• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Edge of Tomorrow versus All You Need Is Kill

ON3

Mahasiswa
Journalist
<p><img class="aligncenter size-full wp-image-150705" alt="Edge-of-Tomorrow-1" src="http://www.duniaku.net/wp-content/uploads/2014/06/Edge-of-Tomorrow-1.jpg" width="1500" height="689" /></p><p>Sesudah menonton Edge of Tomorrow, mungkin kita tertarik untuk membaca novel originalnya. Kita tidak perlu khawatir bosan, karena Edge of Tomorrow merupakan adaptasi bebas (dari light novel karya Hiroshi Sakurazaka berjudul All You Need Is Kill, ilustrasi oleh Yoshitoshi Abe), jadi ada banyak perbedaan antara jalan cerita film dan novel. Edisi terjemahan bahasa Inggris novel All You Need Is Kill (dengan movie tie-in cover) sudah bisa diperoleh di toko buku impor, setidaknya di Books & Beyond.</p><p>Adaptasi manganya dimulai Januari 2014 dan berakhir pada chapter 17 akhir bulan lalu. Komikusnya, Takeshi Obata (komikus Death Note), setia terhadap jalan cerita novelnya. Ada juga adaptasi novel grafisnya (Mei 2014), digarap oleh Nick Mamatas dkk, yang masih relatif setia terhadap jalan cerita novelnya. Tapi novel grafisnya sangat singkat, hanya 96 halaman, sehingga banyak hal tidak tersampaikan dengan baik.</p><p>Kalau penasaran soal hal-hal yang ada tapi tidak diangkat ke film dari novel All You Need Is Kill, entah sedang mempertimbangkan untuk membaca novelnya atau tidak, boleh kita simak dulu artikel ini.</p><p>Peringatan: </p><p>Pembaca artikel ini diharapkan sudah menonton Edge of Tomorrow (ada banyak spoiler).</p><img class="size-full wp-image-150706" alt="Ilustrasi novel untuk Keiji dan Rita (http://dash.shueisha.co.jp/feature/allyou/)" src="http://www.duniaku.net/wp-content/uploads/2014/06/Edge-of-Tomorrow-2.jpg" width="1315" height="518" /><p class="wp-caption-text">Ilustrasi novel untuk Keiji dan Rita (http://dash.shueisha.co.jp/feature/allyou/)</p><p>Bill Cage/Kiriya Keiji</p><p>Hal yang paling mencolok di antara Bill Cage dan Kiriya Keiji tentu umur. Keiji baru lulus dari kamp pelatihan, usianya 17 atau 18 tahun. Tom Cruise (pemeran Bill Cage) sudah 51 tahun, walau masih bisa disamarkan 10 tahun lebih muda. Inilah penyebab perbedaan plot yang signifikan: Edge of Tomorrow harus memberikan alasan bagaimana seorang tidak muda bisa terjerumus ke medan perang bersama prajurit-prajurit hijau. Siapa pun yang sudah menonton Edge of Tomorrow pasti terhibur melihat bagaimana Tom Cruise dikerjai, tapi perubahan ini membuat satu pesan di novelnya sulit tersampaikan (lihat bagian akhir artikel ini).</p><p>Trivia: Cage adalah pelafalan pasukan Amerika untuk Keiji.</p><p>Rita Vrataski</p><p>Saya rasa gara-gara Tom Cruise juga, Rita Vrataski versi film menjadi karakter yang lebih tua. Rita Vrataski versi novel baru berusia 19 tahun, kendati sudah berpengalaman lebih dari 4 tahun sebagai prajurit, bermodalkan paspor curian. Jadi Rita Vrataski bukan nama aslinya. Motivasi Rita versi novel menjadi prajurit juga berbeda: Rita kehilangan orang tuanya saat Mimics menyerang desanya di Amerika Serikat.</p><p>Rita di novel menggunakan jaket perang berwarna merah. Rita di film menggunakan jaket yang hampir tidak berbeda dibanding jaket rekan-rekannya. Rita di novel menggunakan kapak, sedangkan Rita di film menggunakan pedang. Sepertinya pedang memang lebih mudah untuk diayunkan dengan tangkas melawan Mimics.</p><img class="size-full wp-image-150707" alt="Sampul novel (viz.com)" src="http://www.duniaku.net/wp-content/uploads/2014/06/Edge-of-Tomorrow-3.jpg" width="300" height="457" /><p class="wp-caption-text">Sampul novel (viz.com)</p><p>Jaket</p><p>Jaket adalah baju perang yang dikenakan para prajurit (untuk menjadi super soldiers, kata di film) saat melawan Mimics. Jaket di versi novel menutupi seluruh tubuh, dan helm hampir tidak pernah dilepas. Jaket di versi film tidak menutupi seluruh badan, dan Tom Cruise dan Emily Blunt hampir selalu melepas helm mereka. Yah, itu karena film harus menjual wajah para bintang. Tapi jaket di film memang terlihat lebih terjangkau untuk diproduksi massal daripada jaket di novel.</p><p>Mimics</p><p>Mimics, atau alien peniru (dalam subtitle film), di film dapat berubah wujud dengan cepat. Sepasukan mimics dipimpin oleh satu Alpha yang bersumber dari satu Omega. Manusia tidak bisa menang tanpa membasmi Omega.</p><p>Mimics dalam novel meniru makhluk hidup terdekat yang ditemuinya saat mendarat di Bumi: bintang laut. Maka mereka tidak bisa berubah wujud dengan fleksibel seperti di film, walau tetap sangat kuat. Ada Alpha yang dapat menyeret manusia ke lingkaran waktu (loop), tapi tidak ada Omega.</p><img class="size-full wp-image-150708" alt="Sampul komik (http://www.shueisha.co.jp/english/)" src="http://www.duniaku.net/wp-content/uploads/2014/06/Edge-of-Tomorrow-4.jpg" width="960" height="360" /><p class="wp-caption-text">Sampul komik (http://www.shueisha.co.jp/english/)</p><p>Lingkaran Waktu</p><p>Tokoh utama terseret ke dalam lingkaran waktu akibat menyerang mimics Alpha. Perbedaannya, kemampuan mengulang waktu di film melibatkan darah, sedangkan di novel melibatkan sinyal tachyon. Alpha di novel (disebut Mimics Server) mempunyai antena yang melepaskan sinyal tachyon apabila mimics kalah perang. Dengan kata lain, Mimics Server mengirim informasi ke masa lalu agar Mimics bisa memenangkan perang. Alih-alih Omega, Mimics Server mempunyai beberapa Mimics Backup, yang harus dibunuh sebelum Mimics Server. Syarat ini memengaruhi akhir cerita di novel.</p><p>Alpha di film mempunyai fungsi yang sama: mengulang waktu apabila mimics kalah perang. Tapi Alpha mengirim sinyal kepada Omega, jadi Omega-lah yang sesungguhnya bisa mengulang waktu.</p><p>Sinyal tachyon hanya membuat Keiji sakit kepala, tidak mendapatkan penglihatan tentang keberadaan mimics mana pun. Darah membuat Cage bisa dihubungi, bahkan ditipu, oleh Omega. Saya merasa Edge of Tomorrow mengganti sinyal tachyon dengan darah demi kesempatan untuk menghilangkan kemampuan mengulang waktu (cuci darah, kekuatan hilang). Keiji dan Rita Vrataski dalam novel tidak pernah kehilangan kemampuan mereka. Sesungguhnya, kekuatan ini tidak permanen. Siapa pun yang membunuh Mimics Server dan terkena sinyal tachyon lebih dulu mendapatkan kemampuan mengulang waktu. Keiji mendului Rita membunuh Mimics Server, maka Keiji mendapatkan kemampuan itu, walau Keiji langsung terbunuh sesudahnya.</p><p>Salah satu hal yang lebih saya sukai di versi novelnya adalah tanggapan orang-orang lain terhadap penjelasan Rita soal lingkaran waktu. Amerika memercayai Rita dan meneliti lingkaran waktu tanpa secara histeris membedah Rita, seperti pengakuan Rita di film. Maka dari itu, Rita di novel mempunyai fasilitas pribadi tempat dia mengurung diri selama 30 jam sebelum turun ke medan perang: sekitar sejauh itulah pengulangan waktu dari kematian pertama.</p><p>Peringatan: </p><p>Mungkin citizen tidak ingin membaca bagian berikutnya karena mengandung spoiler besar.</p><img class="size-full wp-image-150709" alt="Sampul novel edisi movie tie-in (viz.com)" src="http://www.duniaku.net/wp-content/uploads/2014/06/Edge-of-Tomorrow-5.jpg" width="300" height="484" /><p class="wp-caption-text">Sampul novel edisi movie tie-in (viz.com)</p><p>Akhir Cerita</p><p>Keluhan saya mengenai akhir cerita di film adalah semuanya selamat alias terlalu bahagia. Saya lebih suka akhir cerita di novel. Karena sudah berkali-kali masuk lingkaran waktu, Rita sudah menjadi backup bagi Mimics Server. Karena itu, Keiji tidak bisa keluar dari lingkaran waktu dan memenangkan manusia tanpa membunuh Rita. Sesudah Keiji membunuh Rita dan Mimics Server, waktu tidak berulang. Rita, dan korban-korban lain dalam perang terakhir, tetap mati. Keiji dinobatkan sebagai Rita dengan julukan Killer Cage.</p><p>Perihal akhir cerita di film, saya tetap bisa menerima bahwa Cage mengulang waktu satu kali. Pada kali pertama dia turun ke medan perang, Mimics sudah mengulang waktu satu kali. Jadi sesungguhnya manusia sudah menang, dan Mimics sudah kalah, tapi Mimics mencurangi kekalahan mereka dengan memutar waktu dan membantai manusia berdasarkan pengetahuan mereka dari perang pertama. Jadi Cage membatalkan semua lingkaran waktu dengan membunuh Omega. Tapi Cage terlalu beruntung masih menjabat sebagai mayor di akhir cerita, alih-alih tetap mendapatkan hukuman sebagai desertir. Inilah maksud saya dengan akhir cerita yang terlalu bahagia.</p><img class="size-full wp-image-150710" alt="Sampul novel grafis (viz.com)" src="http://www.duniaku.net/wp-content/uploads/2014/06/Edge-of-Tomorrow-6.jpg" width="300" height="464" /><p class="wp-caption-text">Sampul novel grafis (viz.com)</p><p>Tentang Kematian</p><p>Bill Cage adalah orang baru di pasukannya. Dia tidak memiliki keterikatan dengan prajurit-prajurit lain. Baru menjelang klimaks dia meminta bantuan unitnya. Semua dilakukan demi “mengalahkan Mimics dan menyelamatkan manusia”. Rita versi film tidak banyak diceritakan, karena dia hanya dilihat dari sudut pandang Bill Cage.</p><p>Versi novel menggambarkan bagaimana Keiji dan Rita berusaha menekan jumlah korban perang. Rita meminta jaketnya dicat merah agar Mimics mengincar dirinya alih-alih prajurit lain. Keiji kemudian mengikuti jejak Rita, walau dengan warna berbeda: biru langit. Tapi, apa pun yang mereka lakukan, mereka tidak bisa keluar dari lingkaran waktu tanpa meninggalkan korban nyawa, termasuk orang-orang terdekat mereka. Rita tak mengira kehilangan letnan yang dihormatinya pada kali pertama dia keluar dari lingkaran waktu. Keiji terpaksa kehilangan Rita…</p><p>Jadi menurut saya Edge of Tomorrow gagal menyampaikan salah satu pesan penting dari novelnya, yaitu “pengorbanan prajurit dalam perang”. Pesan tersebut kemudian dapat ditempatkan pada kerangka berpikir yang lebih besar, menjadi “perang tidak sama dengan video game”. Kematian di dalam perang adalah kematian manusia, bukan kematian non-playable characters.</p><p>Tapi film Edge of Tomorrow menekankan satu hal lain yang sesungguhnya tidak kalah penting. Lewat prinsip yang Sersan Farrell wajibkan kepada pasukannya untuk hapalkan, kita diimbau untuk tidak percaya kepada keberuntungan dan memerjuangkan nasib kita sendiri.</p>

Salam pintas!
 
Top