Kekecewaan penghentian kompetisi oleh PSSI tidak hanya dirasakan manajemen klub. Para pemain pun terpukul dengan keputusan yang dinilai tak manusiawi tersebut. Nasib ribuan pemain dan pelatih yang bergantung pada sepakbola pun kandas untuk menghidupi keluarganya musim ini.
Ketidakharmonisan Kemenpora dengan PSSI berimbas di semua sektor bidang sepakbola. Lantas bagaimana sikap pemain agar dapur mereka tetap "ngebul" di tengah berhentinya kompetisi?
Kapten PSIS Semarang, Fauzan Fajri, melirik kompetisi antarkampung (tarkam) untuk membantu perekonomian keluarga. "Saat ini, kami hanya terpikir bermain di tarkam. Bagaimana cara mencari nafkah di sepakbola untuk menghidupi keluarga, anak dan istri," ucap Fauzan.
Mewakili kawan-kawannya di PSIS, dia berpendapat sangat disesalkan penghentian kompetisi di tengah euforia persiapan kick-off Divisi Utama 2015. Dampak peniadaan kompetisi tidak hanya dirasakan tim-tim profesional, namun meluas pada pembinaan.
"Semoga sepakbola Indonesia cepat pulih," harapnya.
Sementara itu, kapten Persis Solo, Anggo Julian, sangat kecewa dengan keputusan tersebut. Apa yang diharapkan dan dinantikan oleh pemain agar berkompetisi, sekarang hanya sebuah angan.
"Tidak ada yang bisa dibanggakan buat diri, keluarga yang selalu mendoakan dalam karier sepakbola, dan khususnya pecinta Persis. Kami sebagai pemain, ingin memberikan kebanggaan kepada suporter di Solo yang selama ini mendukung. Tapi, tinggal selangkah lagi, impian itu sirna," tutur Anggo, kepada Goal Indonesia.
Pemain berusia 27 tahun tersebut menambahkan, keputusan sudah diambil, semoga menjadi pembelajaran semua pihak, baik PSSI maupun Pemerintah agar sepakbola lebih berprestasi ke depannya.
"Sebagian besar mimpi anak Indonesia berawal dari sepakbola. Jangan pernah hancurkan impian dan harapan anak-anak Indonesia untuk bangga terhadap prestasi sepakbola tanah air. Seharusnya pihak yang berseteru merasa malu atas kejadian ini," tandasnya.(gk-18)
liga indonesia isl, live score, wikipedia, pes 2013, divisi 1, 2014, super, Kompetisi Dihentikan, Penggawa PSIS Semarang Bidik Main Tarkam
Ketidakharmonisan Kemenpora dengan PSSI berimbas di semua sektor bidang sepakbola. Lantas bagaimana sikap pemain agar dapur mereka tetap "ngebul" di tengah berhentinya kompetisi?
Kapten PSIS Semarang, Fauzan Fajri, melirik kompetisi antarkampung (tarkam) untuk membantu perekonomian keluarga. "Saat ini, kami hanya terpikir bermain di tarkam. Bagaimana cara mencari nafkah di sepakbola untuk menghidupi keluarga, anak dan istri," ucap Fauzan.
Mewakili kawan-kawannya di PSIS, dia berpendapat sangat disesalkan penghentian kompetisi di tengah euforia persiapan kick-off Divisi Utama 2015. Dampak peniadaan kompetisi tidak hanya dirasakan tim-tim profesional, namun meluas pada pembinaan.
"Semoga sepakbola Indonesia cepat pulih," harapnya.
Sementara itu, kapten Persis Solo, Anggo Julian, sangat kecewa dengan keputusan tersebut. Apa yang diharapkan dan dinantikan oleh pemain agar berkompetisi, sekarang hanya sebuah angan.
"Tidak ada yang bisa dibanggakan buat diri, keluarga yang selalu mendoakan dalam karier sepakbola, dan khususnya pecinta Persis. Kami sebagai pemain, ingin memberikan kebanggaan kepada suporter di Solo yang selama ini mendukung. Tapi, tinggal selangkah lagi, impian itu sirna," tutur Anggo, kepada Goal Indonesia.
Pemain berusia 27 tahun tersebut menambahkan, keputusan sudah diambil, semoga menjadi pembelajaran semua pihak, baik PSSI maupun Pemerintah agar sepakbola lebih berprestasi ke depannya.
"Sebagian besar mimpi anak Indonesia berawal dari sepakbola. Jangan pernah hancurkan impian dan harapan anak-anak Indonesia untuk bangga terhadap prestasi sepakbola tanah air. Seharusnya pihak yang berseteru merasa malu atas kejadian ini," tandasnya.(gk-18)
liga indonesia isl, live score, wikipedia, pes 2013, divisi 1, 2014, super, Kompetisi Dihentikan, Penggawa PSIS Semarang Bidik Main Tarkam