• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Jerman Granit Xhaka, Einstein Yang Suka Bertarung

Bola

SBOBET
Journalist
Ada begitu banyak julukan yang diberikan oleh sepak bola kepada para pemainnya. Julukan tersebut umumnya mewakili apa yang ditampilkan oleh sang pemain ketika turun ke lapangan, kadang pula mewakili apa yang tampak dari fisik sang pemain. Yang jelas julukan itu diberikan, entah oleh para fans atau media atau bahkan rekan setim pemain terkait, untuk menghargai sang pemain. Salah satu ‘korban’ yang mendapat julukan itu ialah Johan Cruyff, dengan Phytagoras in Boots.

Julukan itu diberikan kepada sang legenda Belanda utamanya karena kecerdasan dalam mengolah bola. Dalam konteks Total Football, konsep ini semakin mudah dipahami karena Cruyff selalu menjadi inti dari kombinasi umpan segitiga yang mewarnai pola serangan Oranje di masanya. Ya, segitiga, sebuah bidang yang sangat erat kaitannya dengan Phytagoras – karena ia merumuskan suatu keterkaitan dalam geometri Euklides antara tiga sisi sebuah segitiga siku-siku, teorema Phytagoras.

Itu adalah perbandingan dan julukan yang diberikan di era klasik sepak bola. Di era sekarang, proses penciptaan julukan itu kembali menelan ‘korban’ dan perbandingan dengan ilmuwan kembali dilakukan. Kali ini julukan yang diberikan ialah Einstein Muda dan pemain beruntung yang mendapatkan julukan itu ialah Granit Xhaka, gelandang Borussia Monchengladbach yang belakangan ini jadi buah bibir di rumor transfer dengan melibatkan Liverpool, Arsenal, Atletico Madrid, hingga Internazionale.

Mungkin Anda membayangkan Xhaka sebagai gelandang yang bermain dengan super cerdas, akurat, penuh perhitungan, filosofis, inovatif – atau apa saja yang membuat Anda berpikir tentang Albert Einstein, penemu teori relativitas. Seandainya memang begitu, dengan sangat menyesal, perlu ditegaskan kalau bayangan tersebut sebenarnya salah. Permainan Xhaka sebenarnya tidak sesuai dengan sosok Einstein, atau apapun yang pernah ditemukan oleh sang ilmuwan.


Xhaka adalah gelandang petarung yang tangguh di Swiss. Ia bisa memainkan peran bertahan dan menyerang, sesuai kebutuhan tim. Belakangan ini, ia memang lebih sering bermain sebagai gelandang bertahan dan mengatur tempo permainan dari garis tengah. Seandainya lawan menyerang, ia menjadi pemain yang bertanggung jawab menghentikan aliran serangan tersebut, apapun caranya. Figur ilmuwan, seperti Einstein, tentu tidak cocok dengan figur Xhaka yang tugas utamanya adalah merusak.

Sumbangsih Xhaka ketika bertahan di Gladbach tentu tidak perlu dipertanyakan. Ia pandai dalam membaca serangan lawan, lalu tanpa ragu mencuri bola atau beradu fisik dengan lawannya. Peran ini sangat vital bagi Gladbach dan pengaruh Xhaka terangkum langsung pada statistik, Xhaka merupakan pemain paling sering melakukan intersep (35), tekel (24), dan duel udara (69). Sebagai bonus, ia juga menjadi pemain paling sering mendapat kartu kuning (4) dan merah (2) musim ini.

Ketika diminta menyerang, gelandang berkaki kiri ini juga memiliki kualitas yang istimewa. Akurasi umpannya memang bagus, tetapi yang lebih mengesankan adalah intensitas dalam melakukan umpan jauh. Xhaka adalah tipe gelandang yang selalu menegaskkan kepala sebelum menerima bola. Ia lebih dulu membaca alur permainan sebelum memberikan umpan. Seandainya ia menemukan celah, dengan sedikit gegabah, ia bakal memberikan umpan panjang kepada rekannya.

Sayang, kerap kali hal ini dilakukan tanpa pemikiran yang matang sehingga umpan panjangnya kerap kali sia-sia. Namun hal pengambilan keputusan memang selalu menjadi masalah bagi pemain muda dan masih ada waktu untuk membenahinya.


Xhaka juga memiliki kelebihan dalam hal tendangan bebas. Menggunakan kaki kirinya, ia bisa melepaskan tendangan geledek yang menyasar sudut gawang lawan. Ia memiliki eksplosivitas menyerang yang bagus jika dibutuhkan, terbukti dari tiga gol yang sudah ia catatkan di musim ini. Xhaka memiliki kesan beringas ketika diberi kebebasan untuk menyerang.

Gambaran di atas kiranya sudah cukup untuk menegaskan kalau gaya bermain Xhaka tidak mirip dengan sosok Einstein. Lalu dari mana julukan Einstein Muda berasal?

Julukan ini sebenarnya berasal dari kecintaan Xhaka pada pendidikan. Ia merupakan pemain paling terdidik di timnya dan ia sangat mencintai pelajaran matematika. Hal ini sebenarnya dipicu oleh sebuah momen dalam karirnya, tepatnya ketika ia menderita cedera ACL di usia remaja, dan mau tak mau merefleksikan kejadian itu.

"Pendidikan sangat penting bagi saya karena ketika saya masih bermain di U-16, cruciate ligament saya sobek dan saya absen selama setenah tahun. Saya belajar kalau segalanya bisa berlalu sangat cepat di sepak bola. Dan jika Anda tak punya sepak bola, Anda butuh pendidikan. Saya tak ingin berakhir di jalan karena saya tak bisa melakukan apapun selain sepak bola,” ungkapnya.

Xhaka adalah petarung di lapangan, tetapi kecintaannya pada dunia intelektual dan pendidikan menunjukkan kalau Si Einstein Muda lebih dari sekadar pesepak bola – dan sudah jelas hal ini sangat dibutuhkan oleh raksasa-raksasa Eropa di dunia modern.

liga jerman, u19, hari ini, logo, seri b, malam ini, klasemen, Granit Xhaka, Einstein Yang Suka Bertarung
 
Top