Langkah rebranding yg dilakukan perusahaan teknologi ternama bukanlah kisah baru. Orang-orang menumpahkan kekesalan mereka terhadap logo baru perusahaan favoritnya di media sosial. Para pakar bermunculan. Tak lama kemudian, hari-hari pun berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.
Sekuel terbaru dari kisah familier ini berpusat pada UBER. Saya melihat logo ini pertama kali di salah satu tulisan yg dimuat di Wired yg bertutur tentang rebranding radikal.
Saya akui, awalnya saya pikir logo ini jelek. Pendapat saya ini juga diamini oleh banyak orang. Perubahan yg begitu drastis dari logo sebelumnya. Logo ini terlihat membingungkan, lebih mirip huruf O ketimbang huruf U. Desain latar belakangnya yg bergaris-garis terlihat jadul & terkesan dibuat oleh amatir.
Namun, sepertinya lama-lama saya akan terbiasa. Sama halnya seperti orang-orang yg sudah terbiasa dengan rebranding yg dilakukan Airbnb.
Kamu ingat meme sindiran terhadap logo baru Airbnb? Dimana dalam meme tersebut logo ini dihubung-hubungkan dengan alat kelamin wanita? Berikut meme tersebut:
Mengerikan, bukan? Tidak juga. Semakin orang melihatnya, semakin mereka terbiasa dengan logo tersebut. Mereka melupakan meme tersebut. Bisnis Airbnb tidak hancur karenanya.
Dan saya yakin hal yg sama akan terjadi pada logo UBER. Badai pasti berlalu. Kesalahpahaman besar yg terjadi di sini. Logo yg diperdebatkan oleh orang-orang bukanlah logo asli UBER. Itu logo aplikasi mereka.
Logo asli UBER tak banyak berubah. Bahkan kini lebih mudah dibaca:
UBER juga berjanji akan menghadirkan tema-tema aplikasi yg unik, tergantung negara di mana aplikasi itu berada. Saya tak sabar menantinya.
Kita cenderung terlalu tergesa-gesa menghakimi usaha rebranding hanya dari pemberitaan awalnya saja, & seakan lupa bahwa UBER telah mempertimbangkan banyak hal sebelum membuat logo tersebut.
Seperti yg dijelaskan oleh CEO UBER, Travis Kalanick, dalam blog resmi perusahaan ini:
Salah satu perubahan besar kami dalam beberapa tahun terakhir ini adalah UBER tak hanya mengantarkan orang-orang; kami juga mengantarkan makanan, barang, & mungkin lebih banyak hal lainnya di masa depan. Karena mungkin akan terbagi menjadi beberapa aplikasi dengan logo yg berbeda-beda, kami perlu suatu pendekatan untuk menghubungkan semuanya. Logo ini adalah kerangka yg akan mempermudah kami jika sewaktu-waktu ingin mengembangkan logo yg berbeda untuk produk baru.
Jadi UBER akan bersikap bijaksana untuk tidak terlalu menghiraukan kemarahan orang-orang terhadap desain baru mereka. Satu lagi pelajaran yg bisa kamu ambil dalam menjalankan suatu perusahaan: Ya, sudah sepatutnya kamu mempertimbangkan saran / masukan dari pelanggan, meski terkadang sebuah desain / keputusan bisnis yg kamu buat akan menuai pro & kontra. Namun, sudah menjadi tugas kamu untuk memilih mana yg terbaik bagi perusahaan kamu.
Baca juga: Dengan UBERCHOPPER, Kamu Bisa Mengarungi Jakarta dengan Helikopter!
(Diterjemahkan oleh Faisal Bosnia Ahmad & diedit oleh Fadly Yanuar Iriansyah)
Dikutip dari sini