• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Jerman Mampukah Luis Enrique Lampaui Debut Sensasional Pep Guardiola Di Barcelona?

Bola

SBOBET
Journalist
Lepas sudah dahaga Barcelona selama 19 bulan lamanya tanpa raihan trofi. Senin (18/5) dini hari WIB, mereka sukses memastikan gelar La Liga Spanyol musim 2014/15, setelah memecundangi Atletico Madrid 1-0. Meski La Liga masih menyisakan satu partai lagi, keunggulan empat poin Barca di puncak klasemen, tak mungkin lagi dikejar oleh pesaing terdekat sekaligus rival abadinya, Real Madrid.

Torehan itu sekaligus menegaskan bahwa kisah kejayaan Barca dalam dekade terakhir masih belum berakhir. Sebelumnya era emas Blaugrana dicap usai selepas kepergian pelatih muda nan legendaris, Josep "Pep" Guardiola, di akhir musim 2011/12 lalu.

Harus diakui memang, prestasi Barca lambat laun makin turun meski tak signifikan. Pengganti pertama, Tito Vilanova, 'hanya' mampu mempersembahkan trofi La Liga 2012/13, sebelum akhirnya tutup usia. Selepasnya, nakhoda musim lalu, Gerardo "Tata" Martino, cuma sanggup menyumbang sebiji trofi minor, yakni Piala Super Spanyol 2014. Pria Argentina ini bahkan memutus rekor klub, yang selalu menembus babak semi-final Liga Champions dalam enam musim terakhir.

Karenanya, kebangkitan Barca musim ini tak bisa dilepaskan dari peran krusial penerus ketiga Pep, Luis Enrique. Tak hanya membawa Lionel Messi cs merengkuh gelar La Liga, mantan pelatih AS Roma itu juga berpotensi mengantarkan timnya meraih predikat treble winners, dengan sudah meloloskan Barca ke final Copa del Rey dan Liga Champions.

Ya, predikat yang hanya pernah dilakukan Pep pada musim debut kepelatihannya besama Barca, di musim 2008/09. Dengan gaya permainan yang sedikit berbeda, mampukah Enrique menyamai torehan emas sang pendahulunya di Barca?


Enrique bungkam kritik di awal musim

"Enrique adalah pelatih yang tidak komunikatif. Pelatih yang tak mengerti para pemain. Dia pernah jadi pemain dan harusnya tahu bagaimana keadaan ruang ganti, saya ragu akan kiprahnya di Barcelona. Jadi, mari lihat di akhir musim apakah gaya melatihnya sukses atau tidak," kritik Bojan Krkic, mantan anak buah Enrique di Barcelona B dan AS Roma.

Tak berbeda dengan Guardiola, periode awal Enrique sebagai pelatih kepala Barca lekat dengan hujan kritik. Selain komentar sinis Krkic, sosok pria berusia 45 tahun itu diprediksi tak akan bisa memimpin kumpulan bintang Barca, untuk jadi sebuah tim yang kolektif. Ia bahkan dikecam media terkemuka Spanyol, El Mundo Deportivo, lantaran menerapkan sepakbola pragmatis yang amat kontradiktif dengan filosoifi tiki-taka Barca. Tak cukup sampai di situ, legenda klub, Hristo Stoichkov, juga melempar sindiran pedas pada kebijakan Enrique yang merotasi skuatnya dengan kuantitas tinggi.

Namun apa yang terpapar kemudian terjadi sebaliknya. Enrique sudah berubah dari sosoknya dahulu. Ia menjawab komentar sinis Krikic serta publik, dengan tak lagi angkuh dan makin kerap berdiskusi bersama para pemainnya. Hal itu dibuktikan pada kesepakatannya dengan Suarez, untuk mengubah posisi sang striker menjadi penyerang tengah, alih-alih sebagai winger. Perubahan itu menghasilkan trio MSN (Messi-Suarez-Neymar), yang jadi lini depan tertajam Eropa musim ini lewat 115 gol. Jumlah itu mendominasi 73 persen dari total gol Barca musim ini.

Kecaman El Mundo Deportivo dibungkamnya dengan catatan statistik pertahanan memukau yang jarang ditorehkan Barca. Hingga kini jala Claudio Bravo dan Marc Andre Ter Stegen baru kebobolan 34 kali di semua ajang, dari rata-rata klub sebanyak 51,2 kali per musimnya. Angka itu sekaligus jadi yang terbaik di Eropa saat ini, diikuti lawan mereka di final Liga Champions, Juventus, yang kebobolan 39 gol.

Sindiran Stoichkov? Enrique membuktikannya dengan mengantar Los Cules juara La Liga, ke final Copa del Rey, dan ke final Liga Champions. Adalah mustahil mencapai langkah sejauh itu, dengan melalui lebih dari 50 partai tanpa adanya rotasi pemain dengan kuantitas tinggi. Tengok apa yang terjadi pada Bayern Munich.

"Tidak mungkin seorang pelatih tim besar bisa lepas dari kritik sepanjang musim. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sering terjadi. Begitulah semuanya bekerja," ujar Enrique santai, selepas mengantarkan El Barca juara La Liga.


Kritik sudah dibungkam, kini tantangan besar menanti Enrique untuk menyandingkan nama dengan Pep, dalam buku sejarah Barcelona. Predikat treble winners musim ini adalah syaratnya. Bahkan tak hanya menyamai, tapi melampaui jika kita menyertakan sepercik statistik memukau milik El Toro musim ini.

Dengan jumlah laga yang nyaris sama -- karena musim Enrique belum berakhir -- secara statistik musim Enrique bersama Barca ternyata lebih baik dari era treble Pep. Meski tak signifikan, jumlah kemenangan, hasil seri, dan kekalahan milik Enrique lebih baik dari mantan rekan setimnya di Camp Nou tersebut.

Sorotan utama lantas terletak pada torehan gol dan kebobolan timnya. Enrique unggul jauh dengan 167 gol dan hanya kebobolan 34 gol, sementara Pep lewat torehan 158 gol dengan kebobolan 55 gol. Angka tersebut jadi representasi perbedaan gaya permainan yang diterapkan kedua pelatih, meski sama-sama mengedepankan formasi menyerang 4-3-3.

Pep sudah dikenal sebagai Tuhan filosofi sepakbola indah, yang disebut tiki-taka. Sepakbola menyerang dengan garis pertahanan tinggi, yang mengandalkan mobilitas para pemainnya dalam melakukan passing. Kelemahan dari skema ini adalah saat menghadapi serangan balik lawan.

Barca begitu mudah kebobolan melalui cara tersebut. Hal itu terjadi lantaran resiko garis pertahanan tinggi, yang membuat mayoritas penggawanya berada di depan garis tengah lapangan. Ironisnya, pelatih 44 tahun itu masih betah menggunakan skema lawas tersebut di Bayern, yang tak lagi berefek jitu di ajang sekelas Liga Champions.

Sementara sepakbola Enrique cenderung lebih pragmatis dan tak ragu mengorbankan martabat Barca, dengan bertahan dan kemudian menang lewat serangan balik. Keseimbangan lebih terjaga di sini, karena Enrique tak lagi menerapkan high defensif line.

Namun bukan berarti Los Cules juga bermain dengan long ball pass ala tim parkir bus. Enrique tetap menginsturksikan Sergio Busquets cs memainkan direct pass, yang memang sudah ngelotok dikuasai. Untuk kasus tersebut, Enrique patut berterima kasih pada Pep atas warisan filosofi tiki-taka.

Menilik komposisi pemain yang dimiliki kedua pelatih, tak ada perbedaan besar. Deretan bintang tetap menghiasi skuat Barcelona 2009 dan 2015. Jika dahulu Barca mengandalkan trio MHE (Messi-Henry-Eto'o), maka seperti dipaparkan sebelumnya, Barca era kini punya MSN (Messi-Suarez-Neymar).

Jika sudah begitu, maka jangan terkejut jika akhirnya Enrique menyamai atau bahkan bisa disebut melampaui prestasi Pep Guardiola, pada musim debutnya di Barca. "Ini adalah saat yang sangat bagus, kami harus memenangkan semuanya!" seru Enrique optimsitis. Mampukah?

liga jerman, u19, hari ini, logo, seri b, malam ini, klasemen, Mampukah Luis Enrique Lampaui Debut Sensasional Pep Guardiola Di Barcelona?
 
Top