• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Rahasia Kotor Amerika di Suriah: Aliansi De Facto Dengan Assad

KurirBerita

TK B
Level 0
Tentara Kurdi yang berperang bersama AS melawan ISIS sekarang berperang melawan Turki, dan beralih ke rezim Damaskus meminta bantuan. Hal tersebut merupakan rahasia kotor Amerika di Suriah. Berulang kali dalam empat tahun terakhir, masyarakat Kurdi di Suriah timur dan Afrin telah mengumumkan tujuan mereka untuk menyatukan wilayah-wilayah dengan mayoritas Kurdi yang tersebar di Suriah utara agar menjadi satu jalur yang berdekatan di sepanjang perbatasan Turki.

Oleh: Roy Gutman (The Daily Beast)

Rahasia kotor Amerika terlihat setelah intervensi Turki di wilayah Afrin di Suriah utara telah mengungkapkan fakta penting yang sudah lama Pentagon coba sembunyikan: Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi yang Amerika Serikat andalkan untuk melawan ISIS di Suriah timur, bersekutu dengan rezim Bashar al-Assad.

Hal ini menjadi jelas karena di medan perang multifaset dan multifront ini, yang disebut sebagai kantong Afrin Suriah utara, SDF kehilangan wilayahnya oleh serangan Turki hari demi hari–dan meminta bantuan Assad agar memberi mereka dukungan pasukan.

(SDF memiliki banyak rupa, di antaranya adalah Pasukan Pelindung Rakyat Kurdi, atau YPG, dan partai warga sipilnya, Partai Persatuan Demokrat atau PYD–dan lebih banyak lagi selain itu.)

Assad mengirim “pasukan publik,” para militan yang tidak terlatih. Tapi Turki menggunakan artileri yang menewaskan beberapa ratus pejuang, yang dianggap sebagai campuran kaum Syi’ah yang tinggal di wilayah tersebut dan pejuang asing yang dibawa ke Suriah oleh Iran.

Operasi Turki, yang mengandalkan pasukan darat dari pemberontak Arab berkekuatan relatif moderat, belum membawa kemenangan yang diharapkan Presiden Recep Tayyip Erdogan sejak dia meluncurkan “Operasi Cabang Zaitun” (Operation Olive Branch) pada 20 Januari.

Pergerakan operasi telah diperlambat oleh hujan, lumpur, dan daerah pegunungan. Turki telah menguasai satu, dua, kadang sampai lima desa sehari karena pasukannya mengelilingi kota Afrin. Pada hari Senin (26/2), pasukan pemberontak Suriah itu menyelesaikan pengepungan tersebut. Tapi mengusir militan Kurdi mungkin memerlukan waktu, karena para pejuang intinya adalah pejuang yang kuat, yang siap berperang sampai mati.



Unit SDF belum menghadapi kemudahan dalam melakukan hal itu. Mereka gagal menguasai kembali salah satu desa tersebut dan saat jerat di sekitar Afrin mengencang, mereka tampak putus asa. Pekan lalu saudara Kurdi yang berada di Aleppo melepaskan kekuasaan militer mereka atas dua distrik di kota terbesar di Suriah, menyerahkan mereka ke rezim Assad, dan bergerak menuju ke Afrin.

Artileri Turki menghancurkan satu konvoi pasukan SDF dari Aleppo tersebut, namun diperkirakan ratusan Kurdi Aleppo berhasil melewatinya. Mereka sekarang dilaporkan sedang bertempur di garis depan. Tapi itu pun belum cukup, pejabat Kurdi sedang meminta bantuan.

“Kami belum mendapat dukungan” dari pemerintah Suriah, Saynam Muhammed, seorang pejabat bagian politik SDF di Afrin mengatakan kepada The Daily Beast. “Kami meminta pemerintah Suriah untuk mempertahankan kedaulatannya dan melindungi perbatasannya, yang sedang ditembus oleh Turki.”

Juru bicara SDF resmi di Afrin tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar tentang hal tersebut.

AS telah mengkritik operasi Turki terutama karena SDF Kurdi telah meninggalkan garis depan di Suriah timur untuk bergabung dengan saudara-saudara mereka di Suriah utara. Namun keluhan Amerika Serikat (AS) tersebut tak dihiraukan karena pemerintah Turki memilih untuk menutup telinga mereka.

Bagi Turki, yang telah memerangi pemberontakan Kurdi bersenjata selama lebih dari 30 tahun, serangan di Afrin telah mendapat dukungan berbagai partai sebagai langkah untuk memastikan keutuhan wilayah Turki di masa depan.

Berulang kali dalam empat tahun terakhir, masyarakat Kurdi di Suriah timur dan Afrin telah mengumumkan tujuan mereka untuk menyatukan wilayah-wilayah dengan mayoritas Kurdi yang tersebar di Suriah utara agar menjadi satu jalur yang berdekatan di sepanjang perbatasan Turki. Turki mengatakan ini akan menghasilkan tekanan yang tak terhindarkan untuk Kurdi Turki untuk memisahkan diri dan membentuk negara Kurdi.

Dilihat dari pernyataan terbaru politisi Kurdi, SDF telah meninggalkan tujuan politiknya, setidaknya untuk saat ini.

Alasan lain yang AS minta pada Turki, yang tidak mereka dengarkan, adalah bahwa intervensi yang dipimpin Amerika untuk melawan ISIS di Suriah timur dibangun berdasarkan klaim tentang sekutu Kurdi yang mengingkari realitas politik.

Rahasia kotor Amerika yang diklaim oleh pemerintah Obama maupun Trump, bertentangan dengan bukti yang cukup, bahwa kepemimpinan Kurdi pada SDF tidak berkaitan dengan Partai Pekerja Kurdistan atau PKK, yang berada di daftar kelompok teroris AS, Uni Eropa, dan Turki. Tujuan PKK selama ini adalah untuk memecah Turki.

Di Pentagon Kamis (22/2) lalu, seorang juru bicara tidak dapat menjawab pertanyaan seorang reporter mengenai apakah AS telah menjadi sekutu rezim Assad berdasarkan kolaborasi SDF dengan rezim tersebut. Respon tertulis setelah itu juga tidak memberikan kejelasan. Kelompok Kurdi bersenjata di Afrin “bukan mitra koalisi kalahkan-ISIS,” katanya. Kemitraan AS dengan SDF “terbatas dalam lingkup operasi untuk mengalahkan ISIS.”

Seperti yang respon tersebut sarankan, untuk mempertahankan khayalan bahwa ada kelompok SDF yang berbeda, pemerintah AS harus menghindari kenyataan dengan mengerahkan rahasia kotor Amerika. Fraksi Kurdi Suriah sekarang menguasai kota-kota Kurdi di Suriah utara–dan di Afrin–sebenarnya adalah afiliasi PKK di Suriah. Mereka mengganti namanya atas perintah militer AS, dari Pasukan Pelindung Rakyat atau YPG ke Pasukan Demokratik Suriah atau SDF. Namun fraksi yang berbeda, yang menyebut diri mereka SDF, masih mengabdi pada seorang pemimpin yang terikat pada PKK, yang berbasis di Qandil, Irak.

Belum pernah ada bukti mengenai rahasia kotor Amerika tersebut kecuali bagaimana reaksi pasukan SDF di daerah lain di Suriah atas intervensi Turki ke Afrin. Sejumlah tentara Kurdi yang memerangi ISIS bersama dengan tentara AS di Suriah Timur – pihak AS tidak bersedia mengatakan jumlah pastinya – menyeberangi perbatasan rezim Suriah untuk bergabung dengan saudara Kurdinya di Afrin. Keberangkatan tentara Kurdi dari Aleppo minggu lalu merupakan contoh lain dari upaya yang terkoordinasi, jika tidak berlebihan, untuk menyelamatkan wilayah Afrin yang dikuasai oleh Kurdi.

Selain itu, rahasia kotor Amerika ialah bagaimana afiliasi PKK Suriah dapat mendapatkan kekuasaan wilayah Suriah Utara pada awalnya. Kekuasaan tersebut tidak didapatkan melalui pemilu, juga bukan dari kesepakatan publik bersama. Kekuasan mereka terhadap wilayah Suriah utara diberikan oleh Assad kepada mereka pada akhir 2002 bersama dengan artileri, persenjataan, kendaraan militer, penjaga pos, dan petugas lain. Namun Assad masih menguasai bandara di Qamishli, yang merupakan bandara utama di timur laut Suriah, sekaligus pos utama Intelijen Angkatan Udara Suriah, pasukan keamanan paling kuat di Suriah.

Tangan kanan politik YPG, Partai Persatuan Demokrat (PYD), merupakan salah satu dari banyak partai Kurdi, dan dapat dikatakan merupakan partai yang paling tidak populer. Setidaknya setengah juta orang dibawah kekuasan PYD telah melarikan diri ke wilayah kekuasan Pemerintah Regional Kurdistan (KRG) di Irak Utara, menurut laporan dari perwakilan KRG, dan ratusan ribu lainnya melarikan diri ke Turki dan Eropa Barat, menurut laporan imigrasi Kurdi. Salah satu Pegawai Tinggi Departemen di pemerintahan Obama menyebut wilayah yang berada dibawah kontrol PYD sebagai “negara totalitarian-mini.”

Menurut pembelot keamanan rezim Assad, Rezim Assad berpaling ke PYD karena PYD merupakan satu-satunya pihak yang bersedia bekerjasama dengan rezimnya untuk menekan pihak Kurdi yang ingin bergabung dengan pemberontakan internasional. Namun rezim Assad terkenal membuat kesepakatan dengan kekuatan militer tidak wajar yang ada di dalam wilayahnya–mereka memperbolehkan ISIS menguasai Raqqa sebagai sebuah negara dalam negara selama empat tahun impunitas–hanya untuk menelantarkan mereka ketika militer asing mulai menyerang.

Dalam keputusannya untuk berpaling menjadi sekutu sayap PKK Suriah untuk melawan ISIS, AS dengan sengaja atau tidak telah bersekutu dengan rezim Assad dan kemudian melakukan operasi militer yang sangat diinginkan rezim tersebut. Hal tersebut tentu saja menjadi rahasia kotor Amerika di Suriah.

Jadi, apa sebenarnya yang memotivasi Turki untuk melancarkan operasi mereka ke Afrin?

Akibat rahasia kotor Amerika, tidak perlu diragukan bahwa Turki, atas dasar alasan keamanan nasional mereka, ingin menghancurkan atau melemahkan PKK dan sekutu-sekutunya. Tanggapan SDF di Afrin hanyalah memberikan alasan baru bagi Turki untuk melawan militan Kurdi setelah mereka memulai operasi mereka. Dalam waktu dua minggu, SDF telah menembakkan 83 roket dan mortar ke kota-kota di wilayah selatan Turki, membunuh tujuh penduduk sipil, yang salah satunya merupakan pengungsi Suriah.

Erdogan juga telah mengatakan berulang kali bahwa menjatuhkan kekuasan SDF di Afrin akan membuka jalan bagi para pengungsi Suriah untuk kembali ke negara mereka. Sekarang ini Turki menampung 3,5 juta pengungsi Suriah di dalam wilayahnya. Perdana Menteri Turki, Binali Yildirman, mengatakan pada hari Senin (25/2) bahwa 350.000 pengungsi dapat kembali ke rumah mereka setelah operasi ini selesai.

Angka tersebut nampaknya sangat tinggi. Namun tidak perlu diragukan lagi bahwa YPG di Afrin merupakan dalang kaburnya ratusan ribu orang tersebut dari rumah mereka. Dalam sebuah serangan dua tahun lalu yang dilakukan dengan banyaknya dukungan angkatan udara Rusia, Kurdi Afrin keluar dari daerah kantong tersebut dan menuju Azaz, sebuah kota yang berbatasan dengan Turki yang menjadi jalur bantuan internasional kepada jutaan pengungsi Suriah dan merupakan tempat penyimpanan suplai militer angkatan bersenjata anti-rezim.

Dalam perjalanan, YPG menaklukkan kota Tal Rifaat, yang penuh dengan orang-orang Suriah yang mengungsi dari kota-kota lain, sebanyak 100.000 sendiri yang mengungsi dari kota itu.

Menurut Kolonel Abdul Muni’em al Na’asan, komandan Divisi Utara “Tentara Nasional,” pasukan Arab yang didukung Turki yang sekarang bertempur di Afrin, 250.000 warga sipil melarikan diri dari Tal Rifaat dan desa-desa dan kota di sekitar dan sebagian besar mereka sekarang tinggal di kota tenda primitif di daerah tersebut.

Turki juga memiliki tujuan jangka panjang lainnya. Salah satunya adalah untuk memblokir rezim Assad, musuh bebuyutannya, dari mendapatkan kembali pijakan di perbatasan Turki yang bisa mengancam kota-kota Turki selatan lagi. Menguasai Afrin juga akan memfasilitasi pergerakan pasukan Turki dan pemberontak ke provinsi tetangga, Idlib di Suriah, di mana setidaknya 2,5 juta pengungsi Suriah sekarang tinggal.

Turki mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud untuk menetap (dalam perang) di Afrin atau di wilayah lain di Suriah yang sekarang mereka kuasai, namun mereka mempunyai tujuan untuk menggulingkan pemerintahan dan menyerahkan kepada penduduk lokal.

Dalam waktu yang sama, jika Turki dapat mengambil alih Afrin, dan merebut kembali Tal Rifaat, membawa keamanan ke sebagaian wilayah Idlib, dan mungkin, bergerak lebih jauh ke wilayah kota Manbij yang sekarang dikuasai SDF, mereka mungkin akan memiliki nilai tukar yang tinggi di waktu datangnya konferensi perdamaian Suriah.

Roy Gutman telah menjadi jurnalis urusan luar negeri di Washington dan luar negeri selama lebih dari empat dekade. Laporannya untuk Newsday tentang “pembersihan etnis” di Bosnia-Herzegovina, termasuk laporan terdokumentasi pertama dari kamp konsentrasi Serbia, memenangkan Hadiah Pulitzer, George Polk Award untuk laporan luar negeri, Penghargaan Selden Ring untuk laporan investigasi dan penghormatan lainnya.

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Mata Mata Politik.

Sumber : Rahasia Kotor Amerika di Suriah : Aliansi De Facto denggan Assad
 
Top