• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Suara untuk GO-JEK dari para driver

Ophelia

Game Maniacs
Journalist

Hampir tiada hari berlalu tanpa berita tentang GO-JEK, aplikasi ojek online yg sukses menjadi sorotan tahun ini. Kalangan media, termasuk Tech in Asia, mengamati setiap gerak-gerik perusahaan yg baru seumur jagung ini. GO-JEK merupakan contoh konkret dari berkembangnya ekonomi digital Indonesia. Namun, potretnya tak selalu nampak indah.

Semua berawal dari driver ojek konvensional yg memprotes kehadiran sistem baru aplikasi on-demand buatan Go-Jek.
Spanduk anti GO-JEK & GrabBike di area Pancoran, Jakarta

Setelah itu, langkah GO-JEK seakan tak terhentikan. Janji GO-JEK terhadap para mitra (pemasukan melimpah & efisiensi) & penumpangnya (lebih aman, ongkos promo murah) lebih nyaring daripada suara mereka yg ragu. Pertengahan tahun ini, GO-JEK menjaring puluhan ribu driver baru ke dalam jaringan mitra mereka lewat acara perekrutan akbar. Namun, banyak kepala berarti banyak masalah.

Baca juga: Kebijakan GO-JEK Suspend Ribuan Driver Terlalu Buru-Buru?
Langkah menyikapi order fiktif
Beberapa minggu ke belakang, sebagian driver GO-JEK menyuarakan kekecewaan mereka terhadap perusahaan. Perubahan yg diambil perusahaan terhadap struktur kompensasi driver-nya berujung pada demonstrasi berskala kecil di Jakarta. Kemudian suspend sementara, dilayangkan terhadap sekitar 7.000 driver yg dituduh melakukan kecurangan, berbuntut protes dengan skala lebih besar di Denpasar. Pemandangan serupa juga dilaporkan terjadi di Bandung.
Drivers GO-JEK berunjuk rasa di kota Bandung

Kemungkinan memang ada sebagian driver yg mempermainkan sistem order milik GO-JEK. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat order fiktif. Latakanlah dari ponsel milik teman. Driver bersangkutan kemudian mengambil order & menerima pembayaran, meski kenyataannya ia tidak beroperasi di lapangan. Namun, driver yg melakukan aksi protes bersikukuh bahwa mereka tidak melakukan kecurangan. Mereka juga mengatakan kalau mereka tak diberi peringatan sebelum akun mereka dibekukan. Sementara denda yg diminta GO-JEK juga tak main-main.

Founder GO-JEK, Nadiem Makarim, dalam pernyataan singkatnya, berdalih bahwa perusahaannya telah memiliki bukti yg cukup terhadap para driver-nya. Ia merasa perlu mengambil sikap tegas untuk mencegah kejadian serupa terulang lagi di masa depan.

Meski begitu, sama seperti kemungkinan terjadinya kecurangan yg dilakukan driver, mungkin juga order fiktif tersebut terjadi karenakan kesalahan dari pihak GO-JEK sendiri. GO-JEK tak secara gamblang mengungkapkan bagaimana / seperti apa kesalahan yg mereka maksud. Juru bicara perusahaan mengatakan kepada Tech in Asia bahwa GO-JEK sedang dalam proses menyelesaikan setiap masalah suspend para driver-nya, kasus demi kasus.
Nadiem Makarim mengeluarkan pernyataan lewat akun Facebook perusahaan. Ia menuduh 7.000 driver telah melakukan kecurangan & diberi kesempatan untuk tetap bekerja sama dengan GO-JEK dengan membayar sejumlah denda.

7.000 driver adalah angka yg tak seberapa. Terlebih jika dibandingkan dengan 200.000 driver yg GO-JEK klaim telah menjadi mitra mereka. Tidak ada dampaknya jika GO-JEK membuat marah, / bahkan kehilangan, beberapa mitranya. Kejadian ini, bagi sebagian orang, membuat GO-JEK terlihat sebagai perusahaan yg kejam. Mereka tanpa kompromi membekukan akun driver & mendikte peraturannya.

Terlepas dari kontroversi yg ada, banyak driver yg masih menyuarakan keberpihakannya terhadap GO-JEK & bangga akan profesi mereka. Keberadaan kafe tempat rehat driver GO-JEK di berbagai sudut kota adalah buktinya.

Driver Go-Jek berkumpul di tempat seperti Warkop Go-Jek di Jalan Satrio, Jakarta Pusat untuk sekadar beristirahat, bergosip, bertukar informasi, saling membantu perihal masalah teknis, sambil mengisi ulang baterai smartphone mereka.
Warkop GO-JEK

Hidayat, Sadarno & Lokot adalah tiga driver yg saya temui di warkop GO-JEK. Mereka ternyata mengikuti pemberitaan di media akhir-akhir ini mengenai GO-JEK. Ketiganya bergabung dengan GO-JEK sekitar empat bulan yg lalu, setelah lolos dari rekrutmen akbar pada bulan Agustus. Bersama-sama, kami mengidentifikasi tiga hal yg dapat GO-JEK tingkatkan untuk menghapus citra kejam mereka.

Baca juga: Pengguna GO-JEK Diteror Setelah Memberikan Bad Review!
1. Bagaimana GO-JEK memperlakukan mitra driver
Tak satu pun dari mereka yg saya wawancara pernah mendapat suspend, namun mereka kompak mengatakan bahwa komunikasi perusahaan dengan driver seharusnya bisa lebih baik lagi.

Kami dipanggil mitra, namun kami tak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, ujar Hidayat, yg paling aktif berbicara di antara yg lain. Saat mereka mengubah skema tarif, kami tak dimintai pendapat. Jika kami memang mitra, seharusnya kami juga dilibatkan, dong, tambahnya.

Hidayat juga mengkritisi perusahaan karena mempekerjakan terlalu banyak driver dalam waktu singkat. Dulunya kami, para driver, adalah satu kesatuan yg saling mendukung satu sama lain. Namun sekarang kami saling bersaing. Saat ini lebih sulit untuk mendapatkan orderan, ucapnya. Hidayat merasa kalau GrabBike lebih berhasil dalam menyelaraskan kebutuhan dengan permintaan. GrabBike mempekerjakan driver baru secara bertahap, & memastikan kalau setiap tahapnya mendapatkan order yg cukup. kata dia.
Hidayat (kiri) & Sadarno (kanan) telah bergabung dengan GO-JEK selama empat bulan.

Sebelumnya driver GO-JEK bisa diam di satu lokasi & menunggu orderan datang. Saat ini mereka haruskan proaktif untuk berkeliling & mencari orderan calon penumpang. Menurut Hidayat, Driver yg cerdas menemukan sebuah metode menggunakan aplikasi FakeGPS.
Lewat aplikasi ini, driver dapat memalsukan lokasinya untuk mencari order tanpa harus keliling. Namun, Hidayat menambahkan, penggunaan aplikasi ini sudah dilarang.

Belum jelas apakah penggunaan aplikasi ini dianggap salah satu kecurangan dalam pertimbangan GO-JEK, / bagaimana cara GO-JEK mengetahuI driver mana yg menggunakan aplikasi ini. Saat dimintai keterangan mengenai isu FakeGPS, juru bicara GO-JEK memilih tutup mulut. Hidayat bersikukuh kalau menggunakan FakeGPS tidak melanggar, sebab order yg diambil bukan fiktif.

Driver Go-Jek tak memiliki organisasi formal / badan perwakilan. Belum ada yg bersedia berbicara mewakili pihak driver untuk menyatakan keberatannya kepada manajemen. Membangun badan perwakilan adalah hal yg dapat GO-JEK lakukan untuk mewadahi mediasi konflik di kemudian hari. Di Amerika Serikat, Asosiasi driver berbasis aplikasi mulai bermunculan.
2. Fokus pada inti produk
Semua setuju kalau aplikasi Go-Jek seringkali error. Bagi masyarakat Indonesia, error berarti sering gangguan & tak dapat diandalkan. Sebagai penumpang tetap dari Go-Jek, saya seringkali mengalami masalah tersebut. Order membeku / tak bisa dibatalkan.

Jika aplikasi tak berfungsi, call center sulit untuk dihubungi. Driver GO-JEK tampaknya mengalami hal demikian. Jika driver dinilai dari jumlah order ganda, pembatalan order, & data lain yg terlacak oleh aplikasi, prioritas GO-JEK seharusnya adalah meningkatkan performa & keandalan aplikasinya.

Namun alih-alih berusaha meningkatkan stabilitas aplikasi & memperbaiki kekurangan fungsi produk utamanya, GO-JEK malah mengeluarkan fitur baru & mengumumkan akan ada jajaran produk baru lagi pada tahun depan.
3. Merilis lebih banyak data
Ketiga driver yg berbincang dengan saya di warkop ini belum pernah bekerja sebagai tukang ojek konvensional. Hidayat bekerja di sebuah kafe di kawasan bisnis Jakarta. Ia mencoba peruntungan sebagai driver GO-JEK karena ingin lebih leluasa dalam bekerja. Lokot & Sudarno sebelumnya menjalani profesi sebagai pedagang keliling sebagai usaha sampingan. Bagi mereka, menjadi driver GO-JEK adalah sumber pemasukan utama.

Namun mereka prihatin terhadap driver yg menggantungkan pemasukkan utamanya pada GO-JEK. Ketiganya bahkan mengusulkan agar driver yg tak memiliki pekerjaan lain diberi order lebih banyak.
Mereka memanfaatkan tempat ini sebagai ajang berkumpul & untuk saling membantu sesama driver

GO-JEK punya data dalam jumlah besar mengenai orang yg bekerja di sektor informal. Mereka juga ingin berperan yg lebih besar dalam industri pelayanan di Indonesia lewat produk GO-LIFE-nya.

GO-JEK dapat memperbaiki citra mereka di depan pubik dengan merilis lebih banyak data. Berapa banyak mitra mereka saat ini yg menggantungkan hidupnya dengan menjadi driver GO-JEK? Berapa banyak yg melakukannya hanya sebagai kerja sambilan? Berapa banyak yg beralih dari driver ojek konvensional menjadi driver GO-JEK? Selain dapat membantu kita memahami dampak layanan ondemand, data tersebut dapat memberikan informasi yg berharga mengenai sektor tenaga kerja informal di Indonesia.
Loyalitas bukan jaminan
Hidayat, Sudarno & Lokot menyadari bahwa GO-JEK adalah peluang bagi mereka saat ini, namun bukan berarti untuk selamanya Kami mampu bertahan sebelum ada GO-JEK & akan tetap bertahan meski tanpa Go-Jek, ujar Hidayat. Dirinya mengatakan kalau saat ini ia masih setia dengan GO-JEK, namun juga mempertimbangkan untuk bergabung dengan layanan yg lainjika mendapatkan penawaran yg lebih baik. Driver memperhatikan hal detail: mereka mengkritisi GO-JEK yg membatasi kesempatan untuk menarik uang dari akun mereka. Di lain pihak, GrabBike mentransfer uangnya, hal yg lebih mereka sukai.
Lokot (Kiri), Sulaiman (tengah) bergabung dalam percakapan.

Mampukah GO-JEK menjaga loyalitas jaringan mereka yg berjumlah 200.000 driver begitu promosi murah buat penumpang berakhir? Ada banyak aplikasi alternatif yg menunggu peluang untuk masuk di ceruk yg sama. Salah satunya adalah U-Hop. Aplikasi asal Filipina ini berencana melebarkan sayapnya ke Indonesia dengan armada sepeda motor on-demand-nya sendiri bulan ini.

Founder U-Hop, Marvin Dela Cruz, cukup kritis terhadap GO-JEK. Ia mengatakan kalau driver pantas mendapatkan penghargaan yg lebih baik. Ia yakin sistem yg ditawarkan U-Hop, yg menawarkan sistem langganan bulananan, jauh lebih baik dalam menyediakan keamanan bagi driver-nya. Alasannya karena driver akan mendapatkan honor tetap. U-Hop bahkan akan mengenakan tarif pemesanan lebih murah, dari layanan on-demand yg sudah ada, kepada para pelanggannya.

GO-JEK tak lama lagi akan berkompetisi dari berbagai perusahaan yg punya ide baru, model kompensasi alternatif bagi driver, & menerapkan sikap pro-driver. GO-JEK harus segera menghapus kesan buruk perusahaan mereka untuk mempertahankan kesetiaan pelanggan serta driver-nya.
Baca juga: Go-Jek, Uber, & Layanan Sejenisnya Membuat Orang Jakarta Lengah

(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia & diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)

Dikutip dari sini
 
Top