• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

Liga Inggris CATATAN: Mengkaji Ulang Kebutuhan Pokok Liverpool

Bola

SBOBET
Journalist
Ketika sebuah tim mengalami kegagalan di atas lapangan, selalu ada duduk perkara yang menjadi penyebabnya. Tak heran, media pun menyorot perkara tersebut dan melahapnya dengan senang hati; entah perkara seputar kontrak, gaya bermain, kedisiplinan, transfer pemain, atau perkara lainnya. Apalagi kalau klub tersebut punya sejarah besar dan belum lama mengejutkan publik, tentu analisis media akan makin sadis dan buas.

Liverpool baru saja mengalami hal tersebut. Sukses mengamankan kursi runner-up Liga Primer Inggris di musim 2013/14, mereka malah sempat terdampar di papan tengah, dan finis keenam di musim selanjutnya. Sontak begitu banyak analisis yang coba menguak akar permasalahan mereka; kepergian Luis Suarez? Ketidakhadiran penyerang tajam? Transfer yang tidak efektif? Mengabaikan prospek kontrak?

Bisa dikatakan kalau semua itu merupakan akar permasalahan dalam proses kejatuhan Liverpool. Lalu ketika musim 2014/15 berakhir dan musim 2015/16 menjelang, The Reds mendaratkan tiga nama yakni, James Milner dari Manchester City, Danny Ings dari Burnley, dan terkini Adam Bogdan dari Bolton Wanderers. Tiga nama (kecuali Milner) yang mungkin kurang cocok dengan ambisi dan harapan besar suporter The Reds, apalagi kalau bercermin pada kejayaan masa lalu laskar Anfield.

Berangkat dari fakta tersebut, tahulah kita bahwa apa yang menjadi kebutuhan pokok laskar Anfield bukanlah penyerang, gelandang, taktik, maupun kontrak panjang untuk para pemain. Liverpool satu hal yang melampaui semua itu, satu sosok yang mampu menjaga keselarasan tim secara sempit dan klub secara keseluruhan.

Liverpool butuh satu sosok cerdas sebagai Direktur Sepakbola.



Txiki Begiristain, Manchester City, contoh Direktur Sepakbola yang sukses.​

Perekrutun direktur sepakbola atau direktur olahraga atau direktur teknik, merupakan hal yang wajar di kancah Eropa. Budaya ini masih dipertanyakan oleh suporter serta pundit seputar Inggris, namun Chelsea dan Manchester City merupakan contoh klub yang berhasil menerapkannya. Nama Txiki Begiristain (City) dan Michael Emenalo (Chelsea) bahkan disebut sebagai salah satu otak di balik kesuksesan dua klub tersebut.

Peran direktur sepakbola memang masih rancu, namun secara singkat, mereka bertugas untuk menjaga idealisme klub. Mereka harus memastikan kalau pemain serta staf kepelatihan yang datang sesuai dengan kebutuhan dan filosofi klub. Masalah negosiasi kontrak, media-handling, serta masalah luar lapangan lainnya juga menjadi tanggung jawab mereka. Jadi ketika seorang manajer dipecat, tidak akan ada kekacauan besar di luar lapangan.

Pentingnya keberadaan Direktur Olahraga di Liverpool tentu sudah terlihat jika kita simak permasalahan klasik berikut.

TRANSFER GAGAL​



Dalam beberapa tahun terakhir, Liverpool punya masalah dalam perekrutan pemain. Adapun keputusan transfer dalam periode tersebut ditentukan lewat rapat komite yang berisi Ian Ayre (CEO), Dave Fallows (kepala pencari bakat), Michael Edwards (kepala analis), dan Brendan Rodgers.

Contoh nyata dari transfer bermasalah ialah Simon Mignolet – penjaga gawang bagus, tapi tak sesuai dengan gaya bermain yang diinginkan Rodgers. Sangat lucu ketika Liverpool mendatangkan kiper yang tak terbiasa mengatur permainan, sementara mereka ingin menerapkan permainan yang dimulai dari belakang.

Dejan Lovren adalah contoh kegagalan lainnya. Lovren merupakan tipe pemain yang tak mengunggulkan kecepatan dan sering membuat kesalahan. Ketika di Southampton, ia dikawal oleh dua gelandang bertahan yang tangguh sedangkan ia tak mendapat kemewahan tersebut di Anfield. Wajar kalau performanya memburuk sejak datang ke Liverpool karena ia tak biasa dengan daerah kawalan yang luas.

Iago Aspas, Fabio Borini, Rickie Lambert, dan Mario Balotelli juga tak sesuai dengan sepakbola Liverpool. Lambert tak puncak kecepatan, Balotelli minim daya juang, sementara Borini tak punya kualitas sebagai pembunuh di depan gawang.

Musim lalu, Liverpool memboroskan £107 juta untuk pemain yang tak cukup bagus atau tak sesuai dengan gaya sepakbola mereka. Sebut saja pemain muda seperti Tiago Illori, Luis Alberto, Lazar Markovic, dan Alberto Morini yang perannya di Anfield masih dipertanyakan.

Jika Liverpool punya Direktur Sepakbola – dengan catatan, ia berkoordinasi dengan Rodgers – tentu transfer mubazir seperti ini takkan terjadi. Setidaknya, ia bakal menyesuaikan pembelian dengan gaya main klub – dan keselarasan ini tak tampak dalam transfer Milner, Ings, dan Bogdan!

MASALAH KONTRAK​



Keterlambatan klub dalam memperpanjang kontrak pemain turut memberikan efek domino pada Liverpool.Kontrak Steven Gerrard seharusnya tak jadi bahasan di media dan dipertanyakan.

Kontrak sang kapten seharusnya mendapat perpanjangan lebih atau malah sudah dipastikan berakhir musim ini. Seorang legenda hidup yang telah memberikan banyak hal pada Liverpool tak seharusnya mendapat perlakuan buruk di musim terakhirnya.

Setelah tersebut, kontrak Raheem Sterling juga memicu spekulasi dan menghadirkan masalah lain bagi Liverpool. Bisa dibilang, ini merupakan masalah tidak penting yang seharusnya bisa diantisipasi.

Masalah saga transfer Sterling menjadi api dalam sekam karena pihak klub tak menawarinya kontrak jangka panjang ketika ia sudah membuktikan dirinya musim 2013/14. Ini merupakan kesalahan strategi yang jadi senjata makan tuan dan pemain muda berbakat sudah layak dan sepantasnya untuk dipertahankan karena mereka adalah aset berharga.

Jika Liverpool punya Direktur Sepakbola – dengan catatan ia melakukan tugasnya dengan benar – tentu ia bisa mencegah masalah kontrak memberikan efek domino. Sebab memang itulah tanggung jawab Direktur Sepakbola.

AKADEMI​



Andre Wisdom, masa depan suram?​

Tak mungkin bagi seorang manajer untuk mengatur tim utama serta akademi klub. Liverpool memang punya direktur Akademi yang jempolan, Alex Inglethorpe, tapi keberadaan Direktur Sepakbola bakal memastikan akademi berjalan searah dengan perkembangan tim utama dan filosofi tim. Rekrutan muda di akademi juga harus dipastikan sesuai dengan idealisme klub.

Masalah pertahanan pun ternyata jadi bencana yang sudah mendarah daging. Seperti telah diketahui sejak dua musim lalu, Liverpool sangat rawan kebobolan. Mereka terlalu ngotot mengejar bola sehingga kurang waspada terhadap serangan balik.

Lawan-lawan mereka tinggal berlari lewat tengah dan bakal langsung berhadapan dengan kiper. Belum lagi masalah kebobolan dari bola mati; buruknya pengambilan posisi para pemain. Hal seperti ini ternyata sudah terlihat di level U21 dan U18.

Anehnya dalam dua dekade terakhir, tak ada pemain akademi Liverpool yang menonjol dalam bertahan. Bahkan pemain debutan yang diangkat oleh Rodgers – Adam Morgan, Suso, Samed Yesil, Andre Wisdom, Jerome Sinclair, Conor Coady, Jordon Ibe, Brad Smith, Joao Teixeira, Jordan Rossiter, Jordan Williams – hanya Wisdom, Smith, dan Williams yang merupakan bek. Mereka pun jelas tak bisa diandalkan Liverpool di masa mendatang.

Apakah akademi lupa merekrut pemain bertahan?

JADI?​



Liverpool butuh sosok cerdas lain di balik layar.​

Faktor penurunan performa Liverpool sudah dijabarkan dengan sangat terang oleh media-media: transfer gagal, masalah kontrak, lini belakangan, lini depan, dan tidak selarasnya akademi dengan tim utama.

Di edisi kali ini, ditawarkan sebuah solusi ringkas untuk menyelesaikan masalah tersebut, yakni mendatangkan Direktur Sepakbola. Peran tersebut memang sangat dibutuhkan di Anfield untuk mengatur masalah luar lapangan.

Rodgers memang ahli taktik yang handal. Terbukti dari otak-atik taktiknya yang brilian telah membangkitkan The Reds dari keterpurukan tengah musim lalu. Bagaimana ia membangun strategi di atas lapangan pun hanya butuh sedikit polesan pengalaman sebelum jadi sempurna.

Namun Rodgers bukanlah Sir Alex Ferguson – yang sudah telanjur lebih besar dari klub dan bisa mengatur semuanya sendirian – dan tidak ada salahnya bercermin dari Barcelona, Real Madrid, Manchester City, Chelsea, dan Bayern Munich.

Contoh nyatanya ialah Txiki Begiristain dan Michael Emenalo. Ketika Txiki jadi Direktur Sepakbola di Barcelona, ia menghadirkan 15 trofi dan di Etihad Stadium, ia mendaratkan dua trofi dalam tiga tahun. Sementara Emenalo berhasil menjaga kestabilan Chelsea sejak 2011 – walau The Blues terus berganti manajer – dan menghadirkan lima trofi dalam empat tahun masa kerjanya.

Kebijakan transfer Liverpool sejauh ini dipandu oleh rapat komite kolektif dan hasilnya ternyata nyaris nihil. Sepakbola terus berkembang dan keberadaan Direktur Sepakbola sudah mulai jadi hal wajar di Eropa. Louis van Gaal yang terkenal keras kepala bahkan digosipkan siap mendatangkan Direktur Sepakbola.

Jadi, mengapa tidak?


//

liga inggris musim depan, liga inggris live, jadwal bola liga inggris di tv, CATATAN: Mengkaji Ulang Kebutuhan Pokok Liverpool
 
Top