Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya. Pasca Insiden Sony, Ancaman Malware Baru Menanti
Sebuah berita yg dirilis oleh FBI menyatakan bahwa seluruh unit bisnis & perusahaan yg ada di AS diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya pasca insiden Sony. FBI mengatakan bahwa pihaknya menemukan sejumlah serangan dengan malware baru yg lebih parah daripada sebelumnya. Pernyataan tersebut disampaikan oleh FBI setelah sebulan lebih pasca insiden yg menimpa Sony Pictures. Berdasarkan pernyataan yg dipublikasikan oleh FBI, malware baru tersebut terbukti telah melumpuhkan sejumlah sistem komputer yg ada di Asia & Timur Tengah. Sejumlah perusahaan di Asia & Timur Tengah lumpuh akibat serangan malware tersebut, tutur FBI.
Tom Kellermann, kepala keamanan siber dari Trend Micro mengatakan bahwa ancaman malware tersebut diprediksi akan menyerang sejumlah perusahaan penting di AS. Geopolitik sekarang telah menjadi me& peperangan siber, tutur Kellerman. FBI merilis sebuah lima dokumen rahasia tentang keberadaan malware tersebut. Tidak hanya itu saja, FBI pun membuat sebuah pedoman tentang bagaimana cara penanggulangan malware berbahaya itu. Laporan dari FBI itu menyatakan bahwa malware baru tersebut dapat melakukan override terhadap data yg ada & master data perusahaan yg mencegahnya melakukan booting.
Override yg dilakukan oleh malware tersebut cukup berbahaya & berbiaya mahal. Tetapi bukan mustahil bila organisasi melakukan forensik sederhana, ujar mereka. Dokumen tersebut dikirimkan kepada sejumlah petinggi perusahaan & pejabat pemerintah dengan informasi yg termasuk ke dalam kriteria rahasia. Pasca insiden Sony, FBI & Homeland Security bahu membahu untuk mencari biang keladi di balik peretasan tersebut. Mereka pun mengaku telah menganalisis sejumlah sampel dari malware yg menyerang Sony Pictures. Mereka tetap yakin bahwa malware yg dikirim untuk melumpuhkan sistem Sony memang berasal dari Korea Utara. Tidak tanggung-tanggung, mereka menyatakan bahwa serangan tersebut adalah kolaborasi serangan dari Iran & Korea Utara.
Sony Pictures saat ini telah menyewa jasa konsultan keamanan siber, FireEye yg membantu mereka melakukan insiden respon pasca serangan siber tersebut. Di balik dokumen rahasia FBI tersebut, dua praktisi keamanan yg enggan disebutkan namanya telah melakukan review terhadap dokumen yg dimaksud. Mereka menyatakan bahwa sesungguhnya serangan baru yg menggunakan malware terbaru itu sudah terjadi di anak perusahaan Sony Pictures.
Anak perusahaan Sony Pictures yg berbasis di San Fransisco terindikasi sudah terkena serangan malware baru yg dimaksudkan FBI. Saat dikonfirmasi terkait hal ini, pihak FBI enggan berkomentar apapun & tetap teguh pada pendiriannya bahwa serangan malware baru ini adalah rentetan peristiwa dari insiden Sony. Mereka pun tetap yakin bahwa hasil analisis sampel malware menyatakan bahwa serangan tersebut diduga kuat berasal dari Korea Utara.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenPasca Insiden Sony, Ancaman Malware Baru Menanti diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Sebuah berita yg dirilis oleh FBI menyatakan bahwa seluruh unit bisnis & perusahaan yg ada di AS diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya pasca insiden Sony. FBI mengatakan bahwa pihaknya menemukan sejumlah serangan dengan malware baru yg lebih parah daripada sebelumnya. Pernyataan tersebut disampaikan oleh FBI setelah sebulan lebih pasca insiden yg menimpa Sony Pictures. Berdasarkan pernyataan yg dipublikasikan oleh FBI, malware baru tersebut terbukti telah melumpuhkan sejumlah sistem komputer yg ada di Asia & Timur Tengah. Sejumlah perusahaan di Asia & Timur Tengah lumpuh akibat serangan malware tersebut, tutur FBI.
Tom Kellermann, kepala keamanan siber dari Trend Micro mengatakan bahwa ancaman malware tersebut diprediksi akan menyerang sejumlah perusahaan penting di AS. Geopolitik sekarang telah menjadi me& peperangan siber, tutur Kellerman. FBI merilis sebuah lima dokumen rahasia tentang keberadaan malware tersebut. Tidak hanya itu saja, FBI pun membuat sebuah pedoman tentang bagaimana cara penanggulangan malware berbahaya itu. Laporan dari FBI itu menyatakan bahwa malware baru tersebut dapat melakukan override terhadap data yg ada & master data perusahaan yg mencegahnya melakukan booting.
Override yg dilakukan oleh malware tersebut cukup berbahaya & berbiaya mahal. Tetapi bukan mustahil bila organisasi melakukan forensik sederhana, ujar mereka. Dokumen tersebut dikirimkan kepada sejumlah petinggi perusahaan & pejabat pemerintah dengan informasi yg termasuk ke dalam kriteria rahasia. Pasca insiden Sony, FBI & Homeland Security bahu membahu untuk mencari biang keladi di balik peretasan tersebut. Mereka pun mengaku telah menganalisis sejumlah sampel dari malware yg menyerang Sony Pictures. Mereka tetap yakin bahwa malware yg dikirim untuk melumpuhkan sistem Sony memang berasal dari Korea Utara. Tidak tanggung-tanggung, mereka menyatakan bahwa serangan tersebut adalah kolaborasi serangan dari Iran & Korea Utara.
Sony Pictures saat ini telah menyewa jasa konsultan keamanan siber, FireEye yg membantu mereka melakukan insiden respon pasca serangan siber tersebut. Di balik dokumen rahasia FBI tersebut, dua praktisi keamanan yg enggan disebutkan namanya telah melakukan review terhadap dokumen yg dimaksud. Mereka menyatakan bahwa sesungguhnya serangan baru yg menggunakan malware terbaru itu sudah terjadi di anak perusahaan Sony Pictures.
Anak perusahaan Sony Pictures yg berbasis di San Fransisco terindikasi sudah terkena serangan malware baru yg dimaksudkan FBI. Saat dikonfirmasi terkait hal ini, pihak FBI enggan berkomentar apapun & tetap teguh pada pendiriannya bahwa serangan malware baru ini adalah rentetan peristiwa dari insiden Sony. Mereka pun tetap yakin bahwa hasil analisis sampel malware menyatakan bahwa serangan tersebut diduga kuat berasal dari Korea Utara.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenPasca Insiden Sony, Ancaman Malware Baru Menanti diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber