• Silahkan bergabung dengan chat kami di Telegram group kami di N3Forum - https://t.me/n3forum
  • Welcome to the Nyit-Nyit.Net - N3 forum! This is a forum where offline-online gamers, programmers and reverser community can share, learn, communicate and interact, offer services, sell and buy game mods, hacks, cracks and cheats related, including for iOS and Android.

    If you're a pro-gamer or a programmer or a reverser, we would like to invite you to Sign Up and Log In on our website. Make sure to read the rules and abide by it, to ensure a fair and enjoyable user experience for everyone.

[Hands-on] PlayStation VR | Tech in Asia Indonesia

Ophelia

Game Maniacs
Journalist

Tidak terasa sudah satu tahun berlalu sejak saya & Fahmi pergi mencoba Project Morpheus pada Tokyo Game Show 2014. Melanjutkan apa yg dilakukan tahun lalu, dalam Tokyo Game Show 2015 saya kembali menjajal perangkat virtual reality asal Sony ini yg telah berubah nama menjadi PlayStation VR. Tapi, apakah perubahan nama juga berarti pada perubahan kualitas dalam perangkat tersebut?

Yah, pada dasarnya tidak ada yg benar-benar berubah selain dari namanya saja. PlayStation VR tetaplah sebuah perangkat untuk memainkan berbagai hiburan virtual reality dengan menggunakan PS4. Perangkat ini mampu membawa kita ke sebuah dunia lain yg hanya bisa dinikmati secara visual saja namun tetap memberikan kesan yg mendalam bahkan mungkin hingga ke tingkat spiritual seseorang.
Iqbal juga ikut mencoba!

Untuk Tokyo Game Show 2015, ada sejumlah game / hiburan VR yg bisa dicoba di sini & masing-masing dikerumuni orang-orang yg hendak mencobanya. Ada dua hiburan VR yg saya coba dalam kesempatan ini. Pertama adalah pertunjukkan konser Hatsune Miku & satu lagi adalah “game” yg sempat menuai kehebohan ketika muncul pada tahun lalu yaitu Summer Lesson.

Sebagai seorang penikmat musik Vocaloid, jelas saya tidak tunggu lama untuk mencoba konser virtual dari diva virtual Hatsune Miku tersebut. Begitu PlayStation VR menempel di wajah & sebuah controller PlayStation Move ada di genggaman saya, saya melihat sebuah panggung megah dengan ratusan orang yg tengah menonton Hatsune Miku tampil.



Rasanya semua itu begitu nyata & langsung. Mungkin ini juga berkat adanya elemen interaktif dalam hiburan tersebut di mana ada saatnya saya harus mengayunkan PlayStation Move sebagai sebuah lightstick yg memberikan efek visual seru. Efek partikel yg mendekat ke arah saya & kemampuan PlayStation VR mendeteksi arah gerakan kepala juga membuat semuanya menjadi sangat nyata. Sang diva serasa berjarak hanya beberapa jengkal saja dari tempat saya duduk.
“… bayangkan kamu harus menatap mata seorang gadis cantik dalam jangkauan sekitar kurang dari 30 cm.”
Setelah puas dengan hiburan tadi, saya pun beranjak untuk mencoba game / hiburan lainnya yg tersedia di sini. Lalu saya pun memutuskan mencoba Summer Lesson, sebuah “game” di mana kamu akan berperan menjadi seorang guru / tutor untuk mengajar seorang gadis virtual cantik.

Ada dua versi Summer Lesson yg bisa dicoba, satu adalah versi E3 2014 dengan gadis yg berbicara dalam bahasaJepang & satu lagi adalah versi E3 2015 dengan gadis pirang yg berbicara dalam bahasaInggris. Meski tak bermaksud untuk tidak senonoh, entah mengapa banyak yg mengira bahwa game ini terlalu mesum untuk dimainkan. Karena penasaran, langsung saja saya mencobanya.



Setelah sekian menit mencoba, saya bisa bilang bahwa tidak ada sesuatu yg tidak senonoh di sini, melainkan yg saya temukan adalah banyak sekali momen-momen canggung yg membuat jantung seseorang berdegup. Saya mencoba untuk mengajar sang gadis pirang & yg saya lakukan dalam game ini kebanyakan adalah mengangguk, menengok, & menengok.

Terdengar biasa saja? Sekarang bayangkan kamu harus menatap mata seorang gadis cantik dalam jangkauan sekitar kurang dari 30 cm. Kurang lebih itu yg sering terjadi dalam game ini.

Itulah kekuatan terbesar dari virtual reality. Benda ini mampu membuatmu percaya bahwa apa yg kamu lihat adalah sesuatu yg nyata & bisa memberikan pengalaman yg tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Namun sayang, tingkat pendalaman tersebut rasanya masih belum bisa sempurna pada saat ini.
Masih kurang pas, mbak.

Seperti Project Morpheus yg saya coba tahun lalu, perangkat PlayStation VR saya rasa masih memiliki kekurangan di bagian kenyamanan. Perangkat ini agak sulit untuk tetap menempel di wajah dengan pas sehingga seringkali layar di dalam perangkat tersebut menjadi buram & tidak fokus. Pemakaiannya sendiri tergolong kurang praktis karena masih membutuhkan orang lain untuk membantu memasangkannya.

Meski memang memiliki kekurangan, tampaknya perubahan nama ke PlayStation VR menunjukkan bahwa Sony juga siap bersaing dengan produsen VR lainnya untuk membawa dunia virtual ke dalam ruang bermainmu. Ini juga bisa dibilang menjadi langkah pertama Sony untuk ikut berkembang dalam dunia VR. Siapa tahu apa yg akan dibuat di masa depan bukan?

Dikutip dari sini
 
Top