• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

(Review) Huawei Watch, Smartwatch Alternatif Pilihan

Ophelia

Game Maniacs
Journalist

Kalau harus jujur, saya bukanlah penggemar berat smartwatch / jam tangan pintar. Fungsinya terbatas, daya tahan baterainya rata-rata, & desainnya yg tanggung sudah cukup menjadi alasan bahwa tren perangkat wearable ini membuat saya kurang antusias.

Namun, jika gadget ini tidak datang dari produsen yg itu-itu saja, mungkin antusiasme saya dapat sedikit terangkat. Huawei dikenal dengan gadget-nya yg keren namun terjangkau & jarang menelurkan perangkat mewah. Lagipula reputasi mereka dalam hal itu telah dibajak oleh vendor lain seperti Xiaomi & OnePlus.

Jadi, kalau kamu jarang mengikuti berita teknologi & tak tahu produk Huawei seperti smartphone Nexus 6P, mungkin kabar rilisnya smartwatch Huawei ini akan membuatmu sedikit terkejut.
Baca juga: TukarUntung, Cara Huawei Membuntuti Jejak Sukses Penjualan Online Xiaomi?
Tampilannya memukau
Berbicara soal jam tangan pintar, saya lebih tertarik pada desain membulat seperti Moto 360, Samsung Gear S2, & Huawei Watch yg sayareview ini. Menurut pendapat pribadi saya, gadget dengan desain seperti itulah yg biasa dipakai oleh orang dewasa ketimbang desain persegi seperti juga pada Samsung Gear S & Asus ZenWatch. Bahkan Apple Watch, yg dimensinya lebih tipis, tak mampu menarik perhatian saya.

Apa yg dilakukan Huawei dengan smartwatch terbarunya adalah menciptakan aksesori layaknya gadget. Selama sekitar satu minggu saya mengenakannya, Huawei Watch berhasil mengelabui orang lain yg menganggapnya sebagai jam tangan biasa, namun mereka penasaran juga saat saya sesekali memeriksa notifikasi / hal lainnya.



Bodi dengan bahan logam anti karatnya cukup tangguh & ringan saat dikenakan. Dengan diameter 42 mm & ketebalan 11,3 mm, jam tangan pintar ini terlihat mirip dengan jam tangan yg biasa saya kenakan. Meski saya tetap merasakan kehadirannya di pergelangan tangan saya, jam tangan pintar ini nyaman dikenakan, walau sembari mengetik.

Desainnya mengadopsi jam tangan pria, & mungkin terlalu besar untuk pergelangan tangan perempuan. Mungkin karena alasan itulah Huawei berencana untuk mengumumkan kemunculan smartwatch khusus kaum hawa pada perhelatan CES tahun depan, bersamaan dengan pengumuman suksesor smartwatch mereka saat ini.

Rasanya masih jauh untuk menciptakan desain jam tangan pintar universal yg cocok digunakan baik oleh pria maupun wanita. Terlepas dari ketidaktertarikan saya, Apple Watch menangkap peluang tersebut.
Baca juga: HTC & Masa Kejayaannya yg Terlalu Dini & Singkat [INFOGRAFIS]
Warna yg nyentrik
Huawei Watch dilengkapi layar 1,4 inci dengan teknologi AMOLED yg menyuguhkan resolusi 400 x 400 piksel & kedalaman 286 ppi. Ini menjadikannya jam tangan pintar dengan tampilan paling wah yg beredar di pasaran saat ini.
Layar tammpil secara penuh di Huawei Watch (kiri), sedngkan Moto 360 (kanan) menyisakan sedikit bar hitam

Kombinasi warna nan kaya & hidup berimbas pada tampilan layarnya yg terlihat tajam lagi memukau. Tampilan ini membuat antarmuka ala Google Now milik Android Wear terlihat sesuai dengan apa yg diinginkan Google. Namun yg paling penting, ini artinya smartwatch lain sedang menghadapi pesaing yg keren. Jika Moto 360 menyisakan sedikit bar hitam di dasar layarnya, Huawei Watch memanfaatkan seluruh permukaan layarnya untuk menampilkan keunggulannya.

Perlu dicatat, layarnya tak mati saat kamu tidak sedang menggunakannya, namun beralih ke mode running). Ini menampilkan _watchface & notifikasi dengan versi yg lebih sederhana. Dengan begini, kamu bisa melirik pukul berapa sekarang. Kamu juga bisa kembali beralih ke mode smartwatch hanya dengan mengangkat lenganmu hingga sejajar dengan dada, seperti saat kamu melihat jam di lenganmu saja.

Layarnya dilapisi kristal safir, menjadikannya tahan terhadap goresan & tak mudah lecet. Saya memang tidak membantingnya ke dinding, namun saya tipe orang yg ceroboh & seringkali secara tak sengaja membenturkan jam tangan pada benda-benda yg ada di dalam rumah saya, & smartwatch ini mampu bertahan seminggu tanpa sedikitpun tergores. Jadi, meski gadget ini termasuk ke dalam aksesori sporty, kamu tak khawatir dengan ketangguhan kacanya.

Jam tangan pintar ini juga tahan air, karena telah mengantongi sertifikat IP67. Jadi kamu tak perlu repot harus melindunginya saat kehujanan, / melepasnya ketika sedang mencuci tangan. Namun, sebaiknya dilepas saat kamu berenang.
Salah satu smartwatch dengan tampilan paling memukau saat ini. Tolong abaikan bulu di pergelangan tangan saya

Smartwatch yg saya tes ini hadir dengan tali pengikat berbahan logam yg mempertegas kesan mewahnya. Ada juga tali pengikat berbahan kulit & semi logam yg terlihat sama kerennya.

Huawei Watch memiliki tombol bulat (crown) di pinggirannya, yg semakin membuatnya terlihat seperti jam tangan sungguhan. Namun fungsinya hanya sekadar untuk menyalakan & mematikan layar smartwatch. Tak ada fungsi digital seperti crown yg tersemat pada Apple Watch / bezel Gear S2 yg dapat diputar.
Mengintip jeroannya
Mari kita masuk ke dapur pacunya. Huawei Watch ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 400 dengan clock speed 1,2 GHz, RAM 512 MB, & penyimpanan internal sebesar 4GB. Spesifikasi tersebut hampir mirip dengan smartwatch yg lain, & OS Google Android Wear berjalan memuaskan di gadget yg satu ini.

Ada sedikit lag saat saya membuka aplikasi / menutup notifikasi, namun saya ragu apakah hardware / software-nya yg menjadi penyebab. Tentu saja gadget ini juga dilengkapi sensor gyroscope, barometer, & fungsi getar.

Dengan kapasitas baterai 300 mAh, smartwatch ini dapat menemani kamu hingga satu setengah hari ke depan, tentu dengan pemakaian normal. Saya menggunakannya hampir sepanjang hari, mengatur kecerahan layar pada level maksimum. Biasanya dengan begitu, baterai akan benar-benar habis pada keesokan sore harinya.

Pengisi dayanya terhubung ke konektor empat pin yg terdapat pada bagian belakang jam. Ini menghasilkan bunyi yg asyik terdengar saat charger menempel. Saya kerap gagal mengecas. Dari lima kali usaha saya mengecasnya, jam tangan pintar ini hanya berhasil tersambung satu kali. Sehingga saya harus menggoyang-goyangkan konektornya sedikit supaya tersambung.

Saat berhasil terhubung, proses pengisian dayanya memakan waktu satu jam hingga gadget terisi penuh. Sayang sekali, gadget ini belum mendukung fitur pengisian daya nirkabel.


Siap menjalankan rutinitas
Jadi, apa saja yg bisa dilakukan dengan gadget ini? Saya menggunakannya untuk membaca e-mail, melakukan / menerima panggilan telepon, & memeriksa notifikasi pesan teks; saya dapat membuka Kartu Google Now untuk update informasi cuaca & lalu lintas, saya menghubungkannya dengan Google Fit untuk melacak aktivitas berolahraga, & tak lupa mengatur daftar musik favorit.
Sensor pemantau detak jantung terletak di bagian belakang smartwatch

Tentu saja, untuk menjalankan semua fungsi yg saya sebutkan tadi, gadget ini wajib tersambung ke ponsel kamu via bluetooth. Huawei juga dilengkapi koneksi Wi-Fi, jadi kamu bisa saja meninggalkan ponsel kamu, misalnya di kamar teman, & kamu masih tetap dapat menerima notifikasi.

Sama seperti smartwatch yg lain, Huawei Watch menyertakan fitur kebugaran & kesehatan. Pemantau detak jantung berfungsi dengan semestinya, sedangkan aplikasi bawaannya dapat menghitung langkah kaki, memantau hasil olahraga kamu, & masih banyak lagi. Kedua aplikasi tersebut di rancang dengan baik & ditampilkan dengan indah pada layarnya. Informasi yg disajikannya juga mudah diakses & enak dibaca.
Huawei memiliki fitur pemantau detak jantung & aplikasi kebugaran bawaan (default)

Gadget ini berfungsi dengan baik saat dihubungkan dengan Google Fit, aplikasi yg paling sering saya gunakan. Fitur pemantau detak jantungnya tak begitu istimewa, karena hanya berfungsi sebagai pemantau detak jantung. Hasilnya juga tak begitu akurat.

Namun, secara umum gadget ini andal untuk menghitung langkah kaki & berapa kali saya beranjak dari kursi untuk berjalan-jalan. Gadget ini tak disertai GPS, jadi tetap gunakan ponsel kamu saat menggunakannya untuk berolahraga lari.

Lepas dari itu, penggunaannya sangat bergantung pada OS Android Wear. Jadi pengalaman kamu menggunakannya sangat bervariasi, tergantung seberapa suka / tidaknya kamu terhadap OS ini. Saya sendiri sudah terbiasa nyaman menggunakan Androd Lollipop & Marshmallow dengan perangkat lunak & tipe notifikasi ala kartu Google Now milik Android Wear. Namun, seperti yg sudah disinggung di atas, saya tak begitu mempermasalahkan isu lag-nya.

Satu hal yg harus kamu ingat, Huawei Watch, seperti kebanyakan jam tangan pintar yg ada di saat ini, pada dasarnya merupakan ekstensi dari ponsel kamu. Selama menggunakannya, saya senang dapat melihat e-mail & pesan instan dengan lebih cepat, / memainkan podcast tanpa perlu membuka smartphone. Ya,saya sadar, cepat / lambat, saya harus berbuat sesuatu yg lebih berguna. Saya tak memeriksa e-mail di pergelangan tangan saat sedang berada dalam kereta, karena saya tak mau penumpang lain beranggapan yg aneh-aneh soal saya.
Baca juga: Meski Terlambat, Huawei Akhirnya Perkenalkan Honor 6 Plus di Indonesia
Pantaskah untuk dimiliki?
Jika kamu yakin & tekadmu sudah bulat untuk memiliki smartwatch, lalu kamu adalah seorang fanboy Android, & kamu mempertimbangkan penampilan, Huawei Watch adalah opsi yg mendekati sempurna. Perangkat ini juga dapat dihubungkan dengan perangkat iOS, namun fungsinya terbatas.



Huawei Watch adalah paduan berimbang antara kegunaan & desain. Namun, kamu harus menebus harga yg dua kali lipat lebih mahal dari kebanyakan smartwatch Android lainnya, yaitu sekitar Rp6,5 juta.

Mungkin banderol tersebut sedikit dapat dimaklumi jika smartwatch ini memiliki GPS, pengisian daya nirkabel, & NFCtanpa fitur tersebut, harga mahalnya dapat membuat konsumen urung membelinya. Absennya fitur NFC membuat smartwatch ini kehilangan fungsinya sebagai alat pembayaran cashless.

Secara umum saya masih ragu terhadap perangkat wearable inisaya rasa kita bisa mendapatkan banyak fitur yg sama lewat fitness band dengan harga yg jauh lebih murah. Sementara jam tangan biasa dengan harga setara smartwatch dapat bertahan dalam waktu yg sangat, sangat lama. Meski begitu, Huawei Watch merupakan produk perangkat wearable pertama yg saya pertimbangkan untuk segera dimiliki.
Kelebihan
  • Desain memikat dengan sentuhan mewah
  • Ukurannya besar, namun ringan & cukup premium
  • Tampilan layar berkualitas
  • Tersedia beberapa desain watch face yg dapat dipilih
  • Koneksi Wi-Fi
Kekurangan
  • Harga sama premiumnya
  • Tak ada GPS, NFC, ataupun pengisian daya nirkabel
  • Pemantau detak jantung tak begitu berguna
  • Fitur Android Wear belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan gadget wearable
  • Desainnya hanya cocok digunakan oleh pria
    (Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia & diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

Dikutip dari sini
 
Top