Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya. Efektifitas Disaster Recovery Plan (DRP)
Sebuah studi pernah membahas tentang efektifitas disaster recovery plan (DRP) pada sebuah organisasi. Womble Carlyle Sandridge & Rice PLLC, salah satu firma hukum terbesar di AS pernah memaparkan best practice mereka dalam mengimplementasikan DRP. Mereka mengatakan bahwa DRP sangat penting untuk mem-back up data-data penting mereka jika terjadi insiden. Hal lainnya yg menjadikan DRP ini penting bagi mereka adalah firma hukum tersebut bekerja dengan data-data & penggunaan laptop yg cepat. Divisi TI firma hukum itu harus bisa melakukan recovery dengan cepat seandainya ada sesuatu hal terjadi dengan laptop tersebut.
Kebutuhan TI sudah sedemikian kritis dengan semua jenis usaha & jasa. Bahkan firma hukum pun sudah sangat tergantung dengan layanan mereka yg sudah terintegrasi dengan teknologi informasi. Pertanyaan terbesarnya adalah perlukah semua aspek dilindungi oleh DRP? Hartian Widhanto, Ketua Komite Audit PT. Bina Artha Ventura mengatakan bahwa DRP hanya memastikan semua layanan perusahaan yg terintegrasi dengan TI harus terjamin kelangsungannya. Layanan TI yg bersifat kritikal harus dijaga kelangsungannya saat terjadi bencana, kata Widhanto. Menurutnya, tidak semua aspek bisnis harus dilindungi oleh DRP karena ada tidak semua layanan perusahaan terintegrasi dengan aspek TI.
Hal senada pun diungkapkan oleh Rahmat Mulyana, VP ISACA Indonesian Chapter yg mengatakan bahwa DRP itu melingkupi aspek TI dalam sebuah organisasi/perusahaan. Di satu sisi, Rahmat mengingatkan, Organisasi itu terus berkembang. Lambat laun, seluruh operasional perusahaan akan berintegrasi dengan TI. Maka dari itu, semua aspek perusahaan/organisasi pasti harus terlindungi oleh DRP. Mengacu pada studi firma hukum di atas, mereka mempunyai strategi khusus untuk tetap menjalankan operasional perusahaan seandainya ada insiden. Telah disinggung di atas bahwa fokus utama perusahaan adalah menjaga laptop tetap aktif.
Seandainya ada skenario terburuk terjadi, divisi TI sudah memiliki strateginya yaitu connected backup. Menurut studi di atas, connected backup sangat efektif jika laptop mereka crash. Dengan menggunakan connected backup, perusahaan dapat menghemat waktu untuk melakukan back up terhadap laptop tersebut. Lain halnya dengan pendapat Widhanto terkait keefektifan DRP di perusahaan. Widhanto mengatakan bahwa DRP akan efektif jika perusahaan sudah mengidentifikasi layanan kritis apakah yg harus dilindungi. Perusahaan harus memiliki business impact analysis. Artinya adalah perusahaan harus mengetahui layanan bisnis apa yg paling penting & terintegrasi dengan TI. Layanan kritis tersebutlah yg harus tercakup oleh DRP, tutur Widhanto. Salah satu strategi implementasi DRP yg efektif menurut Widhanto adalah mempersiapkan disaster recovery center.
Sedikit berbeda dengan Widhanto, Rahmat mengatakan keefektifan implementasi DRP tidak bisa diukur dari pengembangan disaster recovery center. Rahmat mengatakan, Biayanya sangat mahal. Rahmat mengatakan bahwa keefektifan DRP hanya bisa diukur dari planning awal perusahaan. Menggunakan teknologi canggih untuk tetap menjaga kelangsungan organisasi bisa saja diimplementasikan. Tetapi, biayanya tidak murah, kata Rahmat. Keefektifan DRP menurut Rahmat berbeda di tiap-tiap perusahaan. Ada perusahaan yg menggunakan disaster recovery center sebagai bagian dari proses recovery. Ada pula perusahaan yg tidak menggunakannya, kata Rahmat. Semuanya kembali pada kebutuhan recovery organisasi, lanjutnya.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenEfektifitas Disaster Recovery Plan (DRP) diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Sebuah studi pernah membahas tentang efektifitas disaster recovery plan (DRP) pada sebuah organisasi. Womble Carlyle Sandridge & Rice PLLC, salah satu firma hukum terbesar di AS pernah memaparkan best practice mereka dalam mengimplementasikan DRP. Mereka mengatakan bahwa DRP sangat penting untuk mem-back up data-data penting mereka jika terjadi insiden. Hal lainnya yg menjadikan DRP ini penting bagi mereka adalah firma hukum tersebut bekerja dengan data-data & penggunaan laptop yg cepat. Divisi TI firma hukum itu harus bisa melakukan recovery dengan cepat seandainya ada sesuatu hal terjadi dengan laptop tersebut.
Kebutuhan TI sudah sedemikian kritis dengan semua jenis usaha & jasa. Bahkan firma hukum pun sudah sangat tergantung dengan layanan mereka yg sudah terintegrasi dengan teknologi informasi. Pertanyaan terbesarnya adalah perlukah semua aspek dilindungi oleh DRP? Hartian Widhanto, Ketua Komite Audit PT. Bina Artha Ventura mengatakan bahwa DRP hanya memastikan semua layanan perusahaan yg terintegrasi dengan TI harus terjamin kelangsungannya. Layanan TI yg bersifat kritikal harus dijaga kelangsungannya saat terjadi bencana, kata Widhanto. Menurutnya, tidak semua aspek bisnis harus dilindungi oleh DRP karena ada tidak semua layanan perusahaan terintegrasi dengan aspek TI.
Hal senada pun diungkapkan oleh Rahmat Mulyana, VP ISACA Indonesian Chapter yg mengatakan bahwa DRP itu melingkupi aspek TI dalam sebuah organisasi/perusahaan. Di satu sisi, Rahmat mengingatkan, Organisasi itu terus berkembang. Lambat laun, seluruh operasional perusahaan akan berintegrasi dengan TI. Maka dari itu, semua aspek perusahaan/organisasi pasti harus terlindungi oleh DRP. Mengacu pada studi firma hukum di atas, mereka mempunyai strategi khusus untuk tetap menjalankan operasional perusahaan seandainya ada insiden. Telah disinggung di atas bahwa fokus utama perusahaan adalah menjaga laptop tetap aktif.
Seandainya ada skenario terburuk terjadi, divisi TI sudah memiliki strateginya yaitu connected backup. Menurut studi di atas, connected backup sangat efektif jika laptop mereka crash. Dengan menggunakan connected backup, perusahaan dapat menghemat waktu untuk melakukan back up terhadap laptop tersebut. Lain halnya dengan pendapat Widhanto terkait keefektifan DRP di perusahaan. Widhanto mengatakan bahwa DRP akan efektif jika perusahaan sudah mengidentifikasi layanan kritis apakah yg harus dilindungi. Perusahaan harus memiliki business impact analysis. Artinya adalah perusahaan harus mengetahui layanan bisnis apa yg paling penting & terintegrasi dengan TI. Layanan kritis tersebutlah yg harus tercakup oleh DRP, tutur Widhanto. Salah satu strategi implementasi DRP yg efektif menurut Widhanto adalah mempersiapkan disaster recovery center.
Sedikit berbeda dengan Widhanto, Rahmat mengatakan keefektifan implementasi DRP tidak bisa diukur dari pengembangan disaster recovery center. Rahmat mengatakan, Biayanya sangat mahal. Rahmat mengatakan bahwa keefektifan DRP hanya bisa diukur dari planning awal perusahaan. Menggunakan teknologi canggih untuk tetap menjaga kelangsungan organisasi bisa saja diimplementasikan. Tetapi, biayanya tidak murah, kata Rahmat. Keefektifan DRP menurut Rahmat berbeda di tiap-tiap perusahaan. Ada perusahaan yg menggunakan disaster recovery center sebagai bagian dari proses recovery. Ada pula perusahaan yg tidak menggunakannya, kata Rahmat. Semuanya kembali pada kebutuhan recovery organisasi, lanjutnya.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenEfektifitas Disaster Recovery Plan (DRP) diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber