• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Peluang Emas Bagi Startup di Industri Konser Musik

Ophelia

Game Maniacs
Journalist

Topik mengenai pembajakan & streaming serta pengaruhnya terhadap industri musik telah menggema sejak beberapa tahun terakhir. Namun startup yg bergerak di ranah pertunjukan musik live seolah tidak ikut ambil pusing.

Di sisi lain, sudah menjadi rahasia umum bila rilisan fisik yg dulunya merupakan sektor paling menghasilkan dalam industri musik terus mengalami kerugian akibat pembajakan yg terjadi dimana-mana, ditambah lagi dengan maraknya layanan streaming . Satu-satunya pemasukan utama yg bisa diharapkan para musisi adalah melalui panggung-panggung mereka.

Mari kita sama-sama amati statistik berikut ini. Sejak tahun 1999 hingga tahun 2014, penjualan rilisan fisik turun drastis hingga 44 persen sementara itu konser musik, yg pendapatan utamanya berasal dari tiket penjualan, terus meraih keuntungan.

Konser musik diperkirakan akan terus berkembang pesat. Sebuah jaringan lembaga profesional asal Inggris, PricewaterhouseCoopers, memprediksi bahwa sektor ini akan meraup keuntungan sebesar $30,9 miliar (sekitar Rp428,82 triliun) pada tahun 2019, angka tersebut naik dari $26 miliar (sekitar Rp360,88 triliun) pada tahun 2014.

Lalu, apa dampak dari fenomena ini? Dulu, para artis & musisi melakukan tur, tampil di berbagai konser & festival, untuk memperkenalkan album & lagu terbaru mereka sebagai bentuk promosi yg bisa mendorong penjualan rekaman fisik mereka. Namun, akibat semakin mudahnya akses internet, berbagi file secara online, & kehadiran streaming musik , berimbas pada menurunnya penjualan rlisan fisik mereka, sehingga industri musik dipaksa untuk mengubah model pendapatan mereka.

Tren yg terjadi saat ini adalah, para artis / musisi kini menjual lebih banyak album, namun dengan jumlah lagu yg lebih sedikit sehingga para penggemar semakin sering datang ke konser idola mereka. Bila kamu ingin tahu lebih detail soal ini, kamu bisa membaca informasi selengkapnya di sini & di artikel ini.
Bagaimana teknologi dapat mengubah konser musik
Dari sini, mudah saja bagi kita untuk menebak alasan mengapa perubahan lanskap ini dapat membawa keuntungan besar bagi startup yg menggeluti konser musik. Terlepas dari pertumbuhan industri yg fenomenal ini & makin banyaknya konser musik, manajemennya masih menganut cara konvensional maksudnya, hampir segala hal diatur & dijalankan secara manual, mulai dari penjualan tiket, keamanan, hingga penjualan merchandise di dalam gedung / area konser.

Di sinilah peran startup diperlukan. Sebagai permulaan, startup dapat menawarkan layanan mengatur logistik di tempat konser. Dengan menggunakan smartphone & tablet yg dilengkapi pemindai barcode & aplikasi check-in, staf acara yg bertugas di gerbang masuk dapat melakukan pengecekan tiket pengunjung dalam waktu yg singkat, hasilnya, antrian semakin pendek & pengunjung dapat segera masuk.

Dengan informasi data yg bersifat real-time, para staf dapat semakin mudah untuk mengambil keputusan. Begitu acara selesai, semua data & informasi yg terkumpul dapat dimanfaatkan oleh para panitia untuk merencanakan acara yg lebih baik nantinya.



Selain meningkatkan efisiensi penggunaan smartphone & tablet, startup juga bisa mengaplikasikan teknologi wearable seperti tag RFID (Radio Frequency Identification) / gelang khusus kepada para panitia konser / festival. Dengan menggunakan gelang ini, pengunjung tak perlu lagi tiket fisik untuk masuk, sedangkan bagi panitia acara, mereka dapat menekan peredaran tiket palsu.

Dampak lainnya dari penggunaan teknologi adalah memberi keleluasaan pembayaran non-tunai, sehingga dapat mengurangi angka pencopetan & kejahatan lainnya yg mungkin terjadi di tempat konser. Dengan pembayaran non-tunai, para penikmat konser tak perlu lagi was-was kehilangan dompet mereka di tengah keramaian, sementara itu para penjual makanan, minuman, & merchandise diberi jaminan tak akan ada penipuan karena semua transaksi sudah terekam. Jika konser / acara mereka berskala besar, gelang tersebut dapat digunakan oleh panitia untuk mengendalikan masa dengan melarang mereka masuk ke wilayah tertentu.

Beberapa startup di Asia Tenggara yg terjun ke bisnis ini adalah Pouch & GoGorilla dari Singapura, serta Loket dari Indonesia.
Peluang yg menggiurkan
Kami cukup terkejut. Permintaan melebihi ekspektasi kami. Banyak produser berpengalaman yg pernah kami temui bertanya, Kemana saja kalian? Kami sudah lama mencari kalian, ujar CMO Pouch, Graeme Perkins.

Mengutip kajian yg dilakukan oleh Frost & Sullivan, Graem mengungkap kepada Tech in Asia bahwa nilai pasar di industri software manajemen event pada tahun 2015 ada di angka $30,5 miliar (sekitar Rp423,34 triliun) angka tersebut diperkirakan naik hingga $31,9 miliar (sekitar Rp442,77 triliun) tahun ini.

Graeme mengklaim bahwa Pouch yg meraih pendanaan tahap awal tahun lalu itu, berhasil melampau target yg telah ditentukan investor setelah menggelar beberapa konser, termasuk konser Chris Brown & Lifehouse di Manila.

Tahun ini, mereka telah mengantongi kesepakatan untuk menggelar acara Paradise International Music Festival yg dibintangi oleh Kanye West pada tanggal 9 April di Filipina & akan dihadiri oleh 30.000 penonton. Mereka saat ini juga tengah bernegosiasi dengan beberapa pihak dari Eropa & Amerika Serikat yg ingin memperoleh izin lisensi teknologi Pouch.

Jadi pesan utamanya adalah: Ada peluang menggiurkan di sektor live music, namun sepertinya perlu waktu sebelum kita dapat menyaksikan penerapan teknologi terkini secara menyeluruh. Tantangannya adalah meyakinkan para event organizer akan manfaat yg dibawa oleh startup semacam Pouch.

Mengurus semuanya secara manual & konservatif itu cenderung mahal & hampir tidak ada data yg berguna yg bisa diperoleh dengan cara seperti itu. Dan meskipun teknologi seperti RFID mengeluarkan biaya yg lebih banyak, harganya diperkirakan akan turun seiring dengan semakin banyaknya alat yg mengadopsi teknologi ini. Keuntungannya, para panitia acara akan menghemat banyak biaya dari otomatisasi manajemen yg mereka terapkan.

Kalau kamu ingin tahu wajah industri konser musik di seluruh dunia saat ini, berikut kami sajikan infografisnya:

Baca juga:Patungan, Tren Menikmati Konten Legal Tanpa Bayar Mahal

(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia Ahmad & diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

Dikutip dari sini
 
Top