• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Inggris Mimpi Buruk Angel Di Maria Di Manchester United Sudah Berakhir

Bola

SBOBET
Journalist
Angel Di Maria akhrinya merampungkan kepindahannya ke Paris Saint-Germain. Melihat wajahnya yang berseri-seri di Doha, Qatar, kampungnya sang owner PSG, seperti melukiskan ada kebahagiaan tersendiri selepas menutup kisah, yang mungkin baginya adalah mimpi buruk, di Manchester United.

Ekspresi di Maria hari ini kontras dengan dia ketika kali terakhir mengenakan seragam United, di mana dia hanya bermain 14 menit menghadapi Hull City di hari penutup musim 2014/15 Liga Primer Inggris. Sore itu, dia merasa semakin tidak diakui dan dicampakkan manajer Louis van Gaal.

Jelas berbeda kala momen gemilang di Burnley pada Agustus lalu membuat dia diterima dengan sambutan bak pahlawan. Sepekan kemudian, dia membintang dan mencetak gol dalam kemenangan telak 4-0 atas QPR. Akan tetapi, setiap gerak-gerik dia selepas itu, dianggap bertanggung jawab atas mahar €73,5 juta yang telah ditebuskan United kepada Real Madrid.

Pada akhirnya, dengan pertimbangan dan perencanaan yang kuat, United tampaknya tidak peduli lagi mengalami kerugian £15 juta dari keputusannya berinvestasi pada pemain internasional Argentina itu. Melepasnya ke PSG dirasa kubu The Red Devils sebagai solusi yang terbaik.

Namun kemudian keputusan itu tak serta merta tidak meninggalkan pertanyaan besar di benak publik, apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat pemain sekelas Di Maria memble berada di tim sekakap United dengan diarsiteki manajer flamboyan seperti van Gaal?

Jika mau merunut satu per satu ada banyak alasan. Namun faktor yang paling fundamental yang membuat Di Maria gagal di Old Trafford adalah filosofi van Gaal, yang rupanya kontradiktif dengan atribut bermain mantan personel Benfica tersebut.

Entah menghibur diri atau sebuah pernyataan pujian dari van Gaal ketika pertama kali meresmikan transfer sang pemain pada Agustus 2014 dengan menyatakan, "Kami tidak memiliki sejumlah winger dengan level yang paling tinggi, seperti [Cristiano] Ronaldo atau Di Maria atau seorang pemain seperti itu."

Faktanya, van Gaal tidak tahu persis di mana posisi yang cocok untuk memaksimalkan pemain termahalnya ini.

Bisa dilihat ketika Di Maria menjadi bagian dari barisan tiga gelandang pilihan sang juru taktik, atau kala diplot di kedua sisi sayap, bahkan konyolnya pernah diposisikan sebagai striker. Ini semua justru menggerus pengaruh Di Maria di dalam tim seiring dengan musim yang berjalan. Pada November silam, dia menjadi kunci kemenangan 2-1 atas Arsenal ketika bermain terlampau jauh di depan. Namun apa? Sang pemain mengaku tidak pernah sama sekali menikmati peran yang mengharuskannya bercokol dengan tempelan bek-bek lawan.

Sejatinya, di posisi apa pun Di Maria dimainkan, gaya dia yang penetratif jelas menjadi sesuatu yang bersebrangan dengan passing game yang senantiasa diinstruksikan van Gaal, dan hal ini makin membuat sang winger tidak karuan musim lalu.

Selain itu, Di Maria sudah terbiasa bermain dengan pemain yang sanggup mengendalikan bola dengan tingkat efektivitas tinggi di Real Madrid dan Argentina.

Pemain-pemain model seperti ini bisa ditemui di diri Ronaldo dan Gareth Bale di El Real, atau Lionel Messi di Argentina. Mereka semua tipikal pemain magnet, yang mampu menarik sejumlah bek seteru untuk mendekat pada mereka.

Nah, di sinilah peran sejati Di Maria, yang membuatnya memiliki ruang untuk bebas merangsek, di mana ini akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Skema ini tidak dimiliki United.

Baik Real dan Argentina memainkan pola serangan balik, jauh lebih cocok untuk kapabilitasnya, sementara pendekatan United condong ke permainan dengan penguasaan bola.

Skill Di Maria juga bertabarakan dengan kecepatan yang dimiliki Robin van Persie, Radamel Falcao dan Wayne Rooney, yang tidak memiliki speed sebagaimana rekan-rekannya di Los Galaticos atau timnas Argentina.

Beberapa faktor di atas jelas menjadi hambatan yang pelik bagi Di Maria sampai-sampai membuatnya seperti terkekang di Old Trafford. Wajar jika lama kelamaan sang pemain pun gerah. Dan boleh jadi, van Gaal menyadari hal tersebut sehingga pertimbangan rugi 'cuma' £15 juta juta dianggap lebih bijaksana ketimbang harus mengambil risiko lebih lanjut.

"Yang harus anda ingat adalah Manchester United ingin menjual saya. Ini merupakan keputusan tiga pihak. United ingin menjual, saya ingin pergi dan PSG menginginkan saya," jelas Di Maria.

Tentu saja kemalangan nasib Di Maria di United di sisi lain membuat manajemen Les Parisiens kegirangan. Artinya, kesempatan menggaet Di Maria terbuka lebar. Bukan rahasia lagi jika pemain berusia 27 tahun itu sudah sedari dua musim ke belakang ditargetkan klub ibu kota Prancis.

Musim panas lalu menjadi arena pertarungan United dan PSG mendapatkan tanda tangan Di Maria dari Santiago Bernabeu. Sayang, pada akhirnya PSG terbentur harga mahal yang bersangkutan, namun lebih dari itu klub asuhan Laurent Blanc ini terbatasi aktivitas belanjanya karena regulasi Financial Fair Play.

Tapi menariknya, Di Maria sendiri tak menduga bakal bergabung dengan United akhirnya. Sebab dia sendiri lebih memendam hasrat berseragam PSG. Sesaat setelah meresmikan diri sebagai personel United, Di Maria membuat pengakuan yang mengejutkan.

"Transfer ke PSG terhenti hanya karena masalah uang, tapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti saya akan bermain untuk PSG" terangnya.

"Bisakah saya bergabung bersama PSG suatu saat nanti ? Ya, mungkin. Saya masih muda dan dalam sepakbola banyak hal bisa terjadi dan saya tidak pernah tahu bagaimana akan berakhir."

Makanya, ketika hubungan Di Maria dan United kian merenggang, situasi itu tambah dimanfaatkan PSG untuk kembali melancarkan bujuk rayu pendekatannya terhadap incaran lamanya itu.

Proses tranfer tidak rumit. Koneksi Argentina di diri Ezequiel Lavezzi dan Javier Pastore yang beberapa kali menggoda Di Maria ke Parc des Princes, ditambah ajakan dari pemain-pemain berdarah latin seperti Thiago Silva, turut berandil untuk membuat Di Maria berkenan mengabdikan kariernya di Prancis selama empat tahun ke depan.

Lebih dari itu, boleh jadi, pertimbangan yang sifatnya prinsipil masuk dalam perhitungan Di Maria, yakni strategi permainan Blanc. Larry White kerap kali mengedepankan taktik counter attack bilamana diperlukan. Ditambah kehadiran sosok-sosok lincah di diri Lucas Moura, Pastore, dan Lavezzi, berikut tipe penarik perhatian bek-bek musuh seperti Zlatan Ibrahimovic dan Edinson Cavani, Di Maria berpeluang besar meletupkan kemampuan terbaiknya.

Transfer Di Maria ke PSG yang ditaksir mencapai €62,5 juta membuatnya kini menjadi pemain termahal dunia secara akumulasi sepanjang kariernya, melampaui rekor yang sebelumnya dipertahankan Zlatan Ibrahimovic. €7 juta adalah biaya pertama kali dikeluarkan Benfica untuk mendapatkannya dari Rosario sebelum Real Madrid mengakuisisinya dengan mahar €31 juta. Lalu United berani menggelontor €73,5 di musim panas lalu.

Sederet episode transfernya ini membuktikan kualitas Di Maria selalu diakui berada di atas rata-rata. Dapat dikatakan, kegagalan Di Maria di United akibat kekeliruan van Gaal dalam menerjemahkan potensi terbaik sang pemain.

Sistem 4-3-3 Blanc tentu amat cocok dengan style Di Maria, yang apabila diplot di sisi kiri penyerangan, di sisi sebrangnya akan ditempati Cavani dengan di antara keduanya berdiri Ibrahimovic. Lucas atau Lavezzi mungkin harus bersabar di bench.

Bisa pula Blanc mengedepankan opsi 4-2-3-1 ketika Thiago Motta mengisi starting XI, dengan perkiraan trisula gelandang serang diperankan oleh Di Maria [kiri], Pastore [tengah] dan Lucas [kanan].

Tapi tak kalah menariknya ketika Ibrahimovic diapit duo Argentina, Di Maria-Pastore, di mana keduanya telah menunjukkan kematangan dalam berkolaborasi ketika membawa Argentina menjadi finalist Copa America tahun ini.

Dengan masuknya Di Maria, persaingan merebut posisi inti di skuat Blanc dipastikan semakin sengit. Namun juga, ceritanya akan berbeda bila mempertimbangkan kans hengkangnya Ibra, yang kontraknya tinggal setahun lagi, ke AC Milan misalnya. Cavani secara otomatis bakal mengisi pos pemain Swedia itu, sehingga persaingan tersisa mungkin hanya akan diperebutkan Lucas dan Lavezzi untuk mengisi satu slot dalam trisula penyerangan tim.

Mimpi buruk Angel Di Maria di Theater of Dreams telah berakhir. Mungkinkah ancaman serupa kembali menimpanya di Parc des Princes? Tidak mustahil. Namun Blanc pasti belajar dari kegagalan van Gaal.

Di Maria tetaplah Di Maria dengan reputasi dan kualitasnya yang aduhai. Setidaknya, momentum mimpi indah kini menantinya di Paris.

//

liga inggris musim depan, liga inggris live, jadwal bola liga inggris di tv, Mimpi Buruk Angel Di Maria Di Manchester United Sudah Berakhir
 
Top