• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Italia Ompong & Keropos, AS Roma Sudah Lupa Caranya Menang

Bola

SBOBET
Journalist
Sejak pergantian tahun 2015, fans AS Roma selalu dibuat penasaran dengan performa tim kesayangan mereka yang tak kunjung membaik. Namun, ibarat menantikan kabar politik yang isinya selalu bikin jengkel, tifosi Roma seperti sudah biasa menerima hasil seri di setiap pekannya.

Menurunnya grafik pasukan Rudi Garcia ini sejatinya sudah tercium ketika bermain 2-2 dalam derby della Capitale kontra Lazio pada 11 Januari silam. Selebrasi selfie Francesco Totti di laga tersebut seperti menjadi gong pembuka yang mengiringi rentetan hasil mengecewakan timnya.

Sejak saat itu, Giallorossi mencatatkan 10 hasil seri dalam 15 laga terakhir di semua kompetisi. Lima sisanya berakhir dengan tiga kemenangan dan dua kekalahan. Jika dikhususkan di Serie A Italia, hasilnya lebih jeblok lagi dengan catatan delapan kali hasil imbang dalam sepuluh laga terakhir!

Kekalahan 2-0 dari Sampdoria di Olimpico pada Selasa (17/3) dini hari WIB tadi harusnya menjadi peringatan terakhir bagi Roma untuk segera berbenah. Aksi konyol Seydou Keita yang memberikan aplaus sarkastis kepada wasit sembari menolak meninggalkan lapangan saat dikartu merah semakin memperparah kisah muram Roma.

I Lupi seperti membiarkan Juventus berlari sendirian mengejar Scudetto keempatnya secara beruntun. Selisih poin di antara keduanya pun sudah menyentuh 14 poin. Dengan sisa 11 laga, praktis Juve kian tak terbendung di puncak. Sebaliknya, posisi Roma di peringkat dua klasemen berada dalam goncangan hebat.



Mereka harus bersiap-siap tergeser oleh rival sekota Lazio yang sedang mengalami kebangkitan luar biasa lewat lima kemenangan beruntun dan menguntit di posisi tiga dengan selisih satu poin. Melejitnya Biancoceleste ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan karena mereka punya statistik yang lebih baik ketimbang Roma: catatan kemenangan (15 v 13), torehan gol (49 v 38), dan selisih gol (22 v 17).

Awas, masih ada Napoli, Sampdoria, dan Fiorentina yang masih setia mengincar zona Liga Champions dengan selisih empat hingga lima poin dari Roma. Jika sudah demikian, bukan tak mungkin Roma bisa terlempar dari zona Eropa di akhir musim. Kejatuhan Roma pun kian paripurna.

Malapetaka kecil ini sedikit banyak mengulang apa yang terjadi di musim lalu. Ketika itu, Roma yang perkasa di paruh pertama musim akhirnya mengalami penurunan performa di putaran kedua. Scudetto yang tadinya dalam jangkauan terpaksa mereka lepas sebelum Maret berakhir. Persis seperti musim ini.

Meski demikian, ada satu poin positif yang bisa dipetik di musim lalu bahwa Roma punya potensi untuk muncul kembali sebagai pesaing Juventus. Di awal musim ini, Garcia bahkan sempat sesumbar bahwa timnya siap mengakhiri dominasi Juve. Sayang, pernyataan tersebut justru menjadi bumerang.

"Dia [Garcia] mungkin mengatakan itu untuk menjaga spirit tetap tinggi tapi imbasnya justru sangat berbeda. Atmosfer di sekitar Roma seharusnya sunyi dan tenang. Bahaya terbesar mereka adalah terbakar berlebihan oleh ekspektasi dan hype,” ujar eks gelandang Juventus, Alessio Tacchinardi, mengomentari performa Roma di musim ini.

Rudi Garcia seperti tak punya jalan keluar dalam menghadapi krisis kemenangan yang melanda Roma.​

Kritik kepada Gracia memang tak bisa dicegah. Benar jika Tim Serigala Ibu Kota semakin atraktif dengan formasi 4-3-3 racikan pelatih asal Prancis itu. Namun di satu sisi, taktik tersebut membutuhkan intensitas bermain yang sangat tinggi di sepanjang 90 menit laga. Tidak punya pemain yang tepat dan bugar sama saja bohong.

Kepergian Medhi Benatia ke Bayern Munich dan cedera jangka panjang yang dialami Leandro Castan dan Kevin Strootman bisa dikatakan menjadi penyebab utama mengapa lini belakang dan lini tengah Roma sudah tidak terlihat setangguh musim lalu.

Di lini depan, kepemimpinan Totti memang beberapa kali masih menginspirasi Roma, namun ia tidak bisa membohongi usianya – sehingga ia hampir pasti tidak akan tampil 90 menit di setiap laga. Sementara itu, magis Gervinho juga tidak bisa terlalu diharapkan. Tenaganya seperti sudah terkuras habis setelah mengantar Pantai Gading menjuarai Piala Afrika 2015.

Garcia dan pihak manajemen klub sejatinya bisa menyiasati kondisi tersebut dengan dua jendela transfer pada musim panas dan musim dingin kemarin. Namun, justru blunder yang dilakukan. Roma merekrut Ashley Cole yang sudah melewati masa keemasannya dan memboroskan €22 juta untuk mendatangkan Juan Iturbe yang performanya ternyata biasa-biasa saja.

Bahkan, penyerang yang diboyong dari dari Hellas Verona itu hanya mampu mencatatkan empat shot on target dalam 17 laga di Serie A musim ini. Blunder transfer Roma kian lengkap setelah pada Januari kemarin, Roma malah meminjamkan Mattia Destro ke AC Milan dan kembali membuang uang dengan merekrut dua striker, Victor Ibarbo dan Seydou Doumbia.

Ibarbo, yang dipinjam dari Cagliari seharga €2,5 juta dengan opsi pembelian €12,5 juta, malah langsung cedera saat melakoni debut selama 17 menit di Coppa Italia pada Februari lalu. Sedangkan Doumbia yang diboyong dari CSKA Moskwa dengan banderol €14,4 juta juga gagal memberikan dampak berarti sejauh ini.

"Saya tidak meragukan kualitas dua pemain ini [Ibarbo dan Doumbia]. Namun karena beberapa alasan, saya telah membuat kesalahan perihal waktu dan metode transfer Ibarbo dan Doumbia,” seru Walter Sabatini, chief Roma, orang yang bertanggung jawab dalam aktivitas transfer klub.

Gegabahnya Roma dalam menentukan pemain yang dibutuhkan tim semakin membuat gigi-gigi Tim Serigala Ibu Kota terlihat ompong dan keropos. Akibatnya, ketika melawan tim-tim sekelas Chievo, Parma, Verona yang di atas kertas seharusnya bisa mereka taklukkan, Roma kehilangan tujuan bermain dan hanya meraih hasil 0-0 atau 1-1.

Merosotnya performa Roma tak bisa dilepaskan dari kesalahan transfer. Jika dijumlah, pembelian Ibarbo, Doumbia, dan Iturbe membutuhkan dana yang hampir mencapai €40 juta.​

Dari situ terlihat kelemahan bahwa Garcia tak punya plan B saat Roma mengalami kebuntuan, terlebih jika kebobolan terlebih dulu. Taktik yang mudah terbaca dibarengi dengan permainan ball possession yang tanpa arah dan diperparah dengan efektivitas mencetak gol yang sangat rendah. Dalam laga terkini kontra Sampdoria, Roma tercatat gagal mengonversi tembakan sembilan tembakan on target menjadi sebuah gol.

Ini menyiratkan bahwa Garcia bukanlah pelatih istimewa seperti yang digembar-gemborkan banyak pihak setelah performa fantastis Roma di musim lalu. Garcia bahkan sempat dilaporkan tidak mampu menguasai ruang ganti tim sehingga mental pemain ikut kena imbasnya. Rumor pemecatan sempat mencuat ke permukaan, namun kabar tersebut langsung dibantah presiden Roma, James Pallotta.

Kini, langkah seribu harus segera diambil Garcia dan pasukannya jika tak ingin terus terpuruk. "Target utama kami adalah Liga Champions. Kami ada di posisi kedua dan ingin bertahan di sana,” ujar Garcia. Ya, buang jauh-jauh target Scudetto karena fokus mereka saat ini haruslah mempertahankan tiket otomatis ke Liga Champions.

liga italia seri a b, liga italia era digital, liga italia tabla, liga italia terkini, liga italia tvri, liga italia klasemen, Ompong & Keropos, AS Roma Sudah Lupa Caranya Menang
 
Top