Fans, sahabat, dan pencinta sepakbola,
Melalui mata Johan Cruyff, sebuah lapangan sepakbola adalah area berukuran 70 x 100 meter. Di situlah sebuah permainan dilangsungkan, menyajikan pertarungan antara dua tim yang masing-masing diperkuat 11 pemain untuk berebut penguasaan bola dan mencari ruang. Dalam ruang itu, 11 pemain bekerja sebagai satu unit memakai penguasaan bola dengan cerdik dan terencana – sebuah langkah kecil yang akan memberikan tempat bagi seorang seniman dengan kemampuan individual untuk bersinar dan membuat perbedaan.
Di sepanjang kariernya, Cruyff ibarat seorang asisten sutradara, perancang panggung, sekaligus aktor utama. Dia menjadi pemain terbaik dalam generasinya, memopulerkan sepakbola di seantero Eropa bersama dengan pemain lain seperti Uli Hoeness, Franz Beckenbauer, dan Eusebio. Dia adalah pemain yang luar biasa dan memiliki kepribadian yang tangguh. Dia juga berjasa membuat Liga Champions dikenal seperti sekarang ini. Di panggung dunia, ide-idenya masih relevan hingga kini.
Ide dan pemikiran Cruyff sebenarnya simpel: memainkan sepakbola – secara harfiah. Caranya bermain sepakbola bukan berdasarkan pada mengontrol lawan, tetapi mengontrol bola dan pertandingan itu sendiri. Inilah basis bagi sepakbola modern. Cruyff dan Pep Guardiola melakukannya di Barcelona, lalu ada Arrigo Sacchi di AC Milan dan Arsene Wenger bersama Arsenal, yang telah membuktikan bahwa idenya mampu berjalan. Dan kini, saya mengalaminya sendiri di Bayern Munich.
Selasa (5/4) malam ini, kami akan menjamu Benfica, wakil Portugal yang pada masanya pernah menghadapi Cruyff, Barcelona, Beckenbauer, Hoeness, Rummenigge, dan Matthaus.
Ide dan pengaruh Cruyff telah membentuk identitas, mentalitas, dan gaya bermain di Bayern Munich kendati banyak pemain yang keluar-masuk. Identitas spesial Bayern (Mia san Mia) adalah fondasinya dan kami akan terus menyempurnakannya setiap dekade.
Anda tidak akan pernah tahu apakah akan ada Cruyff kedua, seseorang yang memiliki kepribadian hebat yang mampu membangkitkan klub yang dicintainya. Tetapi yang jelas, setiap tim besar di Liga Champions ini akan selalu memproduksi jenis pemain seperti ini.
Ketika kami berkunjung ke Lisbon pada leg kedua nanti, patung besar Eusebio akan menyambut kami di depan Estadio da Luz dan mengingatkan kami akan tim legendaris Benfica pada era 1960-an. Eusebio telah mengambil tempatnya di depan stadion dan di dalam sejarah sepakbola. Kini, ia telah bermain bersama Cruyff dalam Liga Champions abadi di alam lain.
Salam untuk sepakbola,
Philipp Lahm.
liga jerman, u19, hari ini, logo, seri b, malam ini, klasemen, EKSKLUSIF - Philipp Lahm: Warisan Johan Cruyff Begitu Kentara Di Bayern Munich
Melalui mata Johan Cruyff, sebuah lapangan sepakbola adalah area berukuran 70 x 100 meter. Di situlah sebuah permainan dilangsungkan, menyajikan pertarungan antara dua tim yang masing-masing diperkuat 11 pemain untuk berebut penguasaan bola dan mencari ruang. Dalam ruang itu, 11 pemain bekerja sebagai satu unit memakai penguasaan bola dengan cerdik dan terencana – sebuah langkah kecil yang akan memberikan tempat bagi seorang seniman dengan kemampuan individual untuk bersinar dan membuat perbedaan.
Di sepanjang kariernya, Cruyff ibarat seorang asisten sutradara, perancang panggung, sekaligus aktor utama. Dia menjadi pemain terbaik dalam generasinya, memopulerkan sepakbola di seantero Eropa bersama dengan pemain lain seperti Uli Hoeness, Franz Beckenbauer, dan Eusebio. Dia adalah pemain yang luar biasa dan memiliki kepribadian yang tangguh. Dia juga berjasa membuat Liga Champions dikenal seperti sekarang ini. Di panggung dunia, ide-idenya masih relevan hingga kini.
SIMAK JUGA
Pep Guardiola: Bayern Munich Inginkan Treble
Johan Cruyff Kombinasi Lionel Messi Dan Cristiano Ronaldo
PREVIEW Liga Champions: Bayern Munich - Benfica
Pep Guardiola: Bayern Munich Inginkan Treble
Johan Cruyff Kombinasi Lionel Messi Dan Cristiano Ronaldo
PREVIEW Liga Champions: Bayern Munich - Benfica
Ide dan pemikiran Cruyff sebenarnya simpel: memainkan sepakbola – secara harfiah. Caranya bermain sepakbola bukan berdasarkan pada mengontrol lawan, tetapi mengontrol bola dan pertandingan itu sendiri. Inilah basis bagi sepakbola modern. Cruyff dan Pep Guardiola melakukannya di Barcelona, lalu ada Arrigo Sacchi di AC Milan dan Arsene Wenger bersama Arsenal, yang telah membuktikan bahwa idenya mampu berjalan. Dan kini, saya mengalaminya sendiri di Bayern Munich.
Selasa (5/4) malam ini, kami akan menjamu Benfica, wakil Portugal yang pada masanya pernah menghadapi Cruyff, Barcelona, Beckenbauer, Hoeness, Rummenigge, dan Matthaus.
Ide dan pengaruh Cruyff telah membentuk identitas, mentalitas, dan gaya bermain di Bayern Munich kendati banyak pemain yang keluar-masuk. Identitas spesial Bayern (Mia san Mia) adalah fondasinya dan kami akan terus menyempurnakannya setiap dekade.
Anda tidak akan pernah tahu apakah akan ada Cruyff kedua, seseorang yang memiliki kepribadian hebat yang mampu membangkitkan klub yang dicintainya. Tetapi yang jelas, setiap tim besar di Liga Champions ini akan selalu memproduksi jenis pemain seperti ini.
Ketika kami berkunjung ke Lisbon pada leg kedua nanti, patung besar Eusebio akan menyambut kami di depan Estadio da Luz dan mengingatkan kami akan tim legendaris Benfica pada era 1960-an. Eusebio telah mengambil tempatnya di depan stadion dan di dalam sejarah sepakbola. Kini, ia telah bermain bersama Cruyff dalam Liga Champions abadi di alam lain.
Salam untuk sepakbola,
Philipp Lahm.
liga jerman, u19, hari ini, logo, seri b, malam ini, klasemen, EKSKLUSIF - Philipp Lahm: Warisan Johan Cruyff Begitu Kentara Di Bayern Munich