• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Ilmuwan-Ilmuwan Astronomi Muslim

ON3

Mahasiswa
Journalist

ASTRONOMI adalah ilmu tertua sepanjang sejarah peradaban manusia,zaman babilonia, sumeria, mesir, china & setelah runtuhnya kebudayaan Yunani & Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 – 15 M).

Seperti yg dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com, Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab & dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol & Asia Tengah.

Salah satu bukti & pengaruh astronomi Islam yg cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang yg menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran & Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Algol, Betelguese, Zubelnegubi. Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam `Ratu Sains’ itu yg hingga kini masih digunakan, seperti Alhidade, Azimuth, Almucantar, Almanac, Zenith, Nadir, & Vega & masih banyak lagi. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga kini masih tetap tersimpan & jumlahnya mencapai 10 RIBU MANUSKRIP.

Menurut para ahli sejarah, kedekatan dunia Islam dengan dunia lama yg dipelajarinya menjadi faktor berkembangnya astronomi Islam. Selain itu, begitu banyak teks karya-karya ahli astronomi yg menggunakan bahasa Yunani Kuno, & Persia yg DITERJEMAHKAN ke dalam bahasa Arab pada abad ke 9. Salah satu yg diterjemahkan adalah karya Ptolomeus yg termasyhur, ALMAGEST. Proses ini dipertinggi dengan toleransi terhadap sarjana dari agama lain. Sayg, dominasi itu tak bisa dipertahankan umat Islam.

Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam 4 periode.

Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi & penyatuan awal dari astronomi YUNANI, INDIA & SASSANID.

Periode kedua (825-1025) adalah masa investigasi besar-besaran & penerimaan serta modifikasi sistem PTOLOMEUS.

Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam.

Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yg dihasilkan.

Ilmuwan Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi pengembangan dunia astronomi. Buah pikir & hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun itu diadopsi serta dikagumi para saintis Barat. Inilah beberapa ahli astronomi Islam & kontribusi yg telah disumbangkannya bagi pengembangan ilmu astronomi or `ratu sains’ itu.



Al-Farghani (… – 870 M)

Nama lengkapnya Abu’l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bi&g astronomi yg amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma’mun. Dia menulis mengenai astrolabe & menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yg paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi.

Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 & tetap sangat populer di Eropa sampai masa Regiomontanus. Pengetahuan Dante Alighieri tentang astronomi Ptolemaic, yg terlihat dalam bukunya Divina Commedia serta karya-karya lainnya seperti Convivio, tampaknya telah diambil dari karya Alfraganus yg dia baca. Pada abad ke-17 orientalis Belanda Jacob Golius menerbitkan teks Arab atas manuskrip yg diperolehnya di Timur Dekat, dengan terjemahan Latin baru & catatan yg ekstensif.



Al-Battani (858 – 929 M).

Al-Batani banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan & planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan & menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yg sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365hari, 5 jam, 46 menit & 24 detik.

Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yg membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), & setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.

Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Buku “De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum” itu kini masih disimpan di VATIKAN ROMA ITALIA. Tokoh-tokoh astronomi EROPA seperti “Copernicus”, “Regiomantanus”, “Kepler” & “Peubach” TAK MUNGKIN MENCAPAI SUKSES tanpa jasa Al-Batani. Copernicus dalam bukunya ‘De Revoltionibus Orbium Clestium’ mengaku berutang budi pada Al-Battani.



Al-Sufi (903 – 986 M)

Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yg mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, & planet & juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, & warnanya. Ia juga ada menulis mengenai ASTROLABEL (perkakas kuno yg biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit) & seribu satu cara penggunaannya.



Ibnu Yunus (950 -1009 M)

Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah KAWAH di PERMUKAAN BULAN. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yg dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yg besar, hingga berdiameter 1,4meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.

Karya Ibnu Yunus ‘paling terkenal dalam astronomi Islam adalah al-Zij al-Kabir al-Hakimi (1000 M), adalah buku panduan dari tabel astronomi yg berisi pengamatan yg sangat akurat, banyak yg mungkin telah diperoleh dengan instrumen astronomi yg sangat besar. Menurut NM Swerdlow, Zij al-Kabir al-Hakimi adalah “sebuah karya orisinalitas luar biasa. Sayg hanya lebih dari setengahnya yg selamat (diketahui)”.

Yunus mengungkapkan solusi dalam zij tanpa simbol matematika, namun Delambre mencatat di tahun 1819 terjemahannya dari tabel Hakemite bahwa dua metode Ibnu Yunus ‘untuk menentukan waktu dari ketinggian matahari or bintang, setara dengan identitas trigonometri 2cos (a ).cos (b) = cos (a + b) + cos (ab) diidentifikasi dalam naskah abad ke-16 Johannes Werner pada bab kerucut. Sekarang diakui sebagai salah satu formula Werner, formula ini penting untuk pengembangan prosthaphaeresis & logaritma beberapa puluh tahun kemudian. Ibnu Yunus juga menjelaskan 40 konjungsi planet & 30 gerhana bulan.



Ibnu Haitham (965 – 10390 M)

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yg gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, & Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yg menulis & menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.

Beberapa buah buku mengenai cahaya yg ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light & On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja & lingkaran cahaya di sekitar bulan & matahari serta bayg-bayg & gerhana.

Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya & pembalikan cahaya.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yg dibakar, & dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yg pertama di dunia.

Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yg bernama Trricella yg mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewuju& tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yg bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayg gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yg kemudiannya disambung-sambung & dimainkan kepada para penonton sebagaimana yg dapat kita lihat pada masa kini.



Al-Biruni (973 – 1050 M)

Al Biruni dalam perangko Sovyet



Ahli astronomi yg satu ini, turut memberi sumbangan dalam bi&g astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi & membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bi&g astronomi.

* Saat berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari.* Saat berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, “Kartografi”, yg termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bi&g datar.
* Saat berusia 27, dia telah menulis buku berjudul “Kronologi” yg merujuk kepada hasil kerja lain yg dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, & 2 buku tentang sejarah.
* Beliau membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).



Al-Zarqali (1029 – 1087 M)

Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada perangko di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yg lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Tole& & juga merupakan seorang ahli yg menciptakan astrolabe yg lebih kompleks bernama Safiha.

Al-Zarqali mengoreksi data geografis dari Ptolemy & Al-Khwarizmi. Secara khusus, ia mengoreksi perkiraan Ptolmey tentang panjang laut Mediterania dari 62 derajat ke nilai yg benar, yaitu 42 derajat. Dalam risalahnya yg berjudul tahun matahari, yg bertahan hanya dalam terjemahan bahasa Ibrani, ia adalah yg pertama yg menunjukkan gerak relatif dari apogee matahari terhadap latar belakang bintang tetap. Ia mengukur laju gerak adalah 12,9 detik per tahun, yg sangat dekat dengan perhitungan modern 11,6 detik. Model Al-Zarql untuk gerakan Matahari,. Dimana pusat deferent Matahari bergerak perlahan melingkar untuk mereproduksi gerakan teramati dari apogee surya, telah dibahas pada abad ketiga belas oleh Bernard dari Verdun & pada abad kelima belas oleh Regiomontanus & Peurbach. Pada abad keenam belas Copernicus mengembangkan & memodifikasi model ini, ke bentuk heliosentris, & dia tulis di dalam De Revolutionibus Orbium Coelestium nya.



Jabir Ibn Aflah (11001150)

Ab Muammad Jabir bin Aflah (bahasa Arab: , Latin: Geber / Gebir, 1.100-1.150) adalah seorang astronom Muslim & matematika dari Sevilla, yg aktif di Andalusia abad ke-12. Karyanya Islah al-Majisi (Koreksi dari Almagest) mempengaruhi astronomi Islam, Yahudi & Kristen.

Karya ini merupakan komentar & pengerjaan ulang dari Almagest nya Ptolemy & merupakan kritik pertama terhadap Almagest di dunia Islam bagian barat. Dia terutama mengkritik dasar matematika dari Almagest. Misalnya ia menggantikan penggunaan teorema Menelaus ‘ yg didasarkan pada trigonometri bola, dengan apa yg tampaknya merupakan upaya untuk meningkatkan presisi matematis dari pekerjaan. Teorema baru ini telah dikembangkan oleh sekelompok ahli matematika islam abad 10 yg termasuk Abu al-Wafa ‘Bzjn & kemudian juga oleh Abu Abdullah Muhammad ibn Muadh Al-Jayyani yg bekerja di Andalusia selama abad ke-11. Jabir tidak mengambil kredit dari salah satu penulis & tidak mengacu pada seorang penulis Islam tunggal dalam karya ini.

Salah satu perubahan substansial yg dibuat Jabir untuk akun Ptolemy adalah bahwa ia menempatkan orbit Venus & Merkurius, planet-planet minor, di luar dari Matahari, & bukan antara Bulan & Matahari seperti yg dituliskan dalam karya asli Ptolemy.

Dia menciptakan instrumen pengamatan yg dikenal sebagai torquetum, alat mekanis untuk mengubah antara sistem koordinat bola.

Beberapa penulis Islam kemudian dipengaruhi oleh Jabir, termasuk Ibnu Rusyd (Averroes) & Nur ad-Din al-Betrugi, keduanya bekerja di Andalusia. Karya Jabir juga menular ke Mesir pada abad ke-12 oleh Maimonides & lebih ke timur pada akhir abad ke-13.

Karya Jabir diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Ibrani & Latin, yg terakhir oleh Gerard dari Cremona, yg melatinkan namanya menjadi “Geber”. Melalui saluran ini, karya Jabir memiliki pengaruh luas pada matematikawan & astronom Eropa yg muncul kemudian & membantu memperkenalkan trigonometri di Eropa.

Sebagian besar materi pada trigonometri bola di ‘Regiomontanus Pada Segitiga (c.1463) diambil secara langsung & tanpa kredit dari karya Jabir, seperti yg tercantum dalam abad ke-16 oleh Gerolamo Car&o. Trigonometri yg Nicholas Copernicus (1473-1543) diuraikan dalam bagian pertama dari karya fiksi ilmiah De revolutionibus juga rupanya terinspirasi oleh Jabir.



Nasiruddin at-Tusi (1201 – 1274 M)

Nasiruddin at-Tusi berhasil membuat tabel pergerakan planet yg sangat akurat. Kontribusi lainnya yg amat penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab Zij-i Ilkhani yg ditulis dalam bahasa Persia & lalu diterjemahkan dalam bahasa Arab. Kitab itu disusun setelah 12 tahun memimpin obeservatorium Malagha.

Selain itu, al-Tusi juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya berudul Al-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a (Memoir Astronomi). Nasiruddin mampul memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Ia wafat pada 26 Juni 1274 di Baghdad. Meski begitu, jasa & kontribusinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan masih tetap dikenang.



Ibnu Al Syatir (1304 1375 M)

Ide Ibn Al-Syatir tentang PLANET BUMI MENGELILINGI MATAHARI telah Menginspirasi Copernicus. Akibatnya, COPERNICUS dimusuhi gereja & dianggap pengikut setan. Demikian juga GALILEO, yg merupakan pengikut Copernicus, secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik & dipaksa untuk bertobat, namun dia menolak.

Ibnu Al-Shatir merombak habis Teori Geosentris yg dicetuskan Claudius Ptolemaeus or Ptolemy (90 SM 168 SM). Secara matematis, al-Shatir memperkenalkan a&ya epicycle yg rumit (sistem lingkaran dalam lingkaran). Al-Shatir mencoba menjelaskan bagaimana gerak merkurius jika bumi menjadi pusat alam semestanya & merkurius bergerak mengitari bumi.

Model bentuk Merkurius Ibnu al-Shatir menunjukkan penggandaan dari epicycle menggunakan Tusi-couple, sehingga menghilangkan eksentrik & equant teori Ptolemaic. Menurut George Saliba dalam karyanya A History of Arabic Astronomy: Planetary Theories During the Golden Age of Islam, Kitab Nihayat al-Sul fi Tashih al-Usul, merupakan risalah astronomi Ibnu Al-Shatir yg paling penting.

“Dalam kitab itu, secara drastis ia mereformasi model matahari, bulan, & planet Ptolemic. Dengan memperkenalkan sendiri model non-Ptolemic yg menghapuskan epicycle pada model matahari, yg menghapuskan eksentrik & equant. Dengan memperkenalkan epicycle ekstra pada model planet melalui model Tusi-couple, & yg menghilangkan semua eksentrik/eccentric, epicycle & equant di model bulan,” jelas Saliba.


Model Ibn al-Shatir untuk penampilan Merkurius, menunjukkan perbanyakan epicycles menggunakan Tusi-couple, menghilangkan eksentrik & equant teori Ptolemaic.



Sebelumnya, aliran Maragha hanya berpatokan pada model yg sama dengan model Ptolemaic. Model geometris Ibnu al-Shatir merupakan karya pertama yg benar-benar unggul daripada model Ptolemaic karena modelnya ini lebih baik sesuai dengan pengamatan empiris.

Ibnu al-Shatir juga berhasil melakukan pemisahan filsafat alam dari astronomi & menolak model empiris Ptolemic dibanding filsafat dasar. Tidak seperti astronomer sebelumnya, Ibnu al-Shatir tidak peduli dengan mempertahankan teori prinsip kosmologi or filsafat alam (or fisika Aristoteles), melainkan untuk memproduksi sebuah model yg lebih konsisten dengan pengamatan empiris.

Modelnya menjadi lebih baik sesuai dengan pengamatan empiris daripada model-model sebelumnya yg diproduksi sebelum dia. Saliba menambahkan karyanya tersebut menjadi karya penting dalam astronomi, yg dapat dianggap sebagai sebuah “Revolusi ilmiah sebelum Renaissance”.

Dalam membuat model barunya tersebut, Ibnu al-Shatir melakukan pengujian dengan melakukan pengamatan empiris. Tidak seperti astronomer sebelumnya, Ibnu al-Shatir umumnya tidak keberatan terhadap falsafah astronomi Ptolemaic, tetapi ia ingin menguji seberapa jauh teori Ptolemy cocok dengan pengamatan empirisnya.

Dia menguji model Ptolemaic, & jika ada yg tidak cocok dengan pengamatannya, maka ia akan merumuskan sendiri model non-Ptolemaic pada bagian yg tidak cocok dengan pengamatannya. Pengamatannya yg akurat membuatnya yakin untuk menghapus epicycle dalam model matahari Ptolemaic.

Ibnu al-Shatir juga merupakan astromer pertama yg memperkenalkan percobaan dalam teori planet untuk menguji model dasar empiris Ptolemaic. Saat menguji model matahari Ptolemaic, Ibnu al-Shatir memaparkan ”pengujian nilai Ptolemaic untuk bentuk & ukuran matahari dengan menggunakan pengamatan gerhana bulan.”

“Karyanya tentang percobaan & pengamatannya memang telah musnah, namun buku The Final Quest Concerning the Rectification of Principles adalah milik al-Shatir,” papar Saliba.

Pengaruh Karya Ibnu Al-Shatir
“Meskipun sistemnya merupakan geosentri yg kuat, dia telah menghapuskan equant & accentric Ptolemaic & rincian sistem matematikanya hampir serupa dengan karya Copernicus’ De revolutionibus,” jelas V Roberts and E. S. Kennedy dalam karyanya “The Planetary Theory of Ibn al-Shatir”.

Menurut Saliba, model bulan Copernicus juga tidak berbeda dengan model Ibnu al-Shatir. Dengan demikian dapat percaya bahwa model Ibnu al-Shatir telah diadaptasi oleh Copernicus dalam model heliocentric.

“Walaupun masih belum jelas bagaimana ini dapat terjadi, diketahui bahwa manuskrip Byzantine Yunani yg berisi Tusi-couple tempat Ibnu al-Shatir bekerja telah mencapai Italia pada abad ke-15 M,” jtutur AI Sabra dalam karyanya “Configuring the Universe: Aporetic, Problem Solving, and Kinematic Modeling as Themes of Arabic Astronomy”.

Saliba menambahkan, diagram model heliocentric yg dikembangkan Copernicus, termasuk tanda-tanda dari poin, hampir sama dengan diagram & tanda-tanda yg digunakan Ibnu al-Shatir pada model geosentrisnya. “Sehingga sangat mungkin bahwa Copernicus terpengaruh karya Ibnu al-Shatir,” ujarnya.

YM Faruqi dalam karyanya ” Contributions of Islamic scholars to the scientific enterprise”, mengungkapkan, “Teori pergerakan bulan Ibnu al-Shatir sangat mirip dengan yg dicetuskan Copernicus sekitar 150 tahun kemudian”. Begitulah Ilmuwan Muslim al-Shatir mampu memberi pengaruh bagi dunia Barat.

Kontribusi Al-Shatir dalam Bi&g Teknik
* Jam Astrolab
David A King dalam bukunya bertajuk The Astronomy of the Mamluks menjelaskan bahwa Ibnu al-Shatir menemukan jam astrolabe pertama di awal abad ke-14 M.

Astrolab adalah instrumen astronomi zaman dahulu yg digunakan oleh astronom, navigator, & astrolog pada era klasik. Astrolab banyak digunakan untuk menentukan lokasi & memprediksi posisi matahari, bulan, planet, & bintang; menentukan waktu lokal dengan diketahui letak bujur & letak lintang; survei; serta triangulasi. Pada era Islam abad pertengahan, astrolab terutama digunakan untuk mempelajari astronomi, navigasi, survei, penentu waktu, salat, serta menentukan arah kiblat.

* Jam Matahari
Menurut catatan sejarah, sundial or jam matahari merupakan jam tertua dalam peradaban manusia. Jam ini telah dikenal sejak tahun 3500 SM. Pembuatan jam matahari di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu al-Shatir, seorang ahli Astronomi Muslim ( 1304-1375 M). “Ibnu al-Shatir merakit jam matahari yg bagus sekali untuk menara Masjid Umayyah di Damaskus,” ujar David A King dalam karyanya bertajuk The Astronomy of the Mamluks.

Berkat penemuannya itu, ia kemudian dikenal sebagai muwaqqit (pengatur waktu ibadah) pada Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah. Jam yg dibuat Ibnu al-Shatir itu masih tergolong jam matahari kuno yg didasarkan pada garis jam lurus. Ibnu al-Shatir membagi waktu dalam sehari dengan 12 jam, pada musim dingin waktu pendek, se&gkan pada musim panas waktu lebih panjang. Jam mataharinya itu merupakan polar-axis sundial paling tua yg masih tetap eksis hingga kini.

“Jam mataharinya merupakan jam tertua polar-axis sundial yg masih ada. Konsep kemudian muncul di Barat jam matahari pada 1446,” ungkap Jones, Lawrence dalam karyanya “The Sundial And Geometry”.

* Kompas
David A.King mengatakan Ibnu al-Shatir juga menemukan kompas, sebuah perangkat pengatur waktu yg menggabungkan jam matahari & kompas magnetis pada awal abad ke-14 M.

* Instrumen Universal
Ibnu al-Shatir menjelaskan instrumen astronomi lainnya yg ia disebut sebagai “instrumen universal”. Penemuan al-Shatir ini kemudian dikembangkan seorang astronomer & rekayawasan legendaris di era kekhalifahan Turki Usmani, Taqi al-Din. Iinstrumen itu digunakandi observatorium al-Din Istanbul 1577-1580 M



Kegemilangan Observatorium Ulugh Beg
Sejatinya observatorium pertama di dunia dibangun astronom Yunani bernama HIPPARCHUS (150 SM). Namun, di mata ahli astronomi Muslim abad pertengahan, konsep observatorium yg dilahirkan Hipparcus itu jauh dari memadai. Sebagai ajang pembuktian, para sarjana Muslim pun membangun observatorium yg lebih moderen pada zamannya.

Sejumlah astronom Muslim yg dipimpin Nasir al-Din al-Tusi berhasil membangun observatorium astronomi di Maragha pada 1259 M. Observatorium itu dilengkapi perpustakaan dengan koleksi buku mencapai 400 RIBU judul. Observatorium Maragha juga telah melahirkan sejumlah astronom terkemuka seperti, QuIb al-Din al-Shirazy, Mu’ayyid al-Din al-Urdy, Muiyi al-Din al-Maghriby, & banyak lagi.


Model dari observatorium Maragha



Ahli astronomi Barat, Kevin Krisciunas dalam tulisannya berjudul The Legacy of Ulugh Beg mengungkapkan, observatorium termegah yg dibangun sarjana Muslim adalah ULUGH BEG. Observatorium itu dibangun seorang penguasa keturunan Mongol yg bertahta di Samarkand bernama Muhammad Taragai Ulugh Beg (1393-1449). Dia adalah seorang pejabat yg menaruh perhatian terhadap astronomi.

Ketertarikan Ulugh Beg dalam astronomi bemula, ketika dia mengunjungi Observatorium Maragha yg dibangun ahli astronomi Muslim terkemuka, Nasir al-Din al-Tusi,” tutur Krisciunas. Geliat pengkajian astronomi di Samarkand mulai berlangsung pada tahun 1201. Namun, aktivitas astronomi yg sesungguhnya di wilayah kekuasaan Ulugh Beg mulai terjadi pada 1408 M.


Ulugh Beg Observatory





Ghirah astronomi di Samarkand mengalami puncaknya ketika Ulugh Beg mulai membangun observatorim pada 1420. Menurut Kriscunas, berdasarkan laporan yg ditulis ahli astronomi pada saat iru, Al-Kashi aktivitas pengkajian astronomi di Observatorium Ulugh Beg didukung oleh 70 SARJANA. Para ahli astronomi itu mendapatkan perlakukan istimewa dengan fasilitas & gaji yg luar biasa besarnya. Observatorium ini beroperasi selama 50 tahun.

N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena konten Ilmuwan-Ilmuwan Astronomi Muslim diatas dikutip dari Internet secara gamblang.

Sumber

Forum N3 Nyit-nyit.net membahas Video games, indie games, standalone games, plugins, free games, game extensions, expansion packs, game episode, game cheat, cara curang, cheat engine, game mods, modifications, mods, development, total conversions, modification, enhancement, games, plugins, addons, extensions, episode, expansion packs. We talks about latest Game Cheats, Cracks, Keygens and Hacks. Hacks & Cheats and trainers for many other multiplayer games. Free download games, hacks, cheats tools, projects, graphics. We create Hacks for Games,Cheats Tools,Trainer Tools. Hack,Cheats,Hack iOS Games,Hack Android Games,Cheats facebook games, Online games hack. Ilmuwan-Ilmuwan Astronomi Muslim.
 
Top