Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya. Lambatnya Pertumbuhan Cloud Computing Di Indonesia
Cloud computing kian hari menjadi tren di jagat TI. Pada tahun 2014 yg lalu, fenomena cloud computing adalah salah satu tren yg sering diperbincangkan & banyak sekali seminar yg membahas tentang cloud. Kian hari semakin banyak perusahaan di negara tertentu yg mengadopsi cloud tersebut. Vish Padmanabhan Advisor SEAC Leader Pricewaterhouse Coopers Indonesia untuk bi&g TICE (Technology, Information, Communication, Entertainment and Media) menyatakan bahwa tiga wilayah terbesar yg sudah mengadopsi cloud adalah AS, Eropa & Australia. Untuk sektor Asia sendiri, Jepang & Korea Selatan adalah segelintir negara yg sudah mengadopsi cloud dengan baik. Jepang & Korsel mantap mengadopsi cloud karena persepsi mereka terhadap ancaman sangat tinggi, tegas Vish.
Adapun India dalam pan&gan Vish adalah salah satu di negara Asia yg se&g meningkat dalam hal penggunaan cloud. Salah satu fakta unik yg dipaparkan oleh Vish adalah benua Afrika sekarang ini perlahan tapi pasti mulai mengadopsi cloud, khususnya di sektor perbankan. Negara-negara Afrika mulai mengadopsi cloud karena mereka tidak memiliki sumber daya yg mumpuni untuk membangun infrastruktur TI sendiri, terang Vish. Wilayah yg lambat dalam mengimplementasikan cloud adalah Timur Tengah. Mereka sudah memiliki banyak sumber daya untuk membangun infrastruktur TI sendiri karena migas masih memberikan keuntungan yg banyak bagi perusahaan di sana, lanjutnya.
Persoalan lambatnya adopsi cloud pun dialami di Indonesia. Padahal Vish mengutarakan bahwa teknologi tersebut dapat mengurangi biaya modal & mengurangi biaya operasional mereka secara signifikan untuk teknologi. Indonesia memiliki banyak industri kecil & menengah. Untuk industri tersebut, cloud sangat berguna bagi perusahaan tersebut karena bisa meminimalisir biaya, jelas Vish. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kebutuhan akan teknologi sangat dibutuhkan oleh semua sektor industri. Ketika perusahaan kecil & menengah mengadopsi cloud, mereka tidak perlu lagi khawatir untuk membangun infrastruktur TI. Fokus perusahaan bisa lebih terarah pada bagaimana cara mengelola bisnis secara benar, tandasnya.
Lambatnya implementasi cloud di Indonesia menurut Vish tidak terlepaskan dari beberapa aspek. Salah satunya adalah aspek keamanan & kerahasiaan data. Vish menuturkan bahwa masalah keamanan masih menjadi salah satu kekhawatiran bagi organisasi di Indonesia untuk bermigrasi ke cloud. Sebenernya hal ini tidak terlepas dari persepsi daripada kenyataan, terang Vish. Ia mencontohkan bahwa keengganan organisasi untuk bermigrasi ke cloud tidak terlepas dari masih kuatnya persepsi mereka terhadap keamanan data yg disimpan di cloud computing. Ketakutan akan ancaman keamanan menjadi hambatan terkuat dalam mengadopsi layanan cloud, imbuh Vish.
Aspek penghambat lainnya yg dipaparkan oleh Vish adalah kendala infrastruktur jaringan akses. Berdasarkan pemaparannya, kendala ini akan berdampak pada reliabilitas akses jaringan yg belum sepenuhnya merata & konsisten. Padahal layanan cloud membutuhkan jaringan akses yg mumpuni, tandas Vish. Adapun aspek penghambat lainnya adalah ketergantungan pada penyedia eksternal. Kendala pada aspek ini mengakibatkan migrasi ke layanan cloud dapat menambah kompleksitas untuk memastikan SLA yg telah disepakati tetap terjaga. Vish sendiri mengusulkan edukasi tentang pentingnya cloud ini harus digalakkan.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenLambatnya Pertumbuhan Cloud Computing Di Indonesia diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Cloud computing kian hari menjadi tren di jagat TI. Pada tahun 2014 yg lalu, fenomena cloud computing adalah salah satu tren yg sering diperbincangkan & banyak sekali seminar yg membahas tentang cloud. Kian hari semakin banyak perusahaan di negara tertentu yg mengadopsi cloud tersebut. Vish Padmanabhan Advisor SEAC Leader Pricewaterhouse Coopers Indonesia untuk bi&g TICE (Technology, Information, Communication, Entertainment and Media) menyatakan bahwa tiga wilayah terbesar yg sudah mengadopsi cloud adalah AS, Eropa & Australia. Untuk sektor Asia sendiri, Jepang & Korea Selatan adalah segelintir negara yg sudah mengadopsi cloud dengan baik. Jepang & Korsel mantap mengadopsi cloud karena persepsi mereka terhadap ancaman sangat tinggi, tegas Vish.
Adapun India dalam pan&gan Vish adalah salah satu di negara Asia yg se&g meningkat dalam hal penggunaan cloud. Salah satu fakta unik yg dipaparkan oleh Vish adalah benua Afrika sekarang ini perlahan tapi pasti mulai mengadopsi cloud, khususnya di sektor perbankan. Negara-negara Afrika mulai mengadopsi cloud karena mereka tidak memiliki sumber daya yg mumpuni untuk membangun infrastruktur TI sendiri, terang Vish. Wilayah yg lambat dalam mengimplementasikan cloud adalah Timur Tengah. Mereka sudah memiliki banyak sumber daya untuk membangun infrastruktur TI sendiri karena migas masih memberikan keuntungan yg banyak bagi perusahaan di sana, lanjutnya.
Persoalan lambatnya adopsi cloud pun dialami di Indonesia. Padahal Vish mengutarakan bahwa teknologi tersebut dapat mengurangi biaya modal & mengurangi biaya operasional mereka secara signifikan untuk teknologi. Indonesia memiliki banyak industri kecil & menengah. Untuk industri tersebut, cloud sangat berguna bagi perusahaan tersebut karena bisa meminimalisir biaya, jelas Vish. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kebutuhan akan teknologi sangat dibutuhkan oleh semua sektor industri. Ketika perusahaan kecil & menengah mengadopsi cloud, mereka tidak perlu lagi khawatir untuk membangun infrastruktur TI. Fokus perusahaan bisa lebih terarah pada bagaimana cara mengelola bisnis secara benar, tandasnya.
Lambatnya implementasi cloud di Indonesia menurut Vish tidak terlepaskan dari beberapa aspek. Salah satunya adalah aspek keamanan & kerahasiaan data. Vish menuturkan bahwa masalah keamanan masih menjadi salah satu kekhawatiran bagi organisasi di Indonesia untuk bermigrasi ke cloud. Sebenernya hal ini tidak terlepas dari persepsi daripada kenyataan, terang Vish. Ia mencontohkan bahwa keengganan organisasi untuk bermigrasi ke cloud tidak terlepas dari masih kuatnya persepsi mereka terhadap keamanan data yg disimpan di cloud computing. Ketakutan akan ancaman keamanan menjadi hambatan terkuat dalam mengadopsi layanan cloud, imbuh Vish.
Aspek penghambat lainnya yg dipaparkan oleh Vish adalah kendala infrastruktur jaringan akses. Berdasarkan pemaparannya, kendala ini akan berdampak pada reliabilitas akses jaringan yg belum sepenuhnya merata & konsisten. Padahal layanan cloud membutuhkan jaringan akses yg mumpuni, tandas Vish. Adapun aspek penghambat lainnya adalah ketergantungan pada penyedia eksternal. Kendala pada aspek ini mengakibatkan migrasi ke layanan cloud dapat menambah kompleksitas untuk memastikan SLA yg telah disepakati tetap terjaga. Vish sendiri mengusulkan edukasi tentang pentingnya cloud ini harus digalakkan.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenLambatnya Pertumbuhan Cloud Computing Di Indonesia diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber