• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Inggris FOKUS: Menguji Tangan Emas Ronald Koeman

Bola

SBOBET
Journalist
Batu uji telah diletakkan di atas meja dan sebuah proses uji emas akan dilakukan. Tujuannya sudah pasti, memastikan keaslian emas sekaligus mengukur kadar karat yang ada di dalamnya. Namun khusus untuk hari ini, tidak ada perhiasan maupun emas batangan yang akan diukur.

Hanya ada Ronald Koeman ditemani dua pemain anyarnya, yakni Eljero Elia dan Filip Djuricic.

Sang penguji – yakni media, fan sepakbola, dan lawan-lawan Southampton– bakal memastikan apakah dua transfer terkini bos The Saints di bursa transfer musim dingin akan menjadi emas. Belum lagi, kepercayaan diri sang pria Belanda cukup tinggai sampai ia berani mengklaim tempat keempat di Liga Primer Inggris.

Setelah (cukup) berhasil dalam meramu taktik The Saints, tangan Midas – yang mampu mengubah segalanya jadi emas – Koeman akan menyedot perhatian lebih di paruh akhir musim. Apalagi setelah ia berani bertaruh mendatangkan dua logam mulia yang mulai redup sinarnya.

EMAS TERSUKSES KOEMAN​


Kebijakan transfer Koeman mungkin tidak terlalu mencengangkan seperti transfer Sir Alex Ferguson. Ia tidak sehebat Fergie sampai-sampai membawa pemain dari antah berantah dan menyulapnya jadi pemenang Ballon d’Or tiga kali – Cristiano Ronaldo.

Mengingat karirnya mencuat sebagai pelatih di Belanda, Koeman lebih termahsyur karena mengangkat pemain akademi sendiri. Racikan taktiknya pun tak kalah hebat, namun budaya transfer Eredivisie yang tidak terlalu jor-joran membuat publik kurang bisa menilai kemampuannya bongkar-pasang skuat via transfer.

Namun, semua tentu tahu bagaimana Koeman menyulap Graziano Pelle menjadi emas. Penyerang Italia tersebut nyaris tak punya harapan dalam karirnya saat dilempar ke sana-ke mari dalam bursa transfer Italia. Pendaratannya ke AZ Alkmaar pun tak terbilang mulus, hanya melahirkan 14 gol selama empat musim. Kembali ke Italia, tepatnya Parma, nasib Pelle tak berbeda jauh, malah memburuk.

Semua berubah ketika Ronald Koeman menyerang. Ia meminjam Pelle dari Parma dan mendaratkannya di Feyenoord Rotterdam. Siapa sangka, nasibnya berubah dan Pelle disulap menjadi penyerang tajam dengan 27 gol. Tanpa pikir panjang, Koeman pun mematenkan transfer sang penyerang di musim selanjutnya dan ia jadi topskor kedua Eredivisie dengan 23 gol.

Setidaknya itu merupakan salah satu bukti tangan Midas milik Koeman. Ketika bergabung dengan Southampton, ia melanjutkan tradisi tersebut dengan mengubah nasib Ryan Bertrand serta Toby Alderweireld. Sempat meredup di tim masing-masing (Chelsea dan Atletico Madrid), keduanya mulai jadi andalan Koeman di lini belakang.

ELJERO ELIA​


Di awal bursa transfer musim dingin, Koeman mengambil langkah yang cukup mengejutkan. Ia mendaratkan Eljero Elia dari Werder Bremen. Sang winger memang sempat menyita perhatian saat dribel manisnya mewarnai skuat Belanda di Piala Dunia 2010, tapi setelah pindah ke Juventus, kabarnya sudah tidak menguar lagi.

Wajar saja, kepiawaian Elia dalam mengolah bola ternyata kurang berguna di Serie A yang lebih mementingkan kedisiplinan taktik. Formasi 4-3-3 yang digeser menjadi 3-5-2 oleh Antonio Conte pun membuat Elia semakin terpojok dan setelah lima bulan di Italia, ia dilempar ke Bundesliga Jerman. Eh, ternyata, sang winger kembali terkena masalah.

Masalah luar lapangan jadi penghambat karir di Jerman. Ia tertangkap basah oleh polisi saat melanggar rambu-rambu lalu lintas bersama rekan setimnya, Marko Arnautovic. Elia memberikan penjelasan soal kasus itu, namun pihak klub tidak tergerak hatinya. "Kami tidak bisa memaafkan tindakan tidak profesional seperti itu,” ujar Thomas Schaaf yang akhirnya membekukan Elia dalam skuatnya.

Ia mendapat kesempatan lagi di bawah asuhan Robin Dutt, penerus Schaaf, tapi sang winger Belanda tetap tak mampu meyakinkan publik akan potensi yang pernah dimilikinya.

Angin segar berhembus ketika Koeman menyatakan minatnya pada Elia. Wajar saja, Elia sendiri pernah menyatakan bahwa gaya bermainnya cocok dengan Inggris – tepat sebelum gabung Juventus. Kini, pendapatnya itu bakal diuji.

Dua pertandingan awal, Elia menunjukkan taringnya. Ia membodohi Phil Jones saat Southon bertemu Manchester United. Selanjutnya, ia dipercaya jadi starter dan memaksa Dusan Tadic duduk di bangku cadangan. Hasilnya, dua gol ia sematkan ke gawang Newcastle United.

Memang terlalu dini untuk menyebut transfer Elia ini sukses, mengingat performanya kontra Swansea City tidaklah spesial, namun potensi itu ada. Koeman pun sempat mengutarakan pendapatnya soal sang winger dan dengan berani menyebut, ” Saya pikir yang ia butuhkan adalah kepercayaan dari pelatih. Kedua adalah posisi yang bisa memaksimalkan kualitasnya.”

Keduanya sudah diberikan oleh Koeman, sekarang tinggal Elia yang membuktikan pada para penguji: seberapa besar kadar karat yang ia miliki.

FILIP DJURICIC​




Siapakah Filip Djuricic? Mungkin tidak banyak yang mengenalnya, namun ia pernah dilabeli sebagai Johan Cruyff dari Balkan saat masih remaja. Hanya dengan bakatnya saja ia mampu menarik perhatian klub-klub besar Eropa, tak terkecuali Manchester United yang sempat memboyongnya dalam sesi latihan.

Djuricic akhirnya merapat ke Heerenven, Januari 2010, dan ia memberikan dampak besar bagi klub Eredivisie itu selama tiga setengah musim. Ia mencatatkan dua digit gol di musim 2011/12, melakoni debut bersama Serbia di musim yang sama.

Djuricic sempat menginginkan kepindahan ke Spanyol, tapi akhirnya ia merapat ke Benfica. Keputusan ini didukung oleh Marco van Basten. Sayang, kepindahan tersebut menjadi salah langkah bagi Djuricic.

Ketika Nemanja Matic dan Lazar Markovic bersinar di Benfica, sang gelandang malah kehilangan sentuhannya dan mengalami paceklik gol selama 11 laga. Benfica memutuskan untuk meminjamkannya ke Mainz di musim 2014/15.

Di Mainz, nasibnya tak berbeda jauh. Kasper Hjulmand, pelatih Mainz, mengatakan, "Ia adalah pemain yang sangat berbakat, gesit dan berbahaya di depan gawang. Ia perlu belajar untuk lebih cepat dan bertenaga di sini. Di Bundesliga, Anda harus terus bekerja keras.” Djuricic kembali gagal mencetak gol di 11 laga bersama Mainz.

Optimisme justru muncul dari Inggris. Koeman menyatakan ketertarikan pada Djuricic disusul dengan sanjungan mengenai kemampuannya. "Ia adalah pemain muda. Ia masih 23 tahun, ia teknis, cepat dan bisa bermain di posisi yang berbeda di tengah. Ia bisa bermain di kanan dan kiri. Selalu menyenangkan bagi seiorang pelatih untuk memiliki lebih banyak kemungkinan dalam pemain yang bisa berpindah posisi.”

Pada akhirnya, Djuricic tetaplah pemain berteknik tinggi dan memiliki potensi. Karir Eljero Elia yang menggema bisa jadi pelajaran baginya. Seumpama emas yang meredup, Koeman hanya perlu menggosok sedikit dirinya dengan kepercayaan. Mungkin dengan perlakuan seperti itu dari Koeman, karir Djuricic bisa kembali ke jalur yang benar.


Kini para penguji akan melempengkan pandangannya pada dua logam redup boyongan Koeman. Mitos Midas masih berlaku, apapun yang disentuh akan menjadi emas. Permasalahannya adalah: masihkah ia tinggal di dalam tangan Koeman?

Dan dalam 15 pekan ke depan, para penguji - media, fan, dan lawan-lawan The Saints - akan mengetahui jawabannya, begitu pula dengan Koeman dan segenap kru yang bertugas. Sudah layak dan sepantasnya untuk menyimak sepak terjang sana manajer.

Tolok ukurnya? Tentu saja zona Liga Champions.

liga inggris musim depan, liga inggris live, jadwal bola liga inggris di tv, FOKUS: Menguji Tangan Emas Ronald Koeman
 
Top