Ketika masih kecil, bermain di FT Gem, ayah saya juga bermain untuk tim utama. Satu pertandingan yang akan selalu saya ingat adalah laga play-off promosi untuk A-team, yang dimenangkan FT Gem 5-4 melalui adu penalti.
Kegembiraan sangat luar biasa bagi saya yang masih berusia tujuh tahun. Saya merayakan bersama para pemain dengan memakan sosis dan mendengar nyanyian kemenangan yang tidak merdu, meski tidak seperti para orang dewasa, saya bergabung meramaikan kesuksesan dengan jus apel.
Setelah titel ke-26 Bundesliga Jerman bagi Bayern akhir pekan ini - ke-empat secara beruntun - saya dapat melihat 25 tahun kemudian, sepakbola di level tertinggi masih membagi sesuatu dengan grassroots. Karaoke perayaan kemenangan juga tidak merdu, meski Anda tidak akan pernah mendapatkan 75 ribu orang berkumpul di stadion klub divisi sembilan Jerman.
Sebagai tambahan untuk masyarakat di Allianz Arena pada hari Sabtu dan Marienplatz pada hari Minggu, jutaan fans juga merayakan kesuksesan dari seluruh dunia, menyaksikan di TV, komputer, laptop dan smartphone. Ketika Bayern memenangkan gelar pertama pada 1932, tidak ada yang bisa membayangkan membagi kesenangan kami di luar dinding stadion, terlebih lagi hingga sejauh Brasil, Afrika atau Tiongkok.
Kata ajaibnya adalah digitalisasi dan globalisasi. Tetapi sepakbola kelas dunia menghadapi tantangan besar untuk tidak kehilangan identitas sembari memperluas jangkauan melebihi batas. Apakah benar-benar perlu untuk meningkatkan, memperluas dan mengoptimalkan segalanya?
Tentu saja. Target olahraga saya adalah memenangkan gelar Bundesliga kelima secara beruntun. Kerja keras untuk mencapai sukses dalam latihan dan pertandingan adalah dasar dari olahraga kompetitif.
Tetapi, tanpa ingin menilai kasus individu, menurut saya hal seperti Panama Papers adalah contoh bagus dari protagonis sepakbola global yang terlalu melewati hak mereka. Terkadang mereka tidak menyadari ketika cukup adalah cukup.
Setiap pemain profesional mencapai posisi melalui talenta dan investasi pribadi, tetapi kami berhutang sesuatu kepada fans dan penonton yang mengeluarkan uang dan respek karena performa kami. Kami harus menjadi panutan bagi mereka, tidak menjadi pahlawan pabrikan yang tidak peduli dengan akar rumput.
Puncaknya, pertandingan play-off promosi pada divisi sembilan dan laga penentu juara Bundesliga memiliki lebih banyak kesamaan daripada perbedaan. Momen-momen selebrasi dan kesatuan sama persis. Koneksi ini tidak boleh hilang..
Philipp Lahm.
liga jerman, u19, hari ini, logo, seri b, malam ini, klasemen, Philipp Lahm: Pesepakbola Harus Jadi Panutan
Kegembiraan sangat luar biasa bagi saya yang masih berusia tujuh tahun. Saya merayakan bersama para pemain dengan memakan sosis dan mendengar nyanyian kemenangan yang tidak merdu, meski tidak seperti para orang dewasa, saya bergabung meramaikan kesuksesan dengan jus apel.
Setelah titel ke-26 Bundesliga Jerman bagi Bayern akhir pekan ini - ke-empat secara beruntun - saya dapat melihat 25 tahun kemudian, sepakbola di level tertinggi masih membagi sesuatu dengan grassroots. Karaoke perayaan kemenangan juga tidak merdu, meski Anda tidak akan pernah mendapatkan 75 ribu orang berkumpul di stadion klub divisi sembilan Jerman.
Sebagai tambahan untuk masyarakat di Allianz Arena pada hari Sabtu dan Marienplatz pada hari Minggu, jutaan fans juga merayakan kesuksesan dari seluruh dunia, menyaksikan di TV, komputer, laptop dan smartphone. Ketika Bayern memenangkan gelar pertama pada 1932, tidak ada yang bisa membayangkan membagi kesenangan kami di luar dinding stadion, terlebih lagi hingga sejauh Brasil, Afrika atau Tiongkok.
Kata ajaibnya adalah digitalisasi dan globalisasi. Tetapi sepakbola kelas dunia menghadapi tantangan besar untuk tidak kehilangan identitas sembari memperluas jangkauan melebihi batas. Apakah benar-benar perlu untuk meningkatkan, memperluas dan mengoptimalkan segalanya?
Tentu saja. Target olahraga saya adalah memenangkan gelar Bundesliga kelima secara beruntun. Kerja keras untuk mencapai sukses dalam latihan dan pertandingan adalah dasar dari olahraga kompetitif.
Tetapi, tanpa ingin menilai kasus individu, menurut saya hal seperti Panama Papers adalah contoh bagus dari protagonis sepakbola global yang terlalu melewati hak mereka. Terkadang mereka tidak menyadari ketika cukup adalah cukup.
Setiap pemain profesional mencapai posisi melalui talenta dan investasi pribadi, tetapi kami berhutang sesuatu kepada fans dan penonton yang mengeluarkan uang dan respek karena performa kami. Kami harus menjadi panutan bagi mereka, tidak menjadi pahlawan pabrikan yang tidak peduli dengan akar rumput.
Puncaknya, pertandingan play-off promosi pada divisi sembilan dan laga penentu juara Bundesliga memiliki lebih banyak kesamaan daripada perbedaan. Momen-momen selebrasi dan kesatuan sama persis. Koneksi ini tidak boleh hilang..
Philipp Lahm.
liga jerman, u19, hari ini, logo, seri b, malam ini, klasemen, Philipp Lahm: Pesepakbola Harus Jadi Panutan