Bagi anda yang memiliki permainan tiruan atau mirip Flappy Bird, sebaiknya berhati-hati. Karena terdapat banyak virus atau malware pada permainan-permainan ini. Hal ini diungkap oleh perusahaan anti virus McAfee yang merilis laporan mengenai ancaman yang terdapat pada permainan tiruan Flappy Bird.
Permainan yang dirilis pada pertengahan 2013 ini sempat populer di seluruh dunia. Permainan ini sukses di pasaran, hingga diunduh sebanyak 50 juta kali, sebelum akhirnya ditarik ke pasaran oleh pembuatnya Dong Nguyen. Hal ini yang membuat banyak tiruan dari permainan ini merebak di app store.
Berdasarkan laporan Laboratorium McAfee, dari 300 sampel permainan tiruan Flappy Bird ini terdapat 79 % yang terdapat malware. Para pelaku kejahatan memanipulasi aplikasi pada smartphone yang tidak berbahaya menjadi aplikasi yang membahayakan dengan Trojan atau aplikasi. Aplikasi dan Trojan yang digunakan pelaku kejahatan adalah Android/BadInst.A, Android/Waller.A, dan Android/Balloonpopper.
Melalui malware yang terdapat pada permainan Flappy Bird tiruan ini, pelaku kejahatan dapat mengambil akses dari smartphone yang terinfeksi. Pelaku kejahatan dapat menelepon dengan smartphone pengguna, menginstal aplikasi tambahan, mengekstrak data kontak, melacak letak pengguna, membangun akses root untuk kontrol tanpa hambatan pada perangkat, termasuk rekaman, mengirim, dan menerima pesan SMS.
Menurut Wakil Presiden Senior McAfee Labs, Vincent Weafer, seringkali banyak pengguna yang tertipu dengan nama besar aplikasi atau program, sehingga mudah terkena malware.
Kita cenderung mempercayai nama-nama yang kita kenal di Internet dan beresiko membahayakan keselamatannya,ungkap Vincent.
Menurut laporan McAfee Labs pada tahun 2014 banyak pelaku kejahatan yang memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang sah untuk menyebarkan malware kepada pengguna Android maupun iOS.
Pada tahun 2014 ini telah memberikan bukti bahwa banyak penyebar malware yang bermain dalam hal ini, untuk memanipulasi hal yang familiar, feature resmi pada aplikasi mobiledan layanan yang kita kenali dan kita percaya,ungkap Vincent pada laporan tersebut.
Vincent menambahkan bahwa dengan terungkapnya hal ini developer harus menjadi lebih waspada dengan kontrol yang mereka buat dalam aplikasi dan pengguna harus lebih memperhatikan dengan aplikasi yang mereka gunakan.
Permainan yang dirilis pada pertengahan 2013 ini sempat populer di seluruh dunia. Permainan ini sukses di pasaran, hingga diunduh sebanyak 50 juta kali, sebelum akhirnya ditarik ke pasaran oleh pembuatnya Dong Nguyen. Hal ini yang membuat banyak tiruan dari permainan ini merebak di app store.
Berdasarkan laporan Laboratorium McAfee, dari 300 sampel permainan tiruan Flappy Bird ini terdapat 79 % yang terdapat malware. Para pelaku kejahatan memanipulasi aplikasi pada smartphone yang tidak berbahaya menjadi aplikasi yang membahayakan dengan Trojan atau aplikasi. Aplikasi dan Trojan yang digunakan pelaku kejahatan adalah Android/BadInst.A, Android/Waller.A, dan Android/Balloonpopper.
Melalui malware yang terdapat pada permainan Flappy Bird tiruan ini, pelaku kejahatan dapat mengambil akses dari smartphone yang terinfeksi. Pelaku kejahatan dapat menelepon dengan smartphone pengguna, menginstal aplikasi tambahan, mengekstrak data kontak, melacak letak pengguna, membangun akses root untuk kontrol tanpa hambatan pada perangkat, termasuk rekaman, mengirim, dan menerima pesan SMS.
Menurut Wakil Presiden Senior McAfee Labs, Vincent Weafer, seringkali banyak pengguna yang tertipu dengan nama besar aplikasi atau program, sehingga mudah terkena malware.
Kita cenderung mempercayai nama-nama yang kita kenal di Internet dan beresiko membahayakan keselamatannya,ungkap Vincent.
Menurut laporan McAfee Labs pada tahun 2014 banyak pelaku kejahatan yang memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang sah untuk menyebarkan malware kepada pengguna Android maupun iOS.
Pada tahun 2014 ini telah memberikan bukti bahwa banyak penyebar malware yang bermain dalam hal ini, untuk memanipulasi hal yang familiar, feature resmi pada aplikasi mobiledan layanan yang kita kenali dan kita percaya,ungkap Vincent pada laporan tersebut.
Vincent menambahkan bahwa dengan terungkapnya hal ini developer harus menjadi lebih waspada dengan kontrol yang mereka buat dalam aplikasi dan pengguna harus lebih memperhatikan dengan aplikasi yang mereka gunakan.