Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Dr Ahmad Zahid Hamidi telah menerima beragam kecaman karena menyatakan bahwa bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Pulau Sulawesi di Indonesia dan menewaskan ribuan warga pada akhir bulan September 2018 terjadi karena tindakan terlarang dari komunitas kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Selama sesi parlemen pada hari Selasa (23/10), Zahid mengatakan bahwa Malaysia juga bisa menghadapi kemarahan Tuhan jika budaya LGBT di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut dibiarkan berkembang.
“Jika kita melihat situasi di Malaysia, kita prihatin atas insiden gempa dan tsunami di Palu, Indonesia, baru-baru ini, di mana diyakini lebih dari 1.000 orang terlibat dalam kegiatan tersebut,” katanya, seperti dikutip The Star. “Tapi seluruh area hancur sebagai bagian dari azab Tuhan.”
Pernyataan itu adalah bagian dari pertanyaannya kepada menteri urusan agama saat ini, Dr Mujahid Yusof Rawa, tentang peran Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), lembaga pemerintah yang mengatur urusan agama Islam, dalam memerangi komunitas LGBT “untuk menghindari azab serupa dari Tuhan.”
Sebagai tanggapan, Mujahid mengatakan bahwa pemerintah tetap jelas pada sikapnya terhadap budaya LGBT, meskipun pemerintah akan mengambil pendekatan yang berbeda untuk mengatasi masalah ini.
“Sebagai Muslim, kami percaya bahwa setiap bencana yang terjadi terjadi secara alami dengan izin dari Tuhan,” kata Mujahid.
Sementara pemerintah Malaysia mengakui budaya LGBT sebagai “masalah,” Mujahid mengatakan bahwa masalah itu “masih berada di bawah kendali.”
“Saya pikir tidak sesederhana itu jika kita melakukan sesuatu kemudian kita akan mendapatkan murka Tuhan. Apa yang perlu kita lakukan sekarang adalah menemukan cara untuk mengatasi masalah itu,” kata Mujahid, menambahkan bahwa komunitas LGBT sering dikesampingkan dari budaya arus utama.
Baca Sumber
Selama sesi parlemen pada hari Selasa (23/10), Zahid mengatakan bahwa Malaysia juga bisa menghadapi kemarahan Tuhan jika budaya LGBT di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut dibiarkan berkembang.
“Jika kita melihat situasi di Malaysia, kita prihatin atas insiden gempa dan tsunami di Palu, Indonesia, baru-baru ini, di mana diyakini lebih dari 1.000 orang terlibat dalam kegiatan tersebut,” katanya, seperti dikutip The Star. “Tapi seluruh area hancur sebagai bagian dari azab Tuhan.”
Pernyataan itu adalah bagian dari pertanyaannya kepada menteri urusan agama saat ini, Dr Mujahid Yusof Rawa, tentang peran Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), lembaga pemerintah yang mengatur urusan agama Islam, dalam memerangi komunitas LGBT “untuk menghindari azab serupa dari Tuhan.”
Sebagai tanggapan, Mujahid mengatakan bahwa pemerintah tetap jelas pada sikapnya terhadap budaya LGBT, meskipun pemerintah akan mengambil pendekatan yang berbeda untuk mengatasi masalah ini.
“Sebagai Muslim, kami percaya bahwa setiap bencana yang terjadi terjadi secara alami dengan izin dari Tuhan,” kata Mujahid.
Sementara pemerintah Malaysia mengakui budaya LGBT sebagai “masalah,” Mujahid mengatakan bahwa masalah itu “masih berada di bawah kendali.”
“Saya pikir tidak sesederhana itu jika kita melakukan sesuatu kemudian kita akan mendapatkan murka Tuhan. Apa yang perlu kita lakukan sekarang adalah menemukan cara untuk mengatasi masalah itu,” kata Mujahid, menambahkan bahwa komunitas LGBT sering dikesampingkan dari budaya arus utama.
Baca Sumber