Sektor Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) di Indonesia memang sangat beragam & jumlahnya tidak terbatas. Namun sayangnya meski tersedia beragam pilihan, banyak di antara mereka yg belum memanfaatkan teknologi untuk menjangkau konsumen yg lebih luas.
Celah inilah yg coba dimanfaatkan oleh salah satu startup asal Bandung, CyberLabs. Mulai beroperasi sejak awal 2014, startup ini memberikan layanan pembuatan situs, software, konten digital, hingga aplikasi bagi para pelaku UMKM.
Ingin mengedukasi pasar dengan harga terjangkau
Co-Founder & Head Marketing Officer CyberLabs, Ahmad Syarif Hidayatullah mengatakan bahwa pasar yg dituju oleh CyberLabs memang tidak seperti pembuat situs lainnya yg cenderung menargetkan perusahaan besar / pemerintah. Hal ini dikarenakan tim berfokus untuk membantu para pengusaha kecil dalam menggunakan teknologi sebagai penunjang bisnis yg menjanjikan.
Ia bekerja dengan dua orang temannya yg berprofesi sebagai pengembang aplikasi desktop & mobile, yakni Yusup Solihin & Rizki Mapat. Di pertengahan tahun ini setelah mendapat beberapa proyek, mereka merekrut tiga orang tambahan untuk bergabung dengan tim.
Tiga layanan utama
Dalam mengembangkan bisnis, CyberLabs memiliki tiga layanan utama, yakni Atom dengan harga Rp1 juta per tahun untuk memberi kemudahan bagi pengguna dalam membuat aplikasi mobile di platform iOS, Android, & Windows Phone. Ada juga Hydro, yg memberikan layanan pembuatan situs e-commerce. Layanan terakhir mereka adalah layanan Point of Sales (POS) dengan nama Molecule yg akan segera hadir untuk publik.
Terkadang konsumen ingin kustomisasi tertentu & tidak bisa masuk ke layanan Atom yg sangat dasar, sehingga harga yg ditawarkan untuk pembuatan sebuah situs mulai dari Rp5 juta & pembuatan aplikasi mobile mulai dari Rp7,5 juta per klien, tambah Ahmad.
Dari beragam layanan tersebut, dalam sebulan CyberLabs dapat memperoleh omzet mencapai Rp70 juta per bulan. Total klien yg telah menggunakan jasa dari CyberLabs telah mencapai sekitar 30 pengusaha UMKM & untuk pemesanan pembuatan website & aplikasi telah mencapai 40 perusahaan.
Titik naik & turun perusahaan
Meski tergolong menghasilkan pendapatan menjanjikan, seluruh operasional CyberLabs masih dilakukan secara bootstrap tanpa adanya investor. Selain itu, CyberLabs pernah hampir mengalami kebangkrutan di kuartal pertama 2015. Alasan utamanya, menurut Ahmad adalah buruknya management SDM & pengelolaan alur keuangan di dalam tim. Ia mengatakan:
Manajemen startup tidak hanya bisa mengandalkan teknisi / marketing saja. Harus terdapat orang yg dapat diandalkan untuk urusan Human Resource (HR). Titik jatuh CyberLabs membuat tim sadar untuk kembali menata bisnis.
Rencana & tantangan mendatang
Untungnya di April 2015, CyberLabs dapat menstabilkan kembali bisnis mereka. Meski demikian, tim mengaku masih memiliki tantangan besar, yakni kebanyakan klien yg ditangani berasal dari Jakarta, sedangkan mereka berlokasi di Bandung. Selain itu, menurut Ahmad, banyak target pasar yg masih belum memahami tentang pentingnya mengembangkan bisnis melalui internet.
Beberapa calon konsumen yg datang ke CyberLabs rata-rata masih harus diberikan edukasi terlebih dahulu tentang manfaat positif internet dalam berbisnis. Namun kami tetap berupaya mengedukasi pasar agar lebih banyak pihak yg dapat menikmati teknologi, ungkapnya.
Baca juga: [UPDATE] Kumpulan startup yg dapat membantu Anda membuat toko online sendiri
Ke depan, Cyberlabs ingin merangkul pasar yg lebih luas lagi, di luar Bandung & Jakarta & segera menggiring konsumen agar menikmati layanan-layanan yg akan dihadirkan.
Dalam layanan pembuatan situs & aplikasi, tentunya CyberLabs telah memiliki banyak kompetitor, seperti Sirclo yg telah mendapat pendanaan dari East Ventures1 & developer CodeLabs yg juga berasal dari Bandung untuk pembuatan aplikasi.
East Ventures juga menanamkan investasi di Tech in Asia. Baca halaman etika kami untuk informasi lebih lanjut.
(Diedit oleh Lina Noviandari)
Dikutip dari sini