<p></p><p>Kelompok hacker Timur Tengah telah menargetkan sejumlah lembaga pemerintahan di Eropa dan institusi keuangan Amerika Serikat pada kampanye spionase siber baru-baru ini. Seperti yang dilansir oleh laman www.ft.com, laporan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan perusahaan keamanan siber Amerika Serikat, FireEye. </p><p>Sebuah kelompok yang dikenal dengan nama Molerats yang sebelumnya dihubungkan dengan sejumlah serangan yang menyerang pemerintahan Amerika Serikat dan Inggris, serta mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair saat menjadi utusan perdamaian di Timur Tengan dan juga BBC. </p><p>Serangan siber yang terakhir dilakukan adalah antara 29 April hingga 27 Mei tahun ini. Modus yang dilakukan penyerang ini adalah dengan mengirimkan email phishing yang ditujukan untuk pegawai pada lembaga pemerintahan di Eropa dan perusahaan keuangan Amerika Serikat untuk mengklik pada link dan lampiran. Ketika para korban ini mengklik maka secara otomatis akan mengunduh malware. </p><p>Peneliti senior malware FireEye, Ned Moran, mengatakan serangan ini merupakan contoh dari perkembangan global dari spionase siber. Sesuai dengan perkembangan ini para hacker mungkin mencoba untuk mendapatkan strategi intelijen dan informasi sensitif mengenai musuh-musuh mereka.</p><p>Spionase siber tidak hanya terbatas pada Amerika Serikat, Tiongkok dan Rusia, negara dengan masyarakat tradisional juga dapat tersangkut dengan masalah ini, Moran mengungkapkan. </p><p>Moran juga mengatakan bahwa lampiran yang dikirimkan mata-mata siber untuk menginfeksi komputer berisi gambar kartun, pidato dan artikel berita mengenai perpolitikan Timur Tengah. Satu serangan saja telah dapat menipu lebih dari 200 orang yang terdapat pada lembaga yang ditargetkan.</p><p>Serangan terbesar kelompok Molerats adalah pada musim panas lalu dan mereka memulai rangkaian serangan pada Oktober 2011. Kelompok ini dituduh atas penargetan sejumlah lembaga pemerintah di Israel, Turki, Slovenia, Macedonia, Selandia Baru dan Baru. </p><p>Penggunaan malware sebagai senjata sempat terjadi pada perang siber antara Rusia dan Ukraina tahun ini. FireEye mengatakan malware yang digunakan oleh kedua negara berjumlah 40 per cent dari Februari ke Maret 2014. Hal ini membuat kedua mendapatkan kenaikan peringkat sebagai negara dengan malware terbanyak. Rusia menjadi negara terbesar kelima terbesar sedangkan Ukraina menjadi negara terbesar kesembilan. </p><p>Analis Senio Ancaman Global FireEye, Kenneth Geers, mengatakan dia tidak ingin berspekulasi mengenai motive dari hacker ini.. Dalam volume aktivitas malware yang besar, mereka kelihatan seperti hacker tersendiri, hacker patriotic, penjahat siber, operasi pemerintah Rusia atau Ukraina, dan atau operasi siber yang dilakukan negara lain, ungkap Geers. </p>