Perusahaan Microsoft bergegas untuk memperbaiki kerentanan yang terjadi pada browser Internet Explorer. Sebuah firma yang bergerak pada bidang konsultan keamanan mengatakan bahwa Internet Explorer memiliki kerentanan yang dapat menjadi celah bagi hacker untuk menyerang sistem komputer. Firma tersebut menyatakan bahwa beberapa serangan pun sudah terjadi melalui celah yang dihasilkan oleh kerentanan Internet Explorer tersebut. Para pengguna komputer yang menggunakan operation system Windows XP tidak akan menerima update untuk memperbaiki bug yang ada dalam Internet Explorer. Data menunjukkan bahwa sekitar 25 hingga 30 persen pengguna komputer masih menggunakan Windows XP.
Microsoft berencana untuk memperbaiki kerentanan Internet Explorer pada versi 6 hingga 11 pada hari Sabtu ini. Pada data NetMarketSearch, Internet Explorer versi 6 dan 11 masih digunakan untuk media akunting. Sekitar 55 persen pengguna akunting masih menggunakan Internet Explorer untuk membantu aktifitasnya. Perusahaan pembuat software keamanan siber bernama FireEye Inc, menyatakan bahwa sebuah grup hacker yang canggih dan handal telah meretas sejumlah sistem melalui celah kerentanan tersebut. Sayangnya, FireEye Inc masih enggan menyebutkan modus dan nama pelaku yang menggunakan celah kerentanan tersebut. Alasan yang mereka berikan adalah penyelidikan pihak berwajib masih dilakukan.
Microsoft mengatakan bahwa hacker yang memanfaatkan celah kerentanan tersebut dapat mengontrol semua sistem komputer. Beberapa kontrol yang dapat dilakukan hacker adalah menginjeksi sistem dengan malware, mengganti password dan user name, menghapus data-data penting dan memanfaatkan sistem komputer untuk kepentingan pribadi mereka. Pihak Microsoft maupun FireEye Inc tidak menjelaskan secara jelas seperti apa bentuk kerentanan itu. Aviv Raff, CTO dari Seculert menyatakan bahwa kerentanan yang dimiliki oleh Microsoft tersebut harus segera diperbaiki. Ia mengatakan bahwa angka serangan hacker akan segera meningkat bila pihak Microsoft lamban dalam penanganannya. Ini dapat menjadi efek bola salju, lanjut Raff menyimpulkan.