Perkembangan teknologi internet di China yang sangat pesat juga dibayangi oleh kejahatan siber seperti pembobolan data pribadi, yang menyebabkan kerugian besar bagi negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Data statistik dari Internet Society of China menunjukkan kerugian finansial akibat pencurian data personal tahun lalu mencapai sekitar 150 miliar yuan (24,4 miliar dollar AS). Selain itu, 65,5 persen situs di negara tirai bambu itu ternyata memiliki keamanan yang lemah sehingga mudah diretas.
Kerugian besar dan risiko privasi data telah menjadikan perlindungan informasi personal sebagai isu yang ramai dibicarakan di China, serta tuntutan kepada pemerintah untuk membuat undang-undang yang jelas mengenai information security dan pengembangan teknologi mobile internet.
Pembocoran informasi pribadi bisa terjadi kapan dan di mana saja tanpa diketahui, ujar Yang Yuanqing, direktur perusahaan komputer Lenovo Group Ltd. Peretasan bisa terjadi saat kita sedang menginstall aplikasi di smartphone, mengirim pesan, dan sebagainya.
Yang menjelaskan, pada tahun 2013 di China, lebih dari 20 miliar pesan dikirimkan setiap hari melalui berbagai platform social network, termasuk Wechat dan Weibo.
Ia menambahkan, malware smartphone, yang juga dianggap sebagai biang keladi peretasan informasi personal, jumlahnya lebih dari 700.000 pada 2013, bertambah empat kali lipat sejak setahun sebelumnya.
Hukum dan peraturan yang jelas sangat diperlukan untuk melindungi informasi pribadi pada perangkat mobile. Begitu juga peningkatan standar keamanan untuk aplikasi smartphone, serta melancarkan pasar teknologi informasi, ujar Yang.
Smartphone telah menjadi pilihan utama bagi warga China untuk berselancar di dunia maya, mengalahkan tablet dan komputer personal.
Menurut data dari China Internet Network Information Center, ada sekitar 500 juta pengguna mobile internet sampai akhir 2013, atau sebesar 80,9 persen dari total pengguna internet di negara itu. Sementara itu, 400 juta smartphone diprediksi akan dijual di China tahun ini.
Sumber
Data statistik dari Internet Society of China menunjukkan kerugian finansial akibat pencurian data personal tahun lalu mencapai sekitar 150 miliar yuan (24,4 miliar dollar AS). Selain itu, 65,5 persen situs di negara tirai bambu itu ternyata memiliki keamanan yang lemah sehingga mudah diretas.
Kerugian besar dan risiko privasi data telah menjadikan perlindungan informasi personal sebagai isu yang ramai dibicarakan di China, serta tuntutan kepada pemerintah untuk membuat undang-undang yang jelas mengenai information security dan pengembangan teknologi mobile internet.
Pembocoran informasi pribadi bisa terjadi kapan dan di mana saja tanpa diketahui, ujar Yang Yuanqing, direktur perusahaan komputer Lenovo Group Ltd. Peretasan bisa terjadi saat kita sedang menginstall aplikasi di smartphone, mengirim pesan, dan sebagainya.
Yang menjelaskan, pada tahun 2013 di China, lebih dari 20 miliar pesan dikirimkan setiap hari melalui berbagai platform social network, termasuk Wechat dan Weibo.
Ia menambahkan, malware smartphone, yang juga dianggap sebagai biang keladi peretasan informasi personal, jumlahnya lebih dari 700.000 pada 2013, bertambah empat kali lipat sejak setahun sebelumnya.
Hukum dan peraturan yang jelas sangat diperlukan untuk melindungi informasi pribadi pada perangkat mobile. Begitu juga peningkatan standar keamanan untuk aplikasi smartphone, serta melancarkan pasar teknologi informasi, ujar Yang.
Smartphone telah menjadi pilihan utama bagi warga China untuk berselancar di dunia maya, mengalahkan tablet dan komputer personal.
Menurut data dari China Internet Network Information Center, ada sekitar 500 juta pengguna mobile internet sampai akhir 2013, atau sebesar 80,9 persen dari total pengguna internet di negara itu. Sementara itu, 400 juta smartphone diprediksi akan dijual di China tahun ini.
Sumber