Mass Rapid Transit (MRT) pertama di Jakarta yang akan diresmikan tanggal 24 Maret esok adalah kabar baik bagi para penduduknya yang setiap hari berdesak-desakkan menuju dan pulang dari tempat kerja. Tapi apakah MRT bisa mengakhiri kemacetan Jakarta? Menurut analis transportasi, MRT tidak akan segera mengurangi kemacetan lalu lintas, karena mengubah budaya dan sikap tidaklah mudah. Kendaraan masih begitu banyak, dan Jakarta masih kekurangan trotoar yang layak bagi pejalan kaki.
Oleh: AFP/Channel NewsAsia
Penduduk Jakarta, Irnawati, dapat menghabiskan hingga empat jam setiap hari di mobilnya, tetapi sekarang ia dan jutaan orang lainnya dapat merasa lega karena kota di Asia Tenggara yang mengalami kemacetan yang parah ini, akan meresmikan Mass Rapid Transit (MRT) pertamanya.
Pada Minggu (24/3), Jakarta akan meresmikan proyek senilai US$1,1 miliar tersebut, yang dianggap penting untuk menanggulangi beberapa kemacetan terburuk di dunia, di mana kemacetan dapat menjebak Anda hingga berjam-jam.
Bagi Irnawati, jalur baru tersebut membuat dia mungkin sekarang dapat pindah kembali ke rumahnya di pinggiran Jakarta.
Setelah muak dengan kemacetan, dia memilih menyewa kamar di dekat kantor selama seminggu, daripada menghadapi perjalanan yang menyiksa di kota besar berpenduduk 30 juta jiwa tersebut.
“Saya tidak sabar menunggu sampai MRT mulai beroperasi,” kata wanita berusia 36 tahun itu.
“Itu akan menghemat banyak waktu dan membuat perjalanan saya jauh lebih nyaman dan aman.”
Selama satu dekade terakhir, peningkatan pendapatan di negara berpenduduk 260 juta jiwa ini telah menciptakan kelas menengah yang membengkak dan membuat kepemilikan kendaraan melonjak.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: AFP/Channel NewsAsia
Penduduk Jakarta, Irnawati, dapat menghabiskan hingga empat jam setiap hari di mobilnya, tetapi sekarang ia dan jutaan orang lainnya dapat merasa lega karena kota di Asia Tenggara yang mengalami kemacetan yang parah ini, akan meresmikan Mass Rapid Transit (MRT) pertamanya.
Pada Minggu (24/3), Jakarta akan meresmikan proyek senilai US$1,1 miliar tersebut, yang dianggap penting untuk menanggulangi beberapa kemacetan terburuk di dunia, di mana kemacetan dapat menjebak Anda hingga berjam-jam.
Bagi Irnawati, jalur baru tersebut membuat dia mungkin sekarang dapat pindah kembali ke rumahnya di pinggiran Jakarta.
Setelah muak dengan kemacetan, dia memilih menyewa kamar di dekat kantor selama seminggu, daripada menghadapi perjalanan yang menyiksa di kota besar berpenduduk 30 juta jiwa tersebut.
“Saya tidak sabar menunggu sampai MRT mulai beroperasi,” kata wanita berusia 36 tahun itu.
“Itu akan menghemat banyak waktu dan membuat perjalanan saya jauh lebih nyaman dan aman.”
Selama satu dekade terakhir, peningkatan pendapatan di negara berpenduduk 260 juta jiwa ini telah menciptakan kelas menengah yang membengkak dan membuat kepemilikan kendaraan melonjak.
Baca Artikel Selengkapnya di sini