berjalan sepuluh menit, sebelum Ulloa menggandakan keunggulan pada menit ke-30 melalui tandukan akuratnya. Keunggulan dua gol pada babak pertama di kandang itu merupakan yang pertama kali dicapai oleh The Foxes pada EPL 2015/16 ini.
Gol yang dicetak Ulloa merupakan hasil umpan dari Danny Drinkwater dan itu merupakan assist pertama Drinkwater - dari total enam assist - yang ia ciptakan kepada pemain selain Vardy.
Pada babak kedua, Ulloa kembali membuat publik Leicester untuk sesaat melupakan sosok Vardy melalui gol keduanya pada menit ke-60. Dan Marc Albrighton menggenapkan kemenangan tim menjadi empat gol tanpa balas saat pertandingan menyisakan lima menit.
Satu faktor lain yang tidak bisa diabaikan dalam kecermelangan Leicester tanpa hadirnya Vardy adalah sosok Mahrez. Pemain berusia 25 tahun itu mencatatkan namanya di papan skor saat melawan Swansea yang membuatnya setara dengan Vardy dalam total kontribusi 28 gol (Vardy: 22 gol dan 6 assist, Mahrez: 17 gol dan 11 assist).
Performa konsisten pemain Aljazair tersebut kemudian langsung diganjar dengan dinobatkan sebagai pemain terbaik PFA tahun ini, mengalahkan bintang lain seperti Harry Kane, Dimitri Payet, Mesut Ozil dan juga dua rekannya, Vardy dan N'Golo Kante.
Tetapi, usai menerima penghargaan, Mahrez tetap menggaris bawahi bahwa Leicester adalah sebuah kesatuan bukan individu yang menonjol.
"Semua kredit adalah untuk rekan setim saya, dan juga buat pelatih dan staf. Tanpa mereka, saya tak akan bisa mendapatkan penghargaan ini dan saya tak akan bisa mencetak gol," kata Mahrez, Senin (25/4).
"Di dalam tim ada semangat tim, dan saya ingin mendedikasikan penghargaan ini kepada mereka. Saya sangat berterima kasih mendapatkan penghargaan ini, merupakan kehormatan tersendiri."
Bagi pengguna news app Goal dapat menyimak cuplikan pertandingan Liga Primer Inggris, Serie A Italia, dan Ligue 1 Prancis di sini.
liga inggris musim depan, liga inggris live, jadwal bola liga inggris di tv, CATATAN: Tanpa Jamie Vardy, Leicester City Tetap Tim Juara