Banyak masyarakat Indonesia yang mengungkapkan kekecewaan mereka atas apa yang mereka katakan adalah debat pilpres pertama yang tidak bersemangat dan ‘kurang panas’, menjelang Pilpres 2019 pada bulan April mendatang. Banyak yang merasa bahwa debat kali ini lebih seperti pidato dibandingkan debat presiden. Para kandidat tampak telah menghafal jawaban dan tidak ada sanggahan atau serangan keras terhadap satu sama lain. Banyak yang kemudian menyalahkan kisi-kisi yang telah diberikan sebelumnya menjelang debat.
Oleh: Erwin Renaldi (ABC News)
Warganet Indonesia menulis tweet dengan penuh antisipasi pada Kamis (17/1) malam, menjelang debat Pilpres pertama, mengirimkan tagar #DebatPilpres2019 naik ke peringkat atas daftar tren dunia Twitter.
Tetapi ketika debat antara Presiden Joko Widodo dan pemimpin oposisi Prabowo Subianto dimulai, suasana tampaknya berubah, seiring banyak yang mengkritik kedua pemimpin itu seakan menirukan pidato daripada menyuarakan sanggahan yang keras.
Seorang pengguna media sosial bahkan membandingkannya dengan debat sekolah menengah.
“Ini adalah debat, bukan kompetisi menghafal. Mereka merespons sekali terhadap lawan mereka dan selesai. Siswa sekolah menengah bahkan lebih baik dari ini dan mereka melakukannya dalam bahasa Inggris,” tulisnya di Twitter.
Ketika para pemimpin ini ditanyai tentang rencana mereka untuk mencegah terorisme dan radikalisasi, Prabowo menanggapi dengan menyalahkan isu-isu terkait “infiltrasi dari luar negeri” dan ketidakadilan lokal.
“Saya akan mendukung program deradikalisasi, saya akan berinvestasi besar-besaran untuk pesantren, guru, dan masyarakat kita dengan meningkatkan kualitas hidup mereka—mereka tidak akan merasa putus asa dan membenci negara,” katanya.
Setelah jawaban yang sama dari pihak lawan, komentator program mengatakan bahwa diskusi antara dua kandidat “tidak dinamis”, karena tidak ada pihak yang menyiapkan pertanyaan lanjutan untuk menyerang lawan mereka.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Erwin Renaldi (ABC News)
Warganet Indonesia menulis tweet dengan penuh antisipasi pada Kamis (17/1) malam, menjelang debat Pilpres pertama, mengirimkan tagar #DebatPilpres2019 naik ke peringkat atas daftar tren dunia Twitter.
Tetapi ketika debat antara Presiden Joko Widodo dan pemimpin oposisi Prabowo Subianto dimulai, suasana tampaknya berubah, seiring banyak yang mengkritik kedua pemimpin itu seakan menirukan pidato daripada menyuarakan sanggahan yang keras.
Seorang pengguna media sosial bahkan membandingkannya dengan debat sekolah menengah.
“Ini adalah debat, bukan kompetisi menghafal. Mereka merespons sekali terhadap lawan mereka dan selesai. Siswa sekolah menengah bahkan lebih baik dari ini dan mereka melakukannya dalam bahasa Inggris,” tulisnya di Twitter.
Ketika para pemimpin ini ditanyai tentang rencana mereka untuk mencegah terorisme dan radikalisasi, Prabowo menanggapi dengan menyalahkan isu-isu terkait “infiltrasi dari luar negeri” dan ketidakadilan lokal.
“Saya akan mendukung program deradikalisasi, saya akan berinvestasi besar-besaran untuk pesantren, guru, dan masyarakat kita dengan meningkatkan kualitas hidup mereka—mereka tidak akan merasa putus asa dan membenci negara,” katanya.
Setelah jawaban yang sama dari pihak lawan, komentator program mengatakan bahwa diskusi antara dua kandidat “tidak dinamis”, karena tidak ada pihak yang menyiapkan pertanyaan lanjutan untuk menyerang lawan mereka.
Baca Artikel Selengkapnya di sini