Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya.
Mobile banking saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi mereka yang ingin bertransaksi perbankan secara cepat melalui smartphone. Walaupun demikian, kegiatan bertransaksi tersebut mengundang berbagai macam risiko. Salah satunya adalah aktifitas fraud. Pada gelaran Q2 Technology di Intercontinental Hotel dengan tema Holistic Fraud Prevention, New Threat New Thinking, dibuat sebuah seminar untuk membahas fraud dalam mobile banking. Seminar tersebut bertajuk The Cyber Fraud Landscape: New Fraud, New Thinking.
Seminar tersebut disajikan oleh Mark Johnston selaku IBM Security Solution Architect. Mark mengatakan bahwa fraud pada mobile banking sudah menjadi salah satu ancaman dalam keamanan mobile banking. Pada paparannya tersebut, Mark menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai tiga besar vulnerabilities. Yaitu:
1. Malware. Pada tahun 2013 saja, jumlah aktifitas malware di Indonesia sudah mencapai 22,54%. Jumlah ini bisa semakin bertambah seiring dengan perkembangan teknologi.
2. Phising. Aktifitas phising ini sendiri tidak hanya terjadi di internet. Phising bisa terjadi juga melalui pesan singkat (SMS) yang dikenal dengan smishing.
3. Mobile threat. Ancaman menjadi perhatian khusus mengingat semua kegiatan saat ini bisa dilakukan melalui smartphone.
Berdasarkan data dari IBM X-Force, aktifitas cyber crime saat ini sedang mengalami peningkatan. Pada tahun 2012-2013, mobile malware yang terdeteksi berjumlah 614% hanya dalam waktu satu tahun. Android dinilai bertanggungjawab dalam penyebaran malware karena berdasarkan data tersebut penyebaran malware melalui Android berjumlah 92%. Antivirus pun dinilai tidak bisa membendung malware. Program jahat itu berperan dalam aktifitas fraud. Pada intinya aktifitas fraud tidak bisa terdeteksi oleh antivirus manapun. Sehingga mereka yang menggunakan mobile banking untuk bertransaksi bisa terkena risiko utama yaitu compromises, account take over dan credential risk.
Pencegahan fraud pada mobile banking bisa dilakukan berbagai cara. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Mark adalah menutup semua akar penyebab fraud. Transaksi yang disinyalir berbau fraud bisa dihentikan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingikan. Cara pencegahan holistik yang disampaikan oleh Mark adalah melakukan tindakan remediation, authentication, verification dan prevention. Tentunya, pencegahan itu bisa terus dilakukan sambil membenahi faktor human error, vulnerabilities pada sistem dan aplikasi dan pencegahan malware.
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena konten Nokia Mulai Menjual Flagship Lumia 930 dan dual-SIM Lumia 630 diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Mobile banking saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi mereka yang ingin bertransaksi perbankan secara cepat melalui smartphone. Walaupun demikian, kegiatan bertransaksi tersebut mengundang berbagai macam risiko. Salah satunya adalah aktifitas fraud. Pada gelaran Q2 Technology di Intercontinental Hotel dengan tema Holistic Fraud Prevention, New Threat New Thinking, dibuat sebuah seminar untuk membahas fraud dalam mobile banking. Seminar tersebut bertajuk The Cyber Fraud Landscape: New Fraud, New Thinking.
Seminar tersebut disajikan oleh Mark Johnston selaku IBM Security Solution Architect. Mark mengatakan bahwa fraud pada mobile banking sudah menjadi salah satu ancaman dalam keamanan mobile banking. Pada paparannya tersebut, Mark menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai tiga besar vulnerabilities. Yaitu:
1. Malware. Pada tahun 2013 saja, jumlah aktifitas malware di Indonesia sudah mencapai 22,54%. Jumlah ini bisa semakin bertambah seiring dengan perkembangan teknologi.
2. Phising. Aktifitas phising ini sendiri tidak hanya terjadi di internet. Phising bisa terjadi juga melalui pesan singkat (SMS) yang dikenal dengan smishing.
3. Mobile threat. Ancaman menjadi perhatian khusus mengingat semua kegiatan saat ini bisa dilakukan melalui smartphone.
Berdasarkan data dari IBM X-Force, aktifitas cyber crime saat ini sedang mengalami peningkatan. Pada tahun 2012-2013, mobile malware yang terdeteksi berjumlah 614% hanya dalam waktu satu tahun. Android dinilai bertanggungjawab dalam penyebaran malware karena berdasarkan data tersebut penyebaran malware melalui Android berjumlah 92%. Antivirus pun dinilai tidak bisa membendung malware. Program jahat itu berperan dalam aktifitas fraud. Pada intinya aktifitas fraud tidak bisa terdeteksi oleh antivirus manapun. Sehingga mereka yang menggunakan mobile banking untuk bertransaksi bisa terkena risiko utama yaitu compromises, account take over dan credential risk.
Pencegahan fraud pada mobile banking bisa dilakukan berbagai cara. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Mark adalah menutup semua akar penyebab fraud. Transaksi yang disinyalir berbau fraud bisa dihentikan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingikan. Cara pencegahan holistik yang disampaikan oleh Mark adalah melakukan tindakan remediation, authentication, verification dan prevention. Tentunya, pencegahan itu bisa terus dilakukan sambil membenahi faktor human error, vulnerabilities pada sistem dan aplikasi dan pencegahan malware.
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena konten Nokia Mulai Menjual Flagship Lumia 930 dan dual-SIM Lumia 630 diatas dikutip dari Internet secara gamblang.