Meski dalam beberapa musim terakhir prestasinya anjlok, FC Internazionale, tetaplah jadi salah satu klub terbesar di Eropa. Sejarah emas di kancah persepakbolaan Italia, Eropa, hingga dunia, sejak didirikan pada 1908 tak bisa berbohong. Yang paling dikenang, tentu saja saat mereka mencapai puncak tertinggi di musim 2009/10, kala berhasil meraih predikat treble winners, dengan menjuarai Serie A Italia, Coppa Italia, dan Liga Champions.
Namun sebelum catatan emas itu terukir, masa kejayaan Inter selalu tertuju pada periode 1964 hingga 1965 kala mereka jadi raja Eropa dua musim beruntun. Saking luar biasanya, skuat Inter kala itu dijuluki "La Grande Inter", yang berarti Inter yang maha hebat.
Dan hari ini jadi momen peringatan setengah abad periode terakhir La Grande Inter. Ya, 27 Mei 1965 adalah kali terakhir La Grande Inter mengangkat Piala Champions, setelah semusim sebelumnya juga berhasil meraih trofi tersebut untuk kali pertama.
Jair da Costa, pahlawan Inter di final Piala Champions 1964/65
Sukses menjuarai Piala Champions musim 1963/64 setelah menghantam Real Madrid 3-1, Inter kembali lolos ke final pada pagelaran berikutnya. Kali ini dengan menghadapi jagoan Portugal, Benfica. Disaksikan oleh 85 ribu penonton, La Beneamata diuntungkan karena mayoritas dari mereka adalah Interisiti, lantaran venue finalnya adalah kandang mereka sendiri, stadion Giuseppe Meazza!
Benfica juga bukan lawan yang bisa dianggap remeh. Dahulu As Aguias merupakan salah satu dari tiga tim terbaik di Eropa. Sebelum duel final hadapi Inter, mereka sudah merasakan tiga final dari empat pagelaran sebelumnya. Dua di antaranya bahkan menampilkan Tim Elang sebagai kampiunnya.
Diperkuat oleh sosok-sosok mentereng macam penyerang terbaik di Eropa kala itu, yakni Eusébio dan José Augusto Torres, Benfica jadi tim tertajam turnamen dengan torehan 29 gol. Dua sosok yang disebut sebelumnya bahkan jadi top skor turnamen, dengan masing-masing mengemas sembilan gol.
Namun Inter siap meladeni ancaman mengerikan Benfica lewat ramuan cattenacio pelatih legendarisnya, Helenio Hererra. Lewat deretan penggawa berkelas di lini belakang macam Guiliano Sarti, Armando Picchi, hingga Giacinto Facchetti, Tim Ular Kobra jadi antitesis Benfica. Jika sang lawan merupakan tim subur, maka mereka adalah tim dengan pertahanan terbaik.
Dengan dibantu oleh hujan deras yang mengguyur stadion, Inter mampu bertahan dengan nyaman menahan serangan Benfica. Aliran serangan cepat ala sang wakil Portugal rusak, karena genangan air di berbagai sisi lapangan stadion. Genangan air itu bahkan jadi petaka bagi The Eagles.
Melalui skema serangan balik, striker andalan Inter, Jair da Costa berhasil membawa timnya unggul 1-0 di menit ke-42. Sepakan menyusur tanah pemain asal Brasil ini mengecoh kiper Benfica, Costa Pereira, akibat genangan air hingga gagal diantisipasi. Gol! Inter unggul 1-0 dan hasil itu bertahan sampai pertandingan usai.
Tak pelak, Inter -- melalui skuat La Grande -- sukses mempertahankan hegemoninya di Eropa. Setelah itu mereka seperti terlelap hingga akhirnya kembali juara 45 tahun kemudian, dengan cara yang lebih luar biasa, yakni treble winners. Skuat juara musim 2009/10 itu kemudian diberi julukan sekuel dari La Grande Inter, yakni La Modern Grande Inter.
liga italia seri a b, liga italia era digital, liga italia tabla, liga italia terkini, liga italia tvri, liga italia klasemen, Sejarah Hari Ini (27 Mei): La Grande FC Internazionale Pertahankan Hegemoni Eropa
Namun sebelum catatan emas itu terukir, masa kejayaan Inter selalu tertuju pada periode 1964 hingga 1965 kala mereka jadi raja Eropa dua musim beruntun. Saking luar biasanya, skuat Inter kala itu dijuluki "La Grande Inter", yang berarti Inter yang maha hebat.
Dan hari ini jadi momen peringatan setengah abad periode terakhir La Grande Inter. Ya, 27 Mei 1965 adalah kali terakhir La Grande Inter mengangkat Piala Champions, setelah semusim sebelumnya juga berhasil meraih trofi tersebut untuk kali pertama.
Jair da Costa, pahlawan Inter di final Piala Champions 1964/65
Sukses menjuarai Piala Champions musim 1963/64 setelah menghantam Real Madrid 3-1, Inter kembali lolos ke final pada pagelaran berikutnya. Kali ini dengan menghadapi jagoan Portugal, Benfica. Disaksikan oleh 85 ribu penonton, La Beneamata diuntungkan karena mayoritas dari mereka adalah Interisiti, lantaran venue finalnya adalah kandang mereka sendiri, stadion Giuseppe Meazza!
Benfica juga bukan lawan yang bisa dianggap remeh. Dahulu As Aguias merupakan salah satu dari tiga tim terbaik di Eropa. Sebelum duel final hadapi Inter, mereka sudah merasakan tiga final dari empat pagelaran sebelumnya. Dua di antaranya bahkan menampilkan Tim Elang sebagai kampiunnya.
Diperkuat oleh sosok-sosok mentereng macam penyerang terbaik di Eropa kala itu, yakni Eusébio dan José Augusto Torres, Benfica jadi tim tertajam turnamen dengan torehan 29 gol. Dua sosok yang disebut sebelumnya bahkan jadi top skor turnamen, dengan masing-masing mengemas sembilan gol.
Namun Inter siap meladeni ancaman mengerikan Benfica lewat ramuan cattenacio pelatih legendarisnya, Helenio Hererra. Lewat deretan penggawa berkelas di lini belakang macam Guiliano Sarti, Armando Picchi, hingga Giacinto Facchetti, Tim Ular Kobra jadi antitesis Benfica. Jika sang lawan merupakan tim subur, maka mereka adalah tim dengan pertahanan terbaik.
Dengan dibantu oleh hujan deras yang mengguyur stadion, Inter mampu bertahan dengan nyaman menahan serangan Benfica. Aliran serangan cepat ala sang wakil Portugal rusak, karena genangan air di berbagai sisi lapangan stadion. Genangan air itu bahkan jadi petaka bagi The Eagles.
Melalui skema serangan balik, striker andalan Inter, Jair da Costa berhasil membawa timnya unggul 1-0 di menit ke-42. Sepakan menyusur tanah pemain asal Brasil ini mengecoh kiper Benfica, Costa Pereira, akibat genangan air hingga gagal diantisipasi. Gol! Inter unggul 1-0 dan hasil itu bertahan sampai pertandingan usai.
Tak pelak, Inter -- melalui skuat La Grande -- sukses mempertahankan hegemoninya di Eropa. Setelah itu mereka seperti terlelap hingga akhirnya kembali juara 45 tahun kemudian, dengan cara yang lebih luar biasa, yakni treble winners. Skuat juara musim 2009/10 itu kemudian diberi julukan sekuel dari La Grande Inter, yakni La Modern Grande Inter.
liga italia seri a b, liga italia era digital, liga italia tabla, liga italia terkini, liga italia tvri, liga italia klasemen, Sejarah Hari Ini (27 Mei): La Grande FC Internazionale Pertahankan Hegemoni Eropa