Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya. Organisasi Harus Mengenali Tipe Hacker
Pemerintah Inggris pernah membuat sebuah survey tentang kasus peretasan yg dilakukan oleh para hacker. Sekitar 81 persen organisasi yg disurvey oleh pemerintah Inggris menyatakan bahwa mereka pernah diserang secara siber. Hacker mungkin saja bisa mengintip informasi rahasia milik organisasi tanpa diketahui oleh pemiliknya. Organisasi pun perlu berpikir keras bagaimana cara mereka melindungi informasi sensitif agar tidak diketahui oleh pihak ketiga. Lenny Zeltser dari SANS Institute menyatakan bahwa organisasi bisa saja merasa aman karena tidak menemukan a&ya anomali. Walaupun begitu, Zeltser mengatakan bahwa bukan berarti hal itu menjadi pertanda bahwa organisasi tidak bisa diretas.
Harry Sverdlove, CTO dari perusahaan keamanan Bit9 + Carbon Black menyatakan bahwa ada dua tipe hacker yg harus dikenali oleh organisasi. Jika organisasi Anda berurusan dengan hacktivist, maka sebaiknya Anda buka situs Pastebin, kata Sverdlove. Ia menuturkan bahwa tipe hacker yg bermotif politik selalu berusaha untuk tampil eksis. Mereka akan mempublikasikan keberhasilannya & sangat ingin diapresiasi oleh banyak pihak. Tipe semacam ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, tetapi semakin marak ketika konsep hacktivist menjadi tren, kata Sverdlove. Dalam pan&gannya, tipe hacker seperti ini biasanya akan mencuri akun & kata sandi serta mempublikasikannya di Pastebin.
Se&gkan tipe hacker yg kedua menurut Sverdlove sangat pintar & organisasi sebaiknya hati-hati terhadap aktivitas mereka. Ada tipe hacker yg sangat pintar, tenang & diam dalam menginfiltrasi sistem keamanan organisasi, papar Sverdlove. Tipe jenis seperti ini menurut Sverdlove akan menyusup & berusaha untuk menginfiltrasi keamanan organisasi tanpa diketahui siapapun. Hacker semacam ini tergolong pintar. Ketika mencuri data, mereka akan memanfaatkan waktu puncak Internet pada jam-jam kantor untuk menyamarkan aktivitasnya, kata Sverdlove. Ia menjelaskan bahwa menaikkan lalu lintas pada bukan jam kantor hanya akan membuat hacker itu dicurigai.
Selain itu, hacker tipe ini menurut Sverdlove tidak terang-terangan seperti layaknya hacktivist. Ia menuturkan bahwa ketika hacker tersebut mencuri data, mereka akan melakukannya secara perlahan & tidak secara masif. Terlebih lagi, mereka tidak memasang malware pada sistem komputer. Uniknya, mereka akan memanfaatkan fungsi fitur pada sistem server organisasi untuk mencuri data sehingga anti-virus orpun anti-malware tidak akan mendeteksinya sebagai ancaman.
Melakukan tracing untuk melacak siapa pelaku di balik hacker cerdas ini menurut Sverdlove agak sulit. Organisasi harus meniru seperti astronom. Fenomena seperti ini layaknya sebuah lubang hitam. Daripada meneliti apa yg ada pada black hole, astronom akan meneliti apa yg ada di sekitarnya, tegas Sverdlove. Hal ini dalam pan&gannya berlaku pula di organisasi. Ketimbang mencari tahu permasalahan langsung pada intinya, organisasi sebaiknya memerika lingkungan di sekitarnya untuk memastikan dari mana peretas itu datang. Salah satu poin solusi yg ia kemukakan adalah organisasi perlu untuk mengecek percakapan di sosial media. Menurutnya, banyak percakapan para hacker di media sosial yg membahas tentang pembobolan suatu organisasi. Para praktisi keamanan informasi di organisasi perlu membaur di percakapan itu untuk mengetahui apa yg terjadi sebenarnya, tandas Sverdlove.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenOrganisasi Harus Mengenali Tipe Hacker diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Pemerintah Inggris pernah membuat sebuah survey tentang kasus peretasan yg dilakukan oleh para hacker. Sekitar 81 persen organisasi yg disurvey oleh pemerintah Inggris menyatakan bahwa mereka pernah diserang secara siber. Hacker mungkin saja bisa mengintip informasi rahasia milik organisasi tanpa diketahui oleh pemiliknya. Organisasi pun perlu berpikir keras bagaimana cara mereka melindungi informasi sensitif agar tidak diketahui oleh pihak ketiga. Lenny Zeltser dari SANS Institute menyatakan bahwa organisasi bisa saja merasa aman karena tidak menemukan a&ya anomali. Walaupun begitu, Zeltser mengatakan bahwa bukan berarti hal itu menjadi pertanda bahwa organisasi tidak bisa diretas.
Harry Sverdlove, CTO dari perusahaan keamanan Bit9 + Carbon Black menyatakan bahwa ada dua tipe hacker yg harus dikenali oleh organisasi. Jika organisasi Anda berurusan dengan hacktivist, maka sebaiknya Anda buka situs Pastebin, kata Sverdlove. Ia menuturkan bahwa tipe hacker yg bermotif politik selalu berusaha untuk tampil eksis. Mereka akan mempublikasikan keberhasilannya & sangat ingin diapresiasi oleh banyak pihak. Tipe semacam ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, tetapi semakin marak ketika konsep hacktivist menjadi tren, kata Sverdlove. Dalam pan&gannya, tipe hacker seperti ini biasanya akan mencuri akun & kata sandi serta mempublikasikannya di Pastebin.
Se&gkan tipe hacker yg kedua menurut Sverdlove sangat pintar & organisasi sebaiknya hati-hati terhadap aktivitas mereka. Ada tipe hacker yg sangat pintar, tenang & diam dalam menginfiltrasi sistem keamanan organisasi, papar Sverdlove. Tipe jenis seperti ini menurut Sverdlove akan menyusup & berusaha untuk menginfiltrasi keamanan organisasi tanpa diketahui siapapun. Hacker semacam ini tergolong pintar. Ketika mencuri data, mereka akan memanfaatkan waktu puncak Internet pada jam-jam kantor untuk menyamarkan aktivitasnya, kata Sverdlove. Ia menjelaskan bahwa menaikkan lalu lintas pada bukan jam kantor hanya akan membuat hacker itu dicurigai.
Selain itu, hacker tipe ini menurut Sverdlove tidak terang-terangan seperti layaknya hacktivist. Ia menuturkan bahwa ketika hacker tersebut mencuri data, mereka akan melakukannya secara perlahan & tidak secara masif. Terlebih lagi, mereka tidak memasang malware pada sistem komputer. Uniknya, mereka akan memanfaatkan fungsi fitur pada sistem server organisasi untuk mencuri data sehingga anti-virus orpun anti-malware tidak akan mendeteksinya sebagai ancaman.
Melakukan tracing untuk melacak siapa pelaku di balik hacker cerdas ini menurut Sverdlove agak sulit. Organisasi harus meniru seperti astronom. Fenomena seperti ini layaknya sebuah lubang hitam. Daripada meneliti apa yg ada pada black hole, astronom akan meneliti apa yg ada di sekitarnya, tegas Sverdlove. Hal ini dalam pan&gannya berlaku pula di organisasi. Ketimbang mencari tahu permasalahan langsung pada intinya, organisasi sebaiknya memerika lingkungan di sekitarnya untuk memastikan dari mana peretas itu datang. Salah satu poin solusi yg ia kemukakan adalah organisasi perlu untuk mengecek percakapan di sosial media. Menurutnya, banyak percakapan para hacker di media sosial yg membahas tentang pembobolan suatu organisasi. Para praktisi keamanan informasi di organisasi perlu membaur di percakapan itu untuk mengetahui apa yg terjadi sebenarnya, tandas Sverdlove.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenOrganisasi Harus Mengenali Tipe Hacker diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber