Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya. Perang Siber Tiongkok Melawan Kebebasan Berbicara
Negara Tiongkok mendeklarasikan perang siber melawan aktivis untuk meredam kebebasan berbicara yg ada di negaranya. Mengapa Tiongkok perlu mendeklarasikan perang siber itu? Dunia Internet adalah sebuah pelabuhan aman bagi para aktivis yg ingin mengkritisi & menentang kebijakan negara Tiongkok yg represif. Seperti yg dilansir oleh CNN.com, negara Tiongkok mendeklarasikan perang siber pada pornografi & informasi yg menyesatkan. Sejumlah aktivis yg menggunakan Internet sebagai media perlawanannya dituduh oleh pemerintah Tiongkok karena membeberkan informasi yg menyesatkan. Setidaknya ada beberapa aktivis kebebasan berbicara di Tiongkok yg ditahan oleh rezim Xi Jinping itu.
Tiongkok sangat ketat dalam memberlakukan Internet bagi para warganya. Negara itu dikenal memiliki Tentara Sensor yg mana tugasnya adalah untuk menyeleksi sejumlah informasi yg beredar di Internet. Informasi yg dinilai membangun & mendukung kebijakan pemerintah biasanya akan dibiarkan begitu saja. Lain halnya dengan informasi yg tidak mendukung kebijakan pemerintah. Mereka yg membeberkan informasi tersebut secara otomatis akan ditekan oleh penguasa. Beberapa contoh berita Internet yg disensor oleh pemerintah Tiongkok adalah peristiwa berdarah Tiananmen & pemblokiran media sosial populer seperti Instagram & Facebook.
Su Changlan adalah seorang aktivis wanita di Tiongkok yg menentang kegiatan korupsi di negara tirai bambu tersebut. Ibu rumah tangga berusia 45 tahun tersebut ditangkap & dipenjarakan oleh pemerintah Tiongkok karena menyebarkan informasi palsu pada media asing. Bukti yg digunakan oleh pemerintah adalah percakapan Su dengan sejumlah media asing yg dilakukan menggunakan Skype. Tidak hanya itu saja, Ilham Tohti, profesor bi&g ekonomi di Beijing yg merupakan warga Tiongkok beretnis Uighur harus mendekam seumur hidup di penjara.
Tohti dikenal sebagai aktivis pendiri Uighur Online, salah satu situs untuk menjembatani kepentingan etnis Uighur yg selalu mendapatkan diskriminasi di Tiongkok. Selama ini pemerintahan Xi Jinping terkenal represif terhadap etnis tersebut. Kebijakan pemerintah Tiongkok itu didukung oleh taipan Internet, Lu Wei. Ia memaparkan konsep kedaulatan siber. Sebuah konsep di mana negara berhak untuk mengontrol dunia siber mereka tanpa harus diintervensi oleh negara manapun. Wei sangat mendukung upaya pemerintah untuk menyensor semua berita negatif tentang Tiongkok. Alasan yg ia pegang adalah sensor tersebut berupaya untuk menjaga stabilitas negara. Wei sangat keras terhadap intervensi asing yg ingin ikut campur dalam kedaulatan siber negara Tiongkok.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenPerang Siber Tiongkok Melawan Kebebasan Berbicara diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Negara Tiongkok mendeklarasikan perang siber melawan aktivis untuk meredam kebebasan berbicara yg ada di negaranya. Mengapa Tiongkok perlu mendeklarasikan perang siber itu? Dunia Internet adalah sebuah pelabuhan aman bagi para aktivis yg ingin mengkritisi & menentang kebijakan negara Tiongkok yg represif. Seperti yg dilansir oleh CNN.com, negara Tiongkok mendeklarasikan perang siber pada pornografi & informasi yg menyesatkan. Sejumlah aktivis yg menggunakan Internet sebagai media perlawanannya dituduh oleh pemerintah Tiongkok karena membeberkan informasi yg menyesatkan. Setidaknya ada beberapa aktivis kebebasan berbicara di Tiongkok yg ditahan oleh rezim Xi Jinping itu.
Tiongkok sangat ketat dalam memberlakukan Internet bagi para warganya. Negara itu dikenal memiliki Tentara Sensor yg mana tugasnya adalah untuk menyeleksi sejumlah informasi yg beredar di Internet. Informasi yg dinilai membangun & mendukung kebijakan pemerintah biasanya akan dibiarkan begitu saja. Lain halnya dengan informasi yg tidak mendukung kebijakan pemerintah. Mereka yg membeberkan informasi tersebut secara otomatis akan ditekan oleh penguasa. Beberapa contoh berita Internet yg disensor oleh pemerintah Tiongkok adalah peristiwa berdarah Tiananmen & pemblokiran media sosial populer seperti Instagram & Facebook.
Su Changlan adalah seorang aktivis wanita di Tiongkok yg menentang kegiatan korupsi di negara tirai bambu tersebut. Ibu rumah tangga berusia 45 tahun tersebut ditangkap & dipenjarakan oleh pemerintah Tiongkok karena menyebarkan informasi palsu pada media asing. Bukti yg digunakan oleh pemerintah adalah percakapan Su dengan sejumlah media asing yg dilakukan menggunakan Skype. Tidak hanya itu saja, Ilham Tohti, profesor bi&g ekonomi di Beijing yg merupakan warga Tiongkok beretnis Uighur harus mendekam seumur hidup di penjara.
Tohti dikenal sebagai aktivis pendiri Uighur Online, salah satu situs untuk menjembatani kepentingan etnis Uighur yg selalu mendapatkan diskriminasi di Tiongkok. Selama ini pemerintahan Xi Jinping terkenal represif terhadap etnis tersebut. Kebijakan pemerintah Tiongkok itu didukung oleh taipan Internet, Lu Wei. Ia memaparkan konsep kedaulatan siber. Sebuah konsep di mana negara berhak untuk mengontrol dunia siber mereka tanpa harus diintervensi oleh negara manapun. Wei sangat mendukung upaya pemerintah untuk menyensor semua berita negatif tentang Tiongkok. Alasan yg ia pegang adalah sensor tersebut berupaya untuk menjaga stabilitas negara. Wei sangat keras terhadap intervensi asing yg ingin ikut campur dalam kedaulatan siber negara Tiongkok.
Comments
comments
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenPerang Siber Tiongkok Melawan Kebebasan Berbicara diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber