Ekonomi digital di Indonesia tumbuh seiring dengan jumlah venture capital yg masuk ke dalam ekosistem ini. Namun, seberapa besar pertumbuhannya?
Database Tech in Asia merekam investasi startup yg terjadi di
Indonesia sejak tahun 2011. Dalam grafik perbandingan tahunan ini, kami coba mengalkulasikan pola yg ada dalam perkembangan pendanaan tersebut.
Sebelumnya perlu digaris bawahi, banyak perusahaan yg memilih untuk tidak membeberkan putaran pendanaan mereka / menolak membocorkan rincian pendanaan yg mereka himpun. Alasan mereka bisa bervariasi, misalkan mereka ingin menyembunyikan keunggulan / kekurangan kompetitif mereka, ada juga yg ingin menghindar dari pajak.
Belum lagi startup lokal yg bukan asli Indonesia namun sukses terus bermunculan, & hal tersebut sedikit memengaruhi pendanaan startup asli Indonesia. Contohnya adalah Lazada milik Rocket Internet / aCommerce yg berbasis di Thailand.
Hal lain yg perlu diingat, ekosistem teknologi di Indonesia masih relatif kecil, sehingga putaran pendanaan dengan nilai besar yg diraih satu startup menghasilkan lonjakan yg bertahan sepanjang tahun.
Perhatikan grafik di bawah ini:
Meningkatnya jumlah pendanaan
Pendanaan startup di Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2014. Investasi $100 juta (sekitar Rp1,38 triliun) yg diraih Tokopedia menjadi pemicu utamanya. Investasi tersebut benar-benar mengubah skala investasi yg ada di Indonesia. Investasi startup yg terjadi sebelum tahun 2014 hanya mencapai puluhan miliar, / bahkan kurang dari itu.
Pada tahun 2015, raihan pendanaan sebesar $500 juta (sekitar Rp6,92 triliun) yg diumumkan oleh e-commerce pendatang baru, MatahariMall, berkontribusi terhadap lonjakan pertumbuhan yg terus berlanjut. Matahari didukung penuh oleh Lippo Group, konglomerat Tanah Air. Jumlah putaran pendanaan tersebut masih belum jelas, & kemungkinan Mataharimall belum menerima pendanaan tersebut secara penuh.
Terakhir, ada satu startup yg menjadi pusat perhatian pada tahun 2015 namun jumlah pendanaannya tak disertakan dalam grafik di atas: GO-JEK. Aplikasi pemesanan ojek online ini mengonfirmasi putaran pendanaan dari Sequoia Capital pada bulan Oktober, namun tak merinci berapa angka yg mereka dapatkan. Majalah Forbes menaksir investasinya ada di angka $200 juta (sekitar Rp2,76 triliun).
Mari kita lihat kembali grafiknya tanpa menyertakan investasi gila-gilaan MatahariMall & menggantinya dengan investasi $200 juta milik GO-JEK.
Peningkatan jumlah pendanaan tanpa MatahariMall, plus GO-JEK
Kurva tersebut tetap menunjukkan lompatan pendanaan yg signifikan selama tahun 2014, namun pertumbuhan dalam satu tahun lebih linear ketimbang melonjak tajam. Sekali lagi, karena ada startup yg seringkali tidak mengumumkan raihan pendanaan mereka, jumlah pendanaan yg terjadi mungkin berada pada hasil antara kedua versi grafik ini.
Pertumbuhan seed funding stabil, namun tahap selanjutnya sulit diprediksi
Dengan melihat investasi per tahap, kita bisa tahu kalau kurva pendanaan tahap awal (seed investment) relatif konstan. Tahap A & B berubah signifikan setelah tahun 2013, namun pola pertumbuhannya masih sulit diprediksi. Namun, beberapa startup dengan prestasi baik mampu naik ke tahap pendanaan berikutnya.
Bahkan, pola semakin sulit diprediksi jika kita memasukkan data tahap pendanaan selanjutnya seperti yg diterima MatahariMall. Karena, ini tergolong ke dalam tahap investasi startup yg umum.
Jumlah investasi
Gambaran paling nyata pada ekosistem startup tahap awal adalah jumlah investasi yg tercatat. Terjadi peningkatan jumlah startup yg layak mendapat investasi di Indonesia, sehingga menarik perhatian VCbaik asing maupun domestik. Pada tahun-tahun yg akan datang, semoga saja informasi yg lebih banyak & adanya transparansi dapat berdampak pada data yg lebih dapat diandalkan keakuratannya.
Baca juga: Siapa Pahlawan Startup di Indonesia Versi Kamu?
(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia Ahmad & Diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
Dikutip dari sini