• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Eropa Goal Hall Of Fame: Zinedine Zidane Maestro Sepakbola

Bola

SBOBET
Journalist
Ada patung setinggi lima meter yang dipajang di Centre Pompidou, Paris, dengan nama sederhana 'Headbutt', ini adalah insiden termasyhur Zinedine Zidane dengan Marco Materazzi pada final Piala Dunia 2006 di menit ke-110.

Dalam banyak hal, ini adalah penggambaran sempurna dari sang pemain; anugerah dan keindahan di mana dia bermain sepakbola membuat keberadaannya dalam budaya Prancis cukup signifikan, tetapi ini juga menyoroti ketidaksempurnaan dalam karakternya, yang membuatnya menjadi sosok menarik.

Laga final itu akhir yang puitis, tetapi insiden tersebut tidak seharusnya menjadi tolok ukur gelandang megah yang membawa negaranya meraih Piala Dunia untuk pertama kali, atau seorang pemain di generasinya yang menemukan ruang di mana sebelumnya tidak tampak ada, melewati para lawan dengan putaran khasnya. Pengaruh yang dia sebarkan kepada siapa saja yang bermain dengan dia, melawan dia, atau hanya sekedar mengaguminya, jauh lebih berat daripada sebuah momen kelemahan.

Memang sejak usia dini, jelas Zidane adalah sosok unik. Pria termuda dari lima bersaudara lahir dari orang tua Aljazair di daerah selatan Prancis, ada sesuatu spesial mengenai anak pemalu yang menendang bola di lapangan kecil daerah Marseille.

Zidane tumbuh dewasa dengan mengidolakan pemain Marseille, Blaz Sliskovic, Enzo Francescoli dan Jean-Pierre Papin. Sedikit yang tahu pada saat itu dia akan melampaui mereka semua. Ditemukan oleh mantan pemain Jean Varraud saat berusia 14 tahun, dia menandatangani kontrak dengan Cannes dan menjalani debutnya pada usia 16 tahun di 1989.
"Dia melewati sati, dua, tiga, lima, enam pemain - luar biasa," kenang Varraud. "Kaki dia berbicara dengan bola."

Masih mentah dan tidak terlalu kuat, dia setidaknya membantu Cannes mencapai posisi tertinggi klub di era modern pada 1990/91, menempati posisi empat di musim penuh pertamanya bersama tim. Hengkang ke Bordeaux membuatnya semakin terkenal dan kemudian, gelandang bertalenta ini dipanggil ke timnas Prancis U-18, U-19 dan U-20.

Zidane melakoni debutnya di timnas Prancis senior pada 1994, kemudian kemenangan di Piala Intertoto pada 1995 dan keberhasilan melaju ke final Piala UEFA bersama Bordeaux pada 1995/96 membuat seluruh Eropa meliriknya. Klub Prancis tersebut kalah dari Bayern Munich di laga final, tetapi Zidane resmi hengkang ke Juventus.

Sang gelandang langsung memberi dampak instan di Italia dan sangat populer dengan fans di Turin. Gayanya yang elegan saat membawa bola sangat cocok dengan Serie A Italia yang saat itu paling mengandalkan teknik dan Zidane semakin berkembang.



Berjasa besar dalam Scudetto beruntun pada 1996/97 dan 1997/98, Zidane juga berhasil merengkuh Piala Intercontinental bersama Juve tetapi gagal di Liga Champions setelah Bianconeri tumbang di final ketika berhadapan dengan Borussia Dortmund dan Real Madrid pada 1997 dan 1998, secara berurutan.

Zidane mengakui kegagalan menjadi juara Liga Champions bersama Juventus adalah salah satu penyesalan terbesar dalam karirnya, tetapi kekecewaan itu terhapus pada musim panas 1998 ketika dia membawa Prancis merengkuh trofi Piala Dunia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah di Paris. Gol tandukannya di Stade de France mengantarkan tuan rumah meraih kemenangan historis atas Brasil dengan skor 3-0 dan membuat seluruh negara bergolak gembira.

Besoknya, sekitar 1,5 juta orang berkumpul di Champs Elysees untuk menyanjung pahlawan mereka dan kemunculan Zidane di layar mengundang kemeriahan paling besar. Sang gelandang memainkan peran krusial dalam kesuksesan Les Bleus, sementara keturunan Afrika Utara yang ia miliki juga membuat dia sangat terkenal dalam populasi imigran. Dia telah menyatukan sebuah bangsa.

Dan dia melakukannya lagi dua tahun berselang saat Prancis menyatukan trofi Piala Dunia dengan trofi Euro 2000, mencetak gol melawan Spanyol dan Portugal di babak gugur menjadi rute juara bagi Prancis yang kemudian menaklukkan Italia di babak tambahan pada laga final.

Satu tahun kemudian, Zidane diboyong oleh Real Madrid dengan transfer sekitar €73 juta. Itu adalah rekor dunia pada saat itu, dan ia berhasil memenuhi ekspektasi sebagai pembawa bendera tim 'Los Galacticos' dengan mencetak gol voli sensasional yang menentukan keberhasilan klub menjuarai Liga Champions kesembilan. "Zidane seharga €73 juta," ujar Perez kemudian. "Tetapi itu ternyata harga yang murah."

Namun, bagaimanapun juga, roda berputar dan trofi terakhir Zidane sebagai pemain Madrid adalah Piala Super Spanyol pada 2003. Setelah itu, keretakan muncul pada proyek Perez dan Barcelona memulai era ke-emasan di bawah Frank Rijkaard.

Pada level internasional, Zidane juga terpuruk. Mengalami cedera pada Piala Dunia 2002, dia tidak bisa menghindarkan Prancis, sang juara bertahan, tersingkir di babak pertama dan kemudian Les Bleus juga dikejutkan dengan Yunani pada Euro 2004 yang kemudian menjadi juara. Zizou sebenarnya memperlihatkan kualitasnya di babak grup dengan tiga gol, termasuk dua gol yang membawa Prancis menang 2-1 atas Inggris. Tetapi, saat itu trofi juara berada di luar jangkauan.

Menyusul tersingkirnya Prancis, Zidane mengumumkan bahwa dia pensiun dari sepakbola internasional, tetapi dia kemudian dibujuk untuk kembali oleh pelatih Raymond Domenech dan dipercaya sebagai kapten pada September 2005. "Di Prancis, semua orang menyadari Tuhan itu ada," ujar Thierry Henry. "Dan sekarang dia kembali ke timnas Prancis. Tuhan telah kembali - sedikit yang bisa dikatakan."


Zidane mengumumkan bahwa 2005/06 adalah musim terakhirnya di Madrid dan menjelang pertandingan terakhirnya, skuat Los Blancos mengenakan kaos spesial untuk menandai momen tersebut. Sementara itu, 80 ribu fans di Santiago Bernabeu memegang banner yang bertuliskan: 'Thanks for the magic'.

Tetapi masih ada magis yang tersisa. Sebuah panggung digelar bagi sang gelandang untuk membungkam kritikan pada laga 16 besar Piala Dunia 2006 melawan Spanyol. Jelang laga tersebut, surat kabar olahraga Spanyol Marca dengan berani menuliskan: "Hari ini, kita pensiunkan Zidane!"

Namun, Zidane malah bermain istimewa dengan performa klasik, menciptakan satu assist dan mencetak satu gol dalam kemenangan 3-1. Dia juga mengirim umpan kepada Henry untuk mencetak gol kemenangan melawan Brasil di babak delapan besar dan ketika dia mencetak gol penalti yang memberi Les Bleus kemenangan 1-0 atas Portugal di semi-final, takdir tampaknya sudah tertulis.

Patung perunggu menceritakan apa yang terjadi selanjutnya.

Setelah kehebohan sesaat, sebuah negara tidak bisa terus marah kepada salah satu anak kesayangan mereka. Sekarang, mereka dan kita semua mengingat hal-hal baik mengenai seorang pemain yang mendapatkan banyak anugerah.

"Anda seorang maestro, seorang jenius di dunia sepakbola," ujar mantan presiden Prancis Jacques Chirac dalam surat terbuka kepada Zidane pada 2006.

Sulit untuk tidak sepakat dengan hal tersebut.

liga eropa hari ini, u21, chelsea, final, liga eropa 2015, Goal Hall Of Fame: Zinedine Zidane Maestro Sepakbola
 
Top