Mimpi buruk Asia akan segera tiba, mengingat invasi China ke Taiwan telah menjadi sebuah keniscayaan. Tapi bagaimana cara China menginvasi Taiwan? Mereka akan terus menggunakan disinformasi dan teknik-teknik lain untuk menghilangkan kepercayaan Washington bahwa Taiwan dapat dipertahankan, sambil meningkatkan kegiatan subversif untuk merusak kepercayaan dan tekad Taiwan. Cara pemaksaan bisa dengan mudah gagal, membuat invasi menjadi pilihan yang menggoda―terutama dalam skenario masa depan di mana keseimbangan kekuasaan terlihat lebih menguntungkan bagi Beijing daripada saat ini.
Oleh: Ian Easton (National Interest)
Lingkungan politik dan keamanan yang selalu tegang di Selat Taiwan mengharuskan penggambaran yang akurat tentang kemampuan, kekuatan, dan kekurangan People’s Liberation Army (PLA)—tentara militer China.
Berbagai sumber dari dalam Republik Rakyat China diduga menyatakan bahwa waktu sudah hampir habis untuk demokrasi Taiwan. Dalam narasi mereka, pemimpin tangan besi China, Xi Jinping, “kehilangan kesabaran” dan bisa memerintahkan invasi Taiwan pada awal tahun 2020-an.
Titik api paling berbahaya di dunia ini, mungkin akan menyaksikan serangan amfibi yang luar biasa—kemungkinan sebelum Juli 2021—untuk menandai peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China (CCP).
Itulah narasinya. Kenyataannya adalah, bahwa China mungkin tidak akan menyerang Taiwan dengan cara yang radikal dan berisiko tinggi. Xi dan letnan-letnannya jauh lebih mungkin untuk menarik keluar militernya dan meningkatkan ‘perang urat saraf’ di Selat Taiwan.
Mereka akan terus menggunakan disinformasi dan teknik-teknik lain untuk menghilangkan kepercayaan Washington bahwa Taiwan dapat dipertahankan, sambil meningkatkan kegiatan subversif untuk merusak kepercayaan dan tekad Taiwan.
Xi akan menunggu waktunya dan berharap pemerintah Taiwan melemah di bawah tekanan yang memuncak, yang memungkinkannya menaklukkan targetnya dengan mudah. Pada saat yang sama, para jenderal militernya akan terus merencanakan dan bersiap untuk melaksanakan misi “suci” mereka.
Baca Artikel Selengkapnya di sini
Oleh: Ian Easton (National Interest)
Lingkungan politik dan keamanan yang selalu tegang di Selat Taiwan mengharuskan penggambaran yang akurat tentang kemampuan, kekuatan, dan kekurangan People’s Liberation Army (PLA)—tentara militer China.
Berbagai sumber dari dalam Republik Rakyat China diduga menyatakan bahwa waktu sudah hampir habis untuk demokrasi Taiwan. Dalam narasi mereka, pemimpin tangan besi China, Xi Jinping, “kehilangan kesabaran” dan bisa memerintahkan invasi Taiwan pada awal tahun 2020-an.
Titik api paling berbahaya di dunia ini, mungkin akan menyaksikan serangan amfibi yang luar biasa—kemungkinan sebelum Juli 2021—untuk menandai peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China (CCP).
Itulah narasinya. Kenyataannya adalah, bahwa China mungkin tidak akan menyerang Taiwan dengan cara yang radikal dan berisiko tinggi. Xi dan letnan-letnannya jauh lebih mungkin untuk menarik keluar militernya dan meningkatkan ‘perang urat saraf’ di Selat Taiwan.
Mereka akan terus menggunakan disinformasi dan teknik-teknik lain untuk menghilangkan kepercayaan Washington bahwa Taiwan dapat dipertahankan, sambil meningkatkan kegiatan subversif untuk merusak kepercayaan dan tekad Taiwan.
Xi akan menunggu waktunya dan berharap pemerintah Taiwan melemah di bawah tekanan yang memuncak, yang memungkinkannya menaklukkan targetnya dengan mudah. Pada saat yang sama, para jenderal militernya akan terus merencanakan dan bersiap untuk melaksanakan misi “suci” mereka.
Baca Artikel Selengkapnya di sini