Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya. Keamanan Siber Organisasi Semakin Terancam
Sejumlah organisasi di dunia kini semakin mengkhawatirkan keamanan siber mereka. Pasca diretasnya Sony Pictures yg mengakibatkan sejumlah informasi rahasia terekspos ke publik, organisasi berlomba-lomba untuk memperbaiki sistemnya. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan kejahatan siber yg kian hari kian canggih. Perkembangan ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi organisasi & ini bukan hanya tugas divisi TI.
Di organisasi sekarang ini, merespons serangan siber lebih banyak mengimplementasikan teknologi untuk mengamankan sistem mereka. Hal itu tentu dapat membantu tetapi tidak akan cukup. Bagaimanapun juga, organisasi perlu menggabungkan aspek manusia, proses & teknologi & mensinergikannya dalam mengamankan keamanan siber mereka.
Don Ulsch, managing director dari PwC mengatakan bahwa setiap harinya organisasi harus mengalami 300 serangan siber. Ancaman tersebut tidak hanya berupa peretasan, melainkan juga kebocoran data. Dalam hal ini, serangan siber tersebut dapat diartikan sebagai hilangnya hak kekayaan intelektual, rahasia dagang & pencurian informasi lainnya, kata Ulsch. Ditinjau dari segi aspek perusahaan, serangan siber itu bisa saja muncul dari kompetitor yg ingin mencuri rahasia dagang lawan bisnisnya.
Penjahat siber kian hari semakin cerdas, kata Ulsch. Ada serangan siber di mana penyerang dapat tidak terdeteksi dalam waktu yg lama, lanjutnya. Ulsch menuturkan bahwa bagaimanapun juga, organisasi or perusahaan harus mempertimbangkan bahwa mereka se&g terancam. Menurut pan&gannya, tanpa a&ya sikap tersebut hanya membuat organisasi terlena. Tanpa disadari, organisasi sudah menjadi korban dari serangan siber, tandas Ulsch.
Lebih lanjut, Ulsch menjelaskan bahwa keamanan siber di sebuah organisasi selalu berkorelasi langsung dengan operasional orpun bisnis mereka. Direksi orpun pemimpin suatu organisasi yg cerdas akan melihat bahwa risiko siber adalah bagian dari kehidupan perusahaan, terang Ulsch. Ada beberapa contoh direksi yg cerdas & pintar dalam melihat risiko siber ini. Mereka bisa melihat dampaknya pada bisnis, jajaran direksi & komisaris serta seluruh stakeholder perusahaan, imbuhnya.
Secara tegas ia mengatakan bahwa keamanan siber bukan urusan divisi TI, tetapi telah menygkut ke seluruh jajaran bisnis perusahaan. Perangkat teknologi hanyalah alat. Sebuah alat untuk menyerang orang yg menginterupsi sistem keamanan perusahaan. Tidak lebih, ujar Ulsch. Ia menyimpulkan bahwa sudah menjadi tugas direksi & komisaris untuk memasukkan isu keamanan siber ke dalam bisnis perusahaan. Satu hal yg ia rekomendasikan adalah dewan direksi perlu meman&g keamanan siber sebagai topik rapat manajemen seperti layaknya rapat tentang harga minyak dunia orpun biaya operasional bisnis.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenKeamanan Siber Organisasi Semakin Terancam diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Sejumlah organisasi di dunia kini semakin mengkhawatirkan keamanan siber mereka. Pasca diretasnya Sony Pictures yg mengakibatkan sejumlah informasi rahasia terekspos ke publik, organisasi berlomba-lomba untuk memperbaiki sistemnya. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan kejahatan siber yg kian hari kian canggih. Perkembangan ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi organisasi & ini bukan hanya tugas divisi TI.
Di organisasi sekarang ini, merespons serangan siber lebih banyak mengimplementasikan teknologi untuk mengamankan sistem mereka. Hal itu tentu dapat membantu tetapi tidak akan cukup. Bagaimanapun juga, organisasi perlu menggabungkan aspek manusia, proses & teknologi & mensinergikannya dalam mengamankan keamanan siber mereka.
Don Ulsch, managing director dari PwC mengatakan bahwa setiap harinya organisasi harus mengalami 300 serangan siber. Ancaman tersebut tidak hanya berupa peretasan, melainkan juga kebocoran data. Dalam hal ini, serangan siber tersebut dapat diartikan sebagai hilangnya hak kekayaan intelektual, rahasia dagang & pencurian informasi lainnya, kata Ulsch. Ditinjau dari segi aspek perusahaan, serangan siber itu bisa saja muncul dari kompetitor yg ingin mencuri rahasia dagang lawan bisnisnya.
Penjahat siber kian hari semakin cerdas, kata Ulsch. Ada serangan siber di mana penyerang dapat tidak terdeteksi dalam waktu yg lama, lanjutnya. Ulsch menuturkan bahwa bagaimanapun juga, organisasi or perusahaan harus mempertimbangkan bahwa mereka se&g terancam. Menurut pan&gannya, tanpa a&ya sikap tersebut hanya membuat organisasi terlena. Tanpa disadari, organisasi sudah menjadi korban dari serangan siber, tandas Ulsch.
Lebih lanjut, Ulsch menjelaskan bahwa keamanan siber di sebuah organisasi selalu berkorelasi langsung dengan operasional orpun bisnis mereka. Direksi orpun pemimpin suatu organisasi yg cerdas akan melihat bahwa risiko siber adalah bagian dari kehidupan perusahaan, terang Ulsch. Ada beberapa contoh direksi yg cerdas & pintar dalam melihat risiko siber ini. Mereka bisa melihat dampaknya pada bisnis, jajaran direksi & komisaris serta seluruh stakeholder perusahaan, imbuhnya.
Secara tegas ia mengatakan bahwa keamanan siber bukan urusan divisi TI, tetapi telah menygkut ke seluruh jajaran bisnis perusahaan. Perangkat teknologi hanyalah alat. Sebuah alat untuk menyerang orang yg menginterupsi sistem keamanan perusahaan. Tidak lebih, ujar Ulsch. Ia menyimpulkan bahwa sudah menjadi tugas direksi & komisaris untuk memasukkan isu keamanan siber ke dalam bisnis perusahaan. Satu hal yg ia rekomendasikan adalah dewan direksi perlu meman&g keamanan siber sebagai topik rapat manajemen seperti layaknya rapat tentang harga minyak dunia orpun biaya operasional bisnis.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenKeamanan Siber Organisasi Semakin Terancam diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber