• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Memulihkan Citra Buruk Model Bisnis Freemium

Ophelia

Game Maniacs
Journalist
Apa kesan pertama kalian begitu pertama kali denger istilah Free-To-Play (F2P)?



F2P merupakan model bisnis freemium yg populer untuk pasar game online. Kalo diartiin secara harfiah, "Free" berarti gratis, sedangkan "mium" (latin) artinya ga juga. Jadi apa game freemium itu gratis? Ya, ga juga.



Video game dengan model bisnis F2P mengijinkan gamer untuk mengakses sejumlah "konten tertentu" secara gratis. Seberapa banyak "konten tertentu" yg bisa diakses ini tergantung kebijakan developer. Yang pasti, kalo pengen bisa mengakses keseluruhan fitur, transaksi mikro jawabannya. Gamer harus rela merogoh kocek ekstra untuk bisa mengakses fitur lebih lengkap.

Sebenernya ga ada yg salah dengan istilah F2P. Model bisnis ini sah-sah aja. Yang disayangkan justru developer & publisher yg "berlindung" dibalik istilah F2P, tanpa memperhatikan konten game & kebahagiaan konsumen. Ga dikit desain game yg terlalu fokus meraup profit sebanyak mungkin, tapi nyatanya konten yg ditawarin masih mentah. Parahnya, mekanisme gameplay-nya justru bikin gamer ga hepi. Ga heran citra jargon F2P ikut memburuk akibat aplikasinya yg kurang tepat.

Lantas, gimana cara memulihkan citra F2P yg terlanjur buruk?

MENGUBAH KONSEP F2P YANG LEBIH IMBANG


Imbang yg gue maksud disini adalah konsep yg ga terlalu berat sebelah di satu sisi. Model bisnis yg bagus harusnya mampu berjalan seimbang. Keuntungan tetep maksimal selagi "kerusakan" bisa diperkecil. Developer tetep bisa untung tanpa harus mengorbankan mekanisme gameplay yg berimbas pada kepuasaan konsumen.

Salah satu contoh seperti pengelolaan konten berbayar dalam game. Jika memang jargon "Free-to-Play" yg dipake, maka baik mekanisme gameplay maupun konten game harus seperti yg digambarkan. Jika muncul kondisi dimana pemain gratisan mustahil untuk mengalahkan pemain premium, maka jargon F2P kurang tepat. Bukan seperti itu mekanisme gameplay game F2P yg memperhatikan kepuasan gamer. Sah-sah aja konten yg bisa diakses oleh gamer gratisan sifatnya terbatas, jika dibanding gamer premium. Tapi bukan berarti semua gamer harus membayar dengan uang asli untuk bisa menangin game.



Kalo kata Peter Molyneux sih,"Morotin konsumen (tanpa alasan jelas) itu ga baik. Harus ada alasan yg masuk akal."

MENGGANTI JARGON YANG LEBIH TEPAT


Selain developer bisa bikin mekanisme gameplay yg lebih pro-gamer, pihak marketing pun juga harus jujur pada konsumen. Gamer berhak tahu model bisnis apa yg mereka pake untuk game freemium yg dirilis.

Kalo melihat kasus dimana gamer gratisan harus keluar duit buat bisa ngalahin gamer premium, tentu istilah F2P masih terlalu luas. Harusnya jargon "Pay-to-Win" juga diinformasikan ke gamer secara spesifik, sebelum gamenya dipasarkan.

Ga heran, Satoru Iwata ati-ati banget ketika mutusin Nintendo bekerjasama dengan DeNA beberapa waktu lalu. DeNA yg merajai pasar mobile gaming, udah familiar dengan konsep F2P. Tapi menurut Satoru Iwata, masih tercium ketidak-murnian dari istilah F2P yg ga sepenuhnya gratis. Sistem transaksi mikro yg membebani gamer gratisan secara ga langsung, jadi alasan kenapa Satoru Iwata enggan pake istilah F2P. Ia merasa lebih pas dengan jargon "Free-to-Start", karena memang pemain ga dipungut biaya untuk mulai main, meskipun ada transaksi mikro di dalamnya. Seengganya, gamer ga merasa dibohongi kan?



Pihak pengembang ga perlu takut akan kehilangan pasar akibat "terlalu jujur" dengan penggunaan jargon. Loyalitas gamer ga cuma terikat pada faktor model bisnis aja. Toh kalo pun kualitas konten gamenya memang bagus, akan selalu ada gamer yg rela merogoh kocek ekstra untuk fitur berbayar. Terlepas dari kualitas konten, mau Free-to-Play, Free-to-Start, Pay-to-Play, Pay-to-Win, & apapun istilahnya, gamer akan lebih menghargai developer & publisher yg jujur.

Game freemium yg bagus adalah game dimana pemain tetep bisa have fun tanpa keluar duit. Bahkan ga menutup kemungkinan akan muncul gamer evangelist yg turut ngebantu memasarkan game ke orang lain. Tapi bukan berarti developer maupun publisher harus menutup-nutupi bahwa ada sistem berbayar di dalam gamenya. Justru fitur itu yg harusnya bisa jadi pesan ke gamer. Bahwa fitur berbayar itu ada, untuk bikin gamer makin hepi. Bukan sebaliknya. Kalo developer & publisher ga mau terus terang akan fitur itu, berarti ada yg salah sama cara mereka mengeksploitasi konsep freemium.



Memulihkan citra model bisnis game freemium memang bukan perkara mudah. Butuh waktu, kejujuran, & usaha keras dari para pelaku industri game. Masih bingung sama buruknya konsep freemium yg beredar sekarang ini? Coba tonton dulu cuplikan episode South Park di atas.

image: South Park eps. Freemium Game

Sumber

cheat game online terbaru, cheat game online Memulihkan Citra Buruk Model Bisnis Freemium, apk, android, cheat card online, cara cheat, kumpulan cheat
 
Top