Berita Internet (IT) N3, yang memberikan informasi terbaru kepada users N3 tentang IT pada khususnya dan lainnya pada umumnya. Sistem Enkripsi Menjadi Celah Bagi Penjahat Siber
Perusahaan keamanan informasi, Blue Coat Systems, Inc, mengumumkan hasil riset yg menunjukkan bahwa semakin maraknya penggunaan sistem enkripsi untuk mengamankan data justru menciptakan kondisi yg sempurna bagi para penjahat siber untuk melakukan serangan.
Penjahat siber dapat menyelipkan malware di dalam data transaksi yg dienkripsi, & bahkan dapat membuat malware cerdas yg dapat menghindari deteksi keamanan. Berdasarkan laporan Blue Coat terkini yg berjudul 2014 Security Report The Visibility Void, penyalahgunaan jalur lalu lintas data terenkripsi menjadi semakin populer di kalangan penjahat siber. Hal tersebut dikarenakan serangan malware dapat memanfaatkan sistem enkripsi sebagai tempat persembunyian dari sistem keamanan.
Penyebab lainnya adalah penggabungan situs yg berumur pendek or yg biasa dikenal dengan One-Day Wonders, dengan enkripsi membuat perusahaan bisa saja tidak menyadari bahwa dirinya se&g diserang karena merasa terlindungi oleh sistem enkripsi.
Penggunaan enkripsi di berbagai jenis situs web, baik bisnis & konsumen, malah meningkatkan kekhawatiran mengenai keamanan pribadi. Saat ini, delapan dari 10 situs web yg teratas di dunia menurut Alexa memiliki teknologi enkripsi SSL di seluruh bagian dari situs mereka. Contohnya, raksasa teknologi dunia semisal Google, Amazon & Facebook, sudah berpindah ke model always on HTTPS untuk mengamankan data yg dialirkan melalui enkripsi SSL.
Aplikasi yg penting bagi bisnis, contohnya penyimpanan file, pencarian, software bisnis berbasis cloud serta media sosial, sudah sejak lama menerapkan enkripsi untuk melindungi data yg dialirkan. Walau demikian, tidak a&ya visibilitas ke dalam lalu lintas data tersebut malah menjadi ancaman keamanan bagi banyak perusahaan karena banyak penyalahgunaan SSL yg tidak bisa terdeteksi oleh perangkat keamanan.
Sebagai hasilnya, enkripsi memberi jalan bagi suatu bentuk ancaman supaya tidak terdeteksi oleh lapisan keamanan, & menimbulkan kebocoran data di dalam sistem perusahaan. Dalam periode tujuh hari, Blue Coat Labs menemukan lebih dari 100,000 permintaan yg berasal dari para pelanggan mengenai informasi keamanan situs-situs yg menggunakan protokol keamanan enkripsi HTTPS untuk mengatasi & mengendalikan penyebaran malware.
Kebutuhan keamanan perusahaan harus diimbangi dengan kebijakan kerahasiaan pribadi serta kepatuhan terhadap peraturan. Karena. Dalam mengaplikasikan hal tersebut para karyawan harus patuh terhadap kebijakan keamanan sambil tetap mengamankan diri dari ancaman yg ada dalam lalu lintas data terenkripsi.
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenSistem Enkripsi Menjadi Celah Bagi Penjahat Siber diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber
Perusahaan keamanan informasi, Blue Coat Systems, Inc, mengumumkan hasil riset yg menunjukkan bahwa semakin maraknya penggunaan sistem enkripsi untuk mengamankan data justru menciptakan kondisi yg sempurna bagi para penjahat siber untuk melakukan serangan.
Penjahat siber dapat menyelipkan malware di dalam data transaksi yg dienkripsi, & bahkan dapat membuat malware cerdas yg dapat menghindari deteksi keamanan. Berdasarkan laporan Blue Coat terkini yg berjudul 2014 Security Report The Visibility Void, penyalahgunaan jalur lalu lintas data terenkripsi menjadi semakin populer di kalangan penjahat siber. Hal tersebut dikarenakan serangan malware dapat memanfaatkan sistem enkripsi sebagai tempat persembunyian dari sistem keamanan.
Penyebab lainnya adalah penggabungan situs yg berumur pendek or yg biasa dikenal dengan One-Day Wonders, dengan enkripsi membuat perusahaan bisa saja tidak menyadari bahwa dirinya se&g diserang karena merasa terlindungi oleh sistem enkripsi.
Penggunaan enkripsi di berbagai jenis situs web, baik bisnis & konsumen, malah meningkatkan kekhawatiran mengenai keamanan pribadi. Saat ini, delapan dari 10 situs web yg teratas di dunia menurut Alexa memiliki teknologi enkripsi SSL di seluruh bagian dari situs mereka. Contohnya, raksasa teknologi dunia semisal Google, Amazon & Facebook, sudah berpindah ke model always on HTTPS untuk mengamankan data yg dialirkan melalui enkripsi SSL.
Aplikasi yg penting bagi bisnis, contohnya penyimpanan file, pencarian, software bisnis berbasis cloud serta media sosial, sudah sejak lama menerapkan enkripsi untuk melindungi data yg dialirkan. Walau demikian, tidak a&ya visibilitas ke dalam lalu lintas data tersebut malah menjadi ancaman keamanan bagi banyak perusahaan karena banyak penyalahgunaan SSL yg tidak bisa terdeteksi oleh perangkat keamanan.
Sebagai hasilnya, enkripsi memberi jalan bagi suatu bentuk ancaman supaya tidak terdeteksi oleh lapisan keamanan, & menimbulkan kebocoran data di dalam sistem perusahaan. Dalam periode tujuh hari, Blue Coat Labs menemukan lebih dari 100,000 permintaan yg berasal dari para pelanggan mengenai informasi keamanan situs-situs yg menggunakan protokol keamanan enkripsi HTTPS untuk mengatasi & mengendalikan penyebaran malware.
Kebutuhan keamanan perusahaan harus diimbangi dengan kebijakan kerahasiaan pribadi serta kepatuhan terhadap peraturan. Karena. Dalam mengaplikasikan hal tersebut para karyawan harus patuh terhadap kebijakan keamanan sambil tetap mengamankan diri dari ancaman yg ada dalam lalu lintas data terenkripsi.
N3 tidak bisa memberikan klarifikasi berita diatas adalah benar 100% karena kontenSistem Enkripsi Menjadi Celah Bagi Penjahat Siber diatas dikutip dari Internet secara gamblang.
Sumber